Sebelum Dia Hilang, Berubah Jadi Kenangan

mahes.varaa
Chapter #7

PENELUSURAN JEJAK PART 2

Seperti yang diperintahkan oleh si penculik, pagi-pagi sekali, Mira sudah berdiri di depan teller bank. Wajahnya pucat, tangannya bergetar saat menandatangani dokumen penarikan. Lima ratus juta rupiah—uang tebusan yang katanya akan menukar nyawa putranya. 

 Tepat pada pukul setengah sembilan pagi, semuanya beres. Ia hanya perlu menunggu pesan lanjutan: di mana dan  kapan pertukaran akan dilakukan. Di kursinya, Mira duduk gelisah, menatap layar ponsel yang tak kunjung bergetar. 

Satu jam berlalu. Lalu, pesan itu datang. Sebuah alamat, singkat dan tanpa basa-basi. 

Tanpa pikir panjang, Mira langsung berangkat. Mobilnya melaju kencang di bawah langit siang yang mulai condong. Ia tidak peduli dengan klakson kendaraan lain, tidak peduli pada pandangan orang di jalan. Hanya satu hal di kepalanya—Bara, putranya.

Namun, takdir berkata lain. Sebelum tiba di lokasi yang disebutkan, mobilnya tergelincir dalam kecelakaan beruntun. Dalam kekacauan itu, dalam dentuman logam, hidup Mira berakhir. 

Cerita Bagas berhenti di situ. 

Teddy, yang sejak tadi mendengarkan sambil mengemudi, hanya bisa mengangguk pelan beberapa kali. Tatapannya kosong, pikirannya melayang pada kisah tragis yang baru ia dengar.  Setelah beberapa saat, ia bersuara lirih, “Apa Mira tahu, siapa saja yang mungkin menaruh dendam padanya sampai tega menculik anaknya?” 

Bagas melirik ke kaca spion, mencoba menangkap ekspresi Mira di kursi belakang. Meski tak terlihat, ia tahu arwah perempuan itu mendengarkan. Sorot matanya—kalau bisa terlihat—pasti sendu. 

“Mira bilang enggak ada,” jawabnya pelan. 

Tuk! Tuk! Teddy mengetuk-ngetukkan jarinya ke kemudi. “Kalau bukan dia, mungkin keluarganya? Suaminya? Setahuku mereka keluarga berada, mungkin ada yang iri, atau dendam.” 

Kata “keluarga” yang keluar dari mulut Teddy itu menggiring Bagas kembali ke masa lalu. 


Ia masih ingat betul, keluarga Mira bukan keluarga biasa. Penampilan perempuan itu memang sederhana, tapi tidak dengan latar belakangnya. Rahayu, ibunya, adalah pemilik perusahaan makanan kaleng terbesar di kota M—perusahaan yang hampir sendirian menopang ekonomi kota itu. Di tangan Rahayu, pabriknya bukan hanya menciptakan produk, tapi juga kehidupan:  lapangan pekerjaan, pendapatan, bahkan infrastruktur kota. Dalam dua dekade, kota M tumbuh karena perempuan itu. 

Tapi di balik kesuksesannya, Rahayu hidup sendiri. Suaminya pergi sejak Mira kecil. Semua tanggung jawab ia tanggung sendiri: membesarkan anak, menjaga bisnis, menjaga nama. Dan Bagas—yang dulu mencintai Mira—mengagumi hal itu. 

Namun kekaguman itu berubah menjadi luka ketika suatu sore Rahayu datang sendiri ke rumah sakit tempat Bagas bekerja. Tanpa basa-basi, ia meletakkan sebuah amplop di meja dan berkata tegas:

“Tolong putuskan hubunganmu dengan Mira.” 

Lihat selengkapnya