Sebelum Dia Hilang, Berubah Jadi Kenangan

mahes.varaa
Chapter #28

SEBELUM DIA HILANG PART 3

“Papa!” 

De javu. 

Anak ini, mimpi tadi. Sepertinya aku pernah mengalaminya. Mimpi tadi terasa sangat-sangat nyata. Kapan tepatnya hal itu terjadi? 

Aku benar-benar tidak bisa mengingatnya!

Begitu membuka matanya, Bagas melihat wajah anak kecil yang sama dengan yang tadi muncul dalam mimpinya. Bagas mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang dilihatnya sekarang bukanlah bagian dari mimpinya. 

Anak ini, apa anak ini adalah anak yang waktu itu? 

Perasaan familiar semakin menyerang Bagas ketika melihat anak laki-laki yang merupakan putra Mira-Bara. Bagas memperhatikan dengan saksama wajah anak itu. 

“Bagian mananya yang mirip denganku?” 

Teringat akan mimpinya yang terasa sangat nyata, pertanyaan lain muncul dalam benak Bagas. Apa anak ini benar mirip denganku? 

“Papa! Paman, Papa sudah bangun!”

Anak kecil itu berteriak dan tidak lama kemudian, Teddy yang tertidur di kursi sofa langsung tersentak dan bangun menghampiri Bagas yang terbaring di ranjang. 

“Gas, Bagas! Gimana keadaanmu? Ada yang sakit? Perlu aku panggilkan dokter?”

“Aku ini dokter, Ted!”

“Ya, aku tahu. Tapi sekarang kamu pasien, Gas!” 

Melihat ekspresi wajah Teddy yang terlihat cemas dan khawatir, Bagas menghela napasnya sembari merasakan setiap inci dari tubuhnya. Mulai dari menggerakkan tangan dan kakinya, hingga meraba-raba bagian tubuhnya untuk memeriksa. Tangan Bagas kemudian terhenti pada bagian lehernya yang terdapat perban di sana.

Leherku, kenapa? 

Bagas berusaha mengingat apa yang terjadi terakhir kalinya dan akhirnya mengingat alasan lehernya terluka. 

“Oh, luka di leherku, gimana?” Bagas bertanya memeriksa. 

“Untung saja lukanya enggak terlalu dalam. Berkat gerak cepat Maudy, kamu enggak kehilangan banyak darah. Tapi karena dalam darahmu masih ada obat bius, kehilangan darah buat kamu kehilangan kesadaranmu!” 

“Ah, benar. Obat biusnya.” Bagas mengingat momen di mana Arya memberikan obat bius dalam minumannya. “Arya, gimana? Sudah ditangkap?” 

“Sudah. Sekarang sedang menjalani pemeriksaan di kantor kepolisian.” 

“Oh!” Bagas menganggukkan kepalanya lemah. Bagas melihat ke sekelilingnya dan menyadari ada yang hilang di ruangan ini. Di dalam ruangan ini hanya ada dirinya, Teddy dan anak kecil yang Bagas ingat sebagai Bara-anak Mira. Seharusnya di dalam ruangan yang sama dengannya, ada Mira yang memasang ekspresi yang sama dengan Teddy. Tapi sekarang Bagas tidak bisa menemukan Mira sejauh matanya memeriksa seluruh ruangan di mana dirinya berada. “Mira. Kenapa aku enggak lihat dia?” 

Mendengar ucapan Bagas, anak laki-laki yang tidak lain adalah Bara-putra Mira langsung melompat turun dari kursi di samping ranjang Bagas dan berlari keluar kamar Bagas. 

“Mama! Papa sudah bangun! Papa cari Mama!” 

Lihat selengkapnya