Sebelum Titik

Kartini NRG
Chapter #12

He feels threatened

Wiki sedang menunggu giliran antrian parkir keluar pusat grosir Lotte Mart saat ia melihat mobil Ara tengah mengantri untuk masuk. Mobil mini berwarna merah bata itu sudah Wiki hafal betul platnya. Wiki menunggu sampai mobil itu berpapasan berlawanan arah dengannya.

Berkat kaca riben Ara yang tipis, Wiki bisa melihat ke dalam mobil meski agak samar. Keningnya berkerut ketika mendapati pengendara mobil itu bukanlah Ara. Melainkan laki-laki yang entah kenapa perawakannya tampak tidak asing bagi Wiki. Semakin dekat, Wiki menyadari Ara ada dalam mobil itu, di kursi penumpang samping pengemudi. Mereka berdua tampak sedang berbincang-bincang seru. Kening Wiki semakin berkerut, mencoba untuk mengingat siapa cowok itu.

Tidak salah lagi. Dia adalah orang yang mengajak Ara makan siang bareng tempo hari. Niatnya ingin menurunkan kaca mobil jadi Wiki urungkan. Tiba-tiba ada yang mendobrak dadanya, membuat Wiki menggenggam setir mobilnya dengan lebih erat. Pengintaiannya buyar ketika mobil di belakangnya mengklakson dengan kencang.

Ternyata ia sudah tertinggal cukup jauh dari antrian di depannya.

[]

“Kan udah dibilangin biar aku aja, Kak.”

“Masa kamu yang ngangkat kontainer segede gaban gitu? Ya aku tahu kamu emang samson banget, Ra, tapi nggak usah buka kedok kamu sekarang, lah.”

Ara langsung memicingkan mata ke arah Baim tapi cowok itu tak mengacuhkannya. Ia sibuk menarik troli besar dari barisannya.

“Bilang aja mau nebeng. Nggak usah sok pengen ngebantu, deh.”

“Terus maunya apa? Aku disuruh balik nih?”

“Tumben cepat tanggap,” Ara berjalan sambil lalu, melanjutkan langkahnya. Ketika ia menyadari Baim tidak mengikutinya, Ara menoleh dengan malas.

“Nggak usah drama deh, hayuk buruan,” Ara melambaikan tangannya dengan emosi di ujung tanduk. Baim langsung menyunggingkan senyum dan kembali berjalan mendekati Ara.

Kantornya sedang butuh kontainer dan orang dari gudang sedang sibuk dengan datangnya stok ATK besar-besaran di kantor. Jadilah Ara membeli kebutuhan untuk timnya, baru nanti notanya diserahkan ke bendahara. Ara sudah berhasil menyelinap sendirian dengan mengantongi izin dari atasan langsungnya, tapi di koridor ia bertemu Baim yang sudah menyampirkan ransel di pundaknya. Spontan Ara bertanya, “Mau ke mana Kak?”

“Ke grosir, tim tiga kehabisan bundel dan belum bisa minta di gudang. Kamu mau ke mana?”

“Hm? Toilet?”

“Ngapain bawa kunci mobil ke toilet?”

Terkutuklah mata tajam Baim. Ara tak berkutik.

Dan, di sinilah ia sekarang. Tiga kontainer sudah Ara pesan di petugas dan sedang dibawakan ke kasir. Kini Ara mengikuti langkah Baim menelusuri bagian ATK untuk mencari bundel yang dibutuhkannya.

Lihat selengkapnya