Tidak sampai di pernyataan berteman saja, kini muncul ide gila yang merasukiku. Sebenarnya lebih mirip dengan paksaan dari Diandra.
“Ini akan sangat mudah,” bujuknya, “hanya injak pedal gas untuk jalan, lalu mengemudikan setir dan injak rem untuk berhenti. Benar, kan!” antusiasnya itu sungguh polos. Atau dia memang tidak punya rasa takut.
“Di, untuk membuka pintu mobil saja itu butuh kunci.”
Suara ceramah di acara panti asuhan memang tidak terdengar sampai di halaman tempatku dan Diandra berdiri saat ini. Berada di belakang mobil milik Ayahku hendak mencoba permainan balapan.
Ya, tebakanmu benar. Menggunakan mobil betulan.
“Mudah saja. Kau tinggal minta ke Ayahmu, kan.”
Mudah? Mudah katanya?!
“Kalau aku tidak meminta izin, aku harus membuat alasan.”