Sebelum Titik

Kartini NRG
Chapter #10

She is falling behind

Ara tersenyum memandangi rak bukunya yang sudah ia susun kembali. Hanya sebagian saja. Berhubung baru-baru ini ia berhasil menyelesaikan tiga buku baru ditambah dua komik Wiki yang bisa dengan cepat ia selesaikan, jadi ia menyisipkan kelima buku itu sesuai warna sampulnya sekalian merombak tatanan beberapa buku yang menurutnya masih kurang sesuai dengan gradasi warna yang ingin ia ciptakan. Gradasi warna merah, oranye, jingga, dan kemudian kuning, lalu pelan-pelan menjadi putih dan menggelap lagi ke warna krem, coklat, dan merah bata hingga berangsur hitam.

Sebutir keringat menyucur ke pelipis Ara yang segera ia lap dengan punggung tangannya. Ara melepas masker dan plastik tangannya kemudian membuangnya di tempat sampah. Bahkan dilihat dari pintu masuk pun, rak buku yang baru disusun itu tampak bersinar dan membuat Ara ingin mengabadikannya lewat foto.

Ara sibuk memotret ketika musik khas pembuka tonight show terdengar samar dari tevenya.

Yes! Selesai tepat waktu!” Ara ngibrit ke sofa, mengambil remote dan meningkatkan volume suara tevenya. Salah satu alasan Ara masih mempertahankan tevenya adalah karena dia ingin menonton acara talkshow favoritnya itu. Kerecehan dan tingkah host-nya selalu berhasil meringankan beban di pundak Ara, membuatnya bisa tertawa lepas sejenak melupakan deadline demi deadline yang menghantuinya. Tak jarang juga Ara mendapatkan banyak inspirasi dan motivasi baru dari talkshow itu.

Ara segera menemukan posisi nyaman di sofa. Ia melewatkan bagian perkenalan bintang tamu di bagian bumper, tapi siapapun bintang tamunya tidak jadi masalah. Ara hanya ingin menonton kerecehan Vindes malam ini.

Musik dari My Own Music mengiringi kamera yang menyorot Vincent dan Desta, diakhiri dengan ketukan drum bersamaan dengan lompatan Desta yang khas. Ara tersenyum geli, padahal sudah melihat itu berkali-kali tapi tingkah Desta itu selalu berhasil membuatnya tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala.

Sementara matanya masih fokus ke layar TV, pikiran Ara sibuk mengingat-ingat ada cemilan apa di lemari makanannya. Setelah ingat dia masih punya stok oreo dan susu dingin di kulkas, Ara segera bangkit dan menyiapkan wadah cemilannya.

Vincent dan Desta sudah selesai dengan obrolan pembukanya, kini mereka sudah masuk intro untuk memanggil bintang tamu pertama mereka.

“Lo suka baca nggak?”

“Suka sih, tapi yang ada gambarnya gitu. Kalau novel gue cepet ngantuk.”

“Pas banget nih kita kedatangan bintang tamu yang jago bikin komik, bahkan sudah membuat studio komik yang menaungi komikus-komikus terkenal, mari kita sambut, Greytoon Entertainment!”

Sontak Ara menoleh ke layar teve. Tidak menyangka nama kantor yang sering ia datangi disebutkan oleh dua host favoritnya. Ara berlari tergesa ke depan teve dengan membawa sebungkus oreo dan semangkuk susu.

Muncullah tiga orang yang disambut dengan hangat oleh vincent dan desta. Di antara mereka, ada dua laki-laki dan satu perempuan. Saat perhatian Ara sudah sepenuhnya berfokus ke teve karena cemilannya sudah tertata di meja, tampaklah dua wajah tidak asing di sana.

“Tiga orang ini adalah founder dari Greytoon Entertainment, ya. Keren banget masih muda-muda,” Vincent mempersilakan mereka duduk.

“Dari kiri, namanya ada Wiki, Tris, dan Awan, ya. Ayo, Wiki Wintara, sebagai CEO nih, coba ceritain gimana awalnya kamu bisa punya ide buat bikin studio komik?”

Ara mematung di tempatnya. Ara melihat Wiki menjawab pertanyaan itu dengan tenang. Tris duduk di sampingnya, kemudian di samping Tris ada satu laki-laki lagi yang tidak sempat Ara ingat namanya saat perkenalan tadi. Tapi itu tidak penting.

Kini Ara seolah menonton teve rusak yang hanya ia bisa lihat gambarnya tapi tidak bisa mendengar suara mereka yang ada di teve.

Hanya ada jurang. Jurang yang semakin melebar, memisahkan diri Ara yang sekarang dengan sosok Wiki yang jauh di seberang sana.

[]

Meski sudah menolak dengan halus untuk bertemu langsung—toh Ara bisa lebih lancar menulis kalau lagi sendirian—tapi sepertinya tiap editor punya mode galak nan tegas masing-masing, tidak terkecuali Tris. Ia mengharuskan Ara untuk datang ke Greytoon dan mendikusikan kelanjutan naskahnya di sana.

Dan di situlah Ara sekarang, duduk sendirian di ruang rapat yang lumayan besar. Tris katanya sudah on the way ke ruang rapat tempat Ara menunggu tapi sampai sekarang belum kelihatan juga batang hidungnya. Hari ini Ara dijadwalkan hanya bertemu dengan Tris jadi ia bisa sedikit lebih rileks dan lebih tenang, nggak perlu ada drama sport jantung segala. Ia masih belum siap menghadapi Wiki setelah semalam ia menyaksikan fakta yang semakin membuatnya merasa bersalah sekaligus kesal dan entah kenapa juga bercampur dengan perasaan terkhianati, padahal sejak awal Ara tidak pernah mempercayai dan menaruh harapan pada siapapun—apalagi pada Wiki. Setidaknya itu yang ia yakini.

Pintu ruang rapat tiba-tiba terbuka, diikuti oleh munculnya sosok Wiki yang tersenyum lebar dan menyapanya dengan ucapan hai yang ringan. Ara dengan ragu menyunggingkan senyum yang dikulum sebagai balasan—lebih karena refleks membalas senyum Wiki, sementara cowok itu berjalan ringan dan menarik kursi tepat di depan Ara dan duduk di sana. Kini, Ara tidak bisa menghilangkan pemikiran tentang betapa berbedanya Wiki yang dulu ia kenal dengan Wiki yang sekarang. Kenapa selama beberapa bulan ini Ara malah selalu mengira Wiki tidak berubah? Hah, yang benar saja. Dasar halu!

“Kok kamu kayak nggak senang sih ketemu aku?” sama sekali tidak ada nada tersinggung atau sakit hati, kontras dengan kalimat Wiki yang konteksnya seolah menyindir. Justru seulas senyum jahil terbit di wajah Wiki, membuat Ara bertanya-tanya apa gerangan yang tengah terjadi di kepala laki-laki di depannya itu.

Lihat selengkapnya