“Ibu sempat kehilangan Mira. Tapi untungnya kehilangannya tidak berlangsung lama. Ibu mendapatkan Mira lagi, tapi dengan bayaran yang besar.”
Bagas mengerutkan alisnya mendengar cerita Arya tentang Ibu Mira-Rahayu. “Dari mana kamu tahu cerita ini?”
“Ibu sendiri yang menceritakan kisah ini padaku. Cerita ini hanya Ibu ceritakan padaku, tidak pada Mira. Ibu enggak mau Mira menyalahkan dirinya atas kehilangan yang Ibu alami waktu itu.”Arya menjelaskan.
“Apa yang terjadi?” tanya Bagas.
Kembali pada kisah Rahayu.
Melihat Rahayu yang sedih karena kehilangan anaknya-Mira, orang tua Rahayu jelas tidak bisa tinggal diam. Orang tua Rahayu mendatangi rumah mantan suami Rahayu untuk memohon agar Mira bisa dikembalikan pada Rahayu. Tapi ketika melihat bagaimana istri dari mantan suami Rahayu yang sembarangan dalam mengurus Mira, orang tua Rahayu tidak bisa menahan kesabarannya.
Perdebatan besar terjadi antara orang tua Rahayu dengan mantan suami Rahayu dan istrinya. Tapi karena mantan suami Rahayu punya banyak uang dan kuasa, mantan suami Rahayu bisa menyelesaikan masalah itu dengan mudah dan mengusir orang tua Rahayu dengan mudah.
“Pak! Kita enggak bisa biarin Mira dirawat oleh mereka!” ujar Ibu Rahayu setelah gagal berusaha membawa kembali Mira.
“Ya, Bu. Bapak tahu! Tapi kita bisa apa? Kita enggak punya uang kayak mereka.”
“Pak?” Ibu Rahayu mendekat pada suaminya dan membisikkan sesuatu yang muncul dalam kepalanya.
“Ibu! Itu!”
Ibu Rahayu menganggukkan kepalanya. “Kita berdua sudah tua, Pak. Kita gagal menjaga anak kita dan juga cucu kita. Tanpa Mira, Rahayu-satu-satunya anak kita mungkin akan hancur, Pak. Jadi kali ini … kita harus melakukan apapun untuk membantu Rahayu, Pak.”
“Ibu yakin mau pakai cara seperti itu? Ibu enggak mikir gimana Rahayu nanti?”
Ibu Rahayu menganggukkan kepalanya dengan sangat yakin. “Cuma ini cara yang bisa Ibu pikirkan, Pak. Demi Rahayu, Ibu akan lakukan apapun, Pak. Rahayu sudah sangat menderita karena pernikahannya. Mira adalah satu-satunya kebahagiaan yang Rahayu punya. Sekarang satu-satunya kebahagiaan Rahayu itu juga direbut, Pak. Aku sebagai Ibu, enggak bisa diam saja, Pak!”
“Kalo Ibu sudah yakin, Bapak akan temani!”
“Tapi, Pak-”
“Ini sudah jadi tugasku untuk melindungi keluarga, Bu. Dan nyatanya, aku gagal sebagai kepala keluarga. Jadi biarkan Bapak menebusnya dengan cara ini.”