Ara merasa semuanya jadi terasa mungkin karena ada Wiki di sampingnya. Tanpa Ara duga, Wiki bisa betah mengobrol dengan mamanya—satu hal yang jarang sekali Ara bisa lakukan. Tiap kali mengobrol, Ara bisa emosi atau malah bosan duluan. Tapi Wiki, entah punya taktik apa, secara ajaib mampu meruntuhkan dinding mamanya dan seketika menjadi calon menantu pujaan. Dalam hati, Ara masih merasa Wiki diterima dengan baik karena di awal perkenalan Wiki menjelaskan pekerjaannya sebagai CEO sebuah perusahaan. CEO adalah jabatan tinggi dan penting. Jadi mama tentu tidak memandangnya sebelah mata.
Meski begitu, mama masih sinis pada Ara. Terkadang Ara terlalu sibuk hingga tidak sempat menengok ponselnya selama beberapa jam. Mama kadang menelepon, dan kalau Ara tidak mengangkat, ia akan menganggap Ara akan segera meninggalkannya karena telah menemukan pria yang ingin menikahinya. Ara harus menenangkan diri untuk tidak memasukkan ke hati perkataan mamanya itu. Ara menganggap itu adalah reaksi alami dari mama berdasarkan sifat dan cara berpikirnya dan Ara tidak bisa dengan konstan mengubah itu. Biarkan tindakan Ara yang akan membuktikan bahwa prasangka buruk mama tidaklah benar.
[]
Wiki melihat Ara dari kejauhan, baru turun dari mobilnya. Ia segera memanggil Ara, mereka saling melambaikan tangan.
“Tumben Hari Senin ke sini?”
Sejak ketahuan resign, Ara memang kadang ke Greytoon saat hari kerja. Alasannya mulai dari numpang nulis, baca buku, numpang wi-fi, sampai yang paling membuat Wiki senang, pengen ketemu Wiki aja.
Obliviate sudah hampir tamat Season II-nya dan sedang dalam proses seleksi untuk dinaikkan pangkatnya menjadi komik cetak. Sebab, hanya komik-komik digital pilihan saja yang akan dibuat versi cetaknya. Ada batasan minimum viewers, subscribers, dan kualitas cerita serta gambar. Wiki dan Ara sama-sama berharap Obliviate bisa lolos. Karena, ketika komik digital dialihkan ke bentuk buku, maka pembaca bisa bertambah. Beberapa pembaca memang ada yang lebih suka membaca komik dalam bentuk buku, sensasi yang dirasakan juga berbeda.
Ara hanya menjawab pertanyaan Wiki dengan senyuman lebar. Wiki tidak mempersoalkannya karena melihat Ara saja sudah membuatnya senang. Mereka bersama-sama masuk ke KTH Tower dan menuju resepsionis gedung untuk memperoleh badge pengunjung.
Sesampainya di atas, Ara berpisah dengan Wiki yang harus meeting.
“See you,” kata Ara sebelum berpisah.
“See you? Kamu mau nungguin aku? Mau makan siang bareng?”
“Boleh deh, sekalian.”
Wiki mengerutkan dahi, jawaban Ara agak ganjil. Tapi panggilan dari Adli membuatnya tergesa ke ruang meeting. Di belakangnya, Ara tersenyum penuh makna.
[]
Sebelum jam makan siang, Wiki diminta oleh Raka, koordinator dari tim penulis untuk menyambut para penulis baru yang telah mereka seleksi beberapa minggu belakangan ini. Wiki melirik jamnya, sebenarnya ingin buru-buru keluar saja dan bertemu Ara biar punya waktu mencari restoran yang enak. Tapi Wiki tetap mengiyakan.
“Aku ngasih sambutan singkat aja ya? Udah ada janji nih sama teman,” pinta Wiki. Raka menyetujuinya.
Saat memasuki lab kepenulisan yang berada di sayap kanan gedung, Wiki menatap satu per satu penulis baru yang wajahnya masih sangat bersemangat dan penuh ambisi. Dan, pandangannya berhenti di satu orang yang berdiri paling ujung, di sudut ruangan. Di sana, ada Ara yang balik menatapnya dengan senyum geli.
“Selamat datang para penulis baru! Kenalin nih, CEO muda berbakat yang mungkin udah nggak asing ya buat sebagian dari kalian, Wiki Wintara,” suara Raka yang memanggil namanya segera mengalihkan perhatian Wiki. Wiki tersenyum ke seluruh orang di ruangan dan mempersilakan semuanya duduk. Dengan meja bentuk U yang mereka tempati berada di tengah-tengah.
Wiki melirik Ara lagi sebelum ia memulai sambutannya.
Setelah acara selesai, Wiki menunggu Ara di samping pintu ruang rapat.
“Loh, wik, kok lu masih di sini? Tadi katanya buru-buru?” Raka yang baru keluar dari ruangan memergoki Wiki. Wiki jadi salting.
“Nunggu temen.”
“Temen? Ada di antara penulis baru tadi?”
Wiki mengangguk. Tak lama, Ara muncul. “Nah itu dia orangnya,” spontan Wiki menunjuk Ara yang juga ikut menoleh karena suara Wiki. Raka dan Ara saling tatap-tatapan.
“Wah, Kirara? Kamu temennya Wiki, ternyata?”
Ara hanya tersenyum malu.
“Pantesan kamu banyak nanya, CEOnya ikutan nyeleksi nggak? gitu, ternyata mau kasih surprise ya?” tebak Raka dengan nada menggoda.