Sebelum Dia Hilang, Berubah Jadi Kenangan

mahes.varaa
Chapter #31

SEBELUM DIA HILANG, BERUBAH JADI KENANGAN PART 3

“...”

Arya terdiam, tidak bisa bicara ataupun memberikan sanggahan untuk perkataan Bagas. Sikap diam Arya itu juga jadi jawaban bagi Bagas bahwa ucapannya adalah fakta. 

“Di sini, di kursi yang kamu kira kosong ini, arwah Mira duduk di sini. Kamu mungkin enggak percaya karena kamu enggak bisa melihatnya dengan matamu sendiri, tapi kalo ada Bara di sini, dia pasti akan memanggil ‘kursi kosong’ ini dengan sebutan mama.” 

Arya menundukkan kepalanya sejenak. Matanya yang tadi kelihatan tajam seolah tidak ingin bicara dengan Bagas, kini melunak. Arya melihat ke kursi kosong di samping Bagas dengan tatapan mata sedihnya. “Mira sungguh duduk di sana?” 

“Ya, Mira duduk di sini. Bahkan saat kamu menyekapku dan hendak membunuhku, dia juga ada di sana. Tanpa kamu sadari, Mira menyaksikan semua perbuatanmu, Arya.” 

Mendengar jawaban Bagas, air mata Arya langsung terjatuh. Arya menangis melihat ke arah kursi kosong di mana Mira sedang duduk di sana. Meski tak terlihat oleh Arya, Mira yang melihat Arya menangis, juga ikut menangis. Setelah semua perbuatan buruk Arya, Mira tetap menganggap Arya sebagai kakak terbaik yang pernah dimilikinya. Mira menangis seolah merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Arya sekarang. 

“Ma-maaf, Mira. Maafkan aku, Mira. Sebagai kakak laki-laki yang harusnya menjaga dan melindungi kamu, aku gagal menjalankan tugasku! Karena aku, kamu kehilangan Ibu! Karena aku, kamu kehilangan nyawamu! Karena aku, Bara kehilangan ibunya! Ma-maaf, Mira. Maafkan aku.” 

Mira bangkit dari duduknya dan berpindah ke kursi di samping Arya. Mira berusaha untuk menepuk bahu Arya, tapi sekali lagi usahanya sia-sia. Mira tak bisa menghibur Arya yang kini menangis tersedu karena dirinya. 

“Tolong sampaikan, Bagas.” Mira meminta pada Bagas. 

Bagas menganggukkan kepalanya untuk memenuhi permintaan Mira. Seperti sebelum-sebelumnya ketika berhubungan dengan arwah gentayangan, Bagas seringkali bertindak sebagai perantara bagi arwah dan orang yang ingin bicara dengannya. 

“Ini pasti berat buat, Mas. Aku sudah dengar cerita Mas dari Bagas. Di waktu muda, Mas menanggung banyak hal tanpa sepengetahuanku. Ibu memaksa Mas menanggung semua itu dengan alasan balas budi.” Bagas menyampaikan apa yang Mira katakan pada Arya. “Semua yang terjadi di keluarga kita, semua itu bukan salah, Mas. Kita semua punya salah, Mas. Baik Ibu, aku, kita berdua juga bersalah sama Mas. Jadi tolong jangan menanggung semua kesalahan seorang diri dan menyalahkan diri Mas sendiri!” 

“Eng-enggak, Mira! Itu salahku! Kalo saja aku enggak jatuh hati pada Bela, semua tragedi ini enggak akan terjadi!” Arya bicara masih dengan air mata yang mengalir di wajahnya. “Ibu enggak akan kena serangan jantung, Bela enggak akan culik Bara dan kamu enggak akan ngalami kecelakaan itu!” 

Mira berusaha menghapus air mata di wajah Arya, tapi sekali lagi usahanya gagal. Mira hanya bisa menatap Arya yang kini menatap ke arah kursinya yang tadi tanpa bisa menyadari jika Mira sekarang sudah berada tepat di sampingnya. 

“Kalo kita tarik ke belakang, semua punya andil salah, Mas. Ibu dengan rencananya yang memaksa Mas untuk menikah denganku! Aku yang harusnya mampu melawan Ibu untuk melindungi Mas yang berulang kali melindungiku! Kita semua ada di sini, di dalam situasi ini, karena kesalahan kita masing-masing, Mas! Jadi ini bukan salah Mas saja!” 

“Mi-Mira, maafkan Mas!” 

Lihat selengkapnya