Blurb
Mengapa? Mengapa kenyataan itu selalu bertolak belakang dengan angan-angan yang selalu menyapa Nia? Belum lupa dia dengan rasa pilu lantaran gagal lolos casting, sekarang dia malah tertimpa kesedihan baru.
Nia kembali membaringkan badan letihnya di atas kasur.
"Ya Allah, gini amat pengen sukses!"
Nia meratapi nasibnya sendiri sambil menutup mata dan mendengarkan sholawat-an pakai earphone. Air matanya seketika menetes. Tak lama, telapak tangan kurusnya mengusap lembut kepalanya sendiri.
Kasihan banget si kamu Na, udah dapat masalah soal A Arman, eh impian yang kamu usahakan juga gak gampang kamu dapatkan.