Sebelum Titik

Kartini NRG
Chapter #21

She can"t find her place

Di mobil, Ara menunjukkan gelagat enggan untuk berbicara sehingga Wiki pun ikut diam. Hanya ada deru kendaraan di luar, ditambah radio yang menyala namun disetel ke volume rendah yang mengisi atmosfer mobil siang itu. Sementara pikiran Ara berkelana jauh, bolak balik ke masa lalu dan masa kini. Dilihatnya bayangan tipis Wiki yang terpantul di kaca jendela.

Ara tahu setiap kali dirinya ditanyai tentang tipe ideal, ia tidak bisa menyebutkan detailnya apa. Yang ia tahu, tipe idamannya adalah yang seperti Wiki. Tepat seperti dia. Ara tidak tahu sejak kapan ia meyakini hal itu, tapi setelah ia pikir-pikir lagi, kebenaran dari teori itu tidaklah penting. Benar fakta atau hanya ilusi, di antara dia dan Wiki memang sudah ada jurang yang membentang dan mustahil untuk dilalui. Sejak takdir menggariskan orangtuanya untuk bercerai, Ara tahu ia tidak punya kesempatan apa-apa lagi.

[]

Jakarta, 2012

Hari ketika Wiki tahu tentang orangtuanya, seolah menjadi titik balik perbedaan sikap Wiki ke Ara. Saat ada PR Bahasa Jepang, biasanya Wiki akan langsung meminta buku tugas Ara untuk mencocokkan jawaban. Terkadang Wiki menemukan kesalahannya, tapi tak jarang juga Wiki menemukan kesalahan Ara sehingga mereka bisa saling memperbaiki. Hari ini, Ara sudah menyelesaikan tugas Bahasa Jepang. Tapi sesampainya di kelas, ia melihat Wiki tengah mengenggam buku tulis lain bersebelahan dengan buku tulisnya. Wiki serius mencocokkan jawaban sehingga tidak menyadari Ara lewat di depannya. Wiki bahkan duduk di bangku orang lain, bukan di bangkunya sendiri yang bersebelahan langsung dengan Ara. 

Ara berusaha untuk tidak terlalu memikirkan itu dan mulai melanjutkan membaca novel yang ia taruh di laci meja. Belum selesai satu halaman, bel masuk berdering di seluruh penjuru sekolah. Semua kerumunan yang terbentuk khas suasana pagi kelas langsung terurai dan kembali ke bangku masing-masing, begitu pun dengan Wiki yang tadi sempat duduk di kursi Ginting dan Reva.

“Telat lagi, ya,” sapa Wiki datar, tanpa minat.

“Mau nyocokin tugas Bajep?” todong Ara langsung. Wiki menoleh sekilas dan melihat buku tugas yang disodorkan Ara bergantian dengan buku tugas yang di tangannya. “Ya udah sini aku yang cocokin. Kamu udah nyocokin sama Reva kan tadi,” Ara mengambil buku tugas yang dipegang Wiki dan membuka halaman tugasnya. Dengan cepat Ara menyocokkan. Semua jawabannya sama dengan punya Wiki.

Thank you,” Ara mengembalikan buku Wiki. Wiki menatap Ara untuk beberapa saat, membuat Ara mau tidak mau tergerak untuk menatap cowok itu balik. Wiki melempar senyum terkulum yang hanya sanggup Ara balas dengan embusan napas sembari memalingkan wajah.

Wiki tidak berkata-kata lagi. Dan Ara kira, ia tentu baik-baik saja. Hanya karena moodnya sedang buruk, makanya dia jadi sedikit sensitif. Belakangan baru Ara tahu kalau dia ternyata tidak baik-baik saja setelah mengetahui Wiki seolah punya pengganti dirinya.

[]

Kejadian seperti itu jadi sering terjadi dan membuat Ara makin merasa Wiki telah berubah. Wiki jadi lebih sering bareng teman-teman yang lain. Kadang kalau bersama Ara, Wiki jadi lebih pendiam dan candaannya jadi garing. Wiki yang selama ini Ara anggap teman terdekatnya pelan-pelan jadi orang asing lagi.

[]

Ingatan Ara melompat saat ia dan Wiki berdiri berdampingan di rooftop sekolah. Biasanya, rooftop itu dikunci. Namun sejak beberapa tanaman hasil percobaan dan sumbangan dari murid-murid tidak cukup untuk ditaruh di bawah, beberapa akhirnya dibawa ke atas dan jadilah di rooftop yang panas itu dipenuhi tanaman. Di sisi lain, ada juga barang-barang dari kelas seperti kursi, meja, lemari, dan loker yang tidak terpakai tapi masih layak digunakan. Beberapa murid sering ke rooftop untuk belajar, atau sekadar mengobrol. Hari itu, ada Wiki dan Ara di salah satu sisi yang dipenuhi barang-barang tak terpakai. Di sisi yang dipenuhi tanaman ada beberapa murid juga yang sepertinya adik kelas mereka sedang menikmati pemandangan sembari berfoto-foto ria.

Tugas Bahasa Inggris yang mengharuskan mereka untuk merekam advertisement secara individu, Wiki dan Ara tengah mengerjakan itu. Karena di sisi tanaman banyak orang, jadi mereka melipir ke rooftop yang disulap jadi gudang itu dan mulai mencari angle yang pas agar meja dan kursi di sekitar sana tidak masuk kamera.

“Ayo Ra, sebelah sini. Oke, di situ latarnya bagus,” ucap Wiki dengan tatapan yang fokus ke kamera. Ara berdiri sambil menyipitkan mata karena teriknya matahari. Menyadari itu, Wiki melepas topinya. “Panas, ya,” katanya sambil menyodorkan topi itu.

“Nggak usah,” Ara menggeleng.

“Tapi panas,” Wiki menghampiri Ara dan memakaikan topinya di kepala Ara. Ara memang merasa lebih baik, tapi kini Wiki yang tidak bisa membuka matanya lebar-lebar.

“Kamu jadi nggak bisa ngeliat gitu.”

“Bisa, nih,” Wiki berusaha keras membelalakkan matanya yang notabene sipit itu. Seketika Ara menyemburkan tawa ringan yang singkat.

Lihat selengkapnya