Sebelum Dia Hilang, Berubah Jadi Kenangan

mahes.varaa
Chapter #22

KETIKA TAKDIR BERKATA LAIN PART 4

Seperti yang Teddy duga, memasuki rumah Arya bukan hal yang mudah. Meski Maudy sudah susah payah mendapatkan surat ijin untuk menggeledah dan memaksa masuk rumah Arya, nyatanya para pelayan di rumah Arya bersikeras untuk tidak memberi ijin dan meminta Maudy bersama dengan Teddy untuk kembali di esok hari. Tapi Maudy yang sudah terbiasa menghadapi halangan seperti ini, tentu saja tidak menyerah sedikit pun. 

“Kamu yakin bisa masuk?” tanya Teddy memastikan. “Kalo kita enggak masuk sekarang, Bagas mungkin-” 

“Kamu pikir siapa aku?” Maudy bicara tanpa sedikit pun keraguan di wajahnya. “Halangan seperti ini sudah bukan hal baru buatku, Ted! Tenang saja! Kamu lihat kan? Apa gunanya aku membawa banyak bawahanku kemari?” 

“He he he. Kamu benar.” 

Tidak bisa menggunakan cara halus, Maudy dan bawahannya yang berusaha masuk ke dalam rumah Arya untuk melakukan penggeledahan dan menyelamatkan Bagas, mengeluarkan kartu terakhir mereka: senjata api milik mereka dan mengacungkannya kepada setiap orang yang menghalangi pekerjaan Maudy. 

“Angkat tangan! Kalian semua menghalangi petugas yang berwenang! Kalo kalian enggak ingin dapat saksi, minggir dan beri jalan!” 

Seperti yang Maudy harapkan, begitu senjata api dikeluarkan bersama dengan ancaman dari mulutnya, para pelayan di rumah Arya memberi jalan pada Maudy dan Teddy. 

“Amankan mereka!” Maudy memberi perintah pada beberapa anak buahnya untuk mengamankan para pelayan di rumah Arya. 

Sementara sisanya, mengikuti Maudy dan Teddy untuk menyisir rumah Arya untuk menemukan bukti, Bagas dan Arya sendiri. 

“Kita bagi dua kelompok.” Maudy memberikan instruksinya. “Ted, ingat kalo ada apa-apa, jangan gegabah! Aku enggak mau dengar omelan Ayah dan Ibumu!” 

“Ya, ya, aku tahu.” 

Pencarian dibagi menjadi dua. Teddy bersama dengan tiga bawahan Maudy bergerak untuk memeriksa lantai atas. Sementara Maudy dan dua bawahannya bergerak untuk memeriksa lantai bawah. Satu persatu ruang diperiksa Maudy dan Teddy dengan sangat teliti. Begitu tiba di dapur, Maudy memeriksa setiap barang di sana dan semua pisau yang ada di sana baik yang terlihat maupun yang tersimpan dalam lemari. Dan benar saja ketika bawahan Maudy menggunakan luminol untuk mendeteksi darah, ada beberapa pisau yang memiliki bercak darah terutama pada bagian gagangnya. 

“Amankan semuanya!” 

“Baik, Bu!” 

Di sisi lain Teddy yang memeriksa lantai dua, memeriksa setiap ruangan yang ada. Ada kamar yang kelihatannya kamar anak kecil laki-laki dan Teddy menyadari kamar itu adalah kamar Bara-putra Mira. Hanya saja Bara yang dicari-cari Mira, tidak ada di sana. 

Tapi Teddy tidak menyerah. Pencarian dilakukan lagi dan Teddy kini berdiri pada sebuah ruangan yang mana pintunya terkunci. 

“Kamar apa ini?” 

Teddy berusaha untuk membuka pintunya dengan memaksa handlenya. Teddy sempat berpikir mungkin ruangan itu adalah ruangan yang tidak penting dan hendak meninggalkannya untuk meminta pelayan memberikan kunci cadangan ruangan itu. Tapi sebelum Teddy berbalik, ada suara ketukan di balik pintu itu. 

Lihat selengkapnya