Sebelum Toga di Bawah Awan

Leni Juliany
Chapter #2

Chapter 2: Makan Bersama

Terdengar suara ramai sinetron di ruangan sederhana berdinding pink. Seperti biasa, Mirna nonton televisi sambil makan malam. Di sampingnya ada Nia yang dari tadi sibuk dengan ponselnya.

Ponsel Mirna berbunyi, pertanda ada chat masuk.

"Hah?" Mamah sedikit terkejut saat melihat chat tersebut.

"Kenapa Mah?"

"Ini si eneng."

"Kenapa Mah?"

"Keukeuh mau pulang besok."

"Lah, kenapa Mah? Bukannya belum libur ya?"

"Iya, ini mau ditanyain."

"Hah? dia mau berhenti nyantri?" tanya Mirna, kaget.

Nia juga ikut kaget.

"Kok bisa? Kenapa Mah?"

"Gak tahu, katanya nanti ceritanya kalau udah di rumah."

"Dia gak kenapa-napa kan Mah?"

"Gak kenapa-napa katanya, tapi gak tahu kenapa dia tiba-tiba pengen berhenti."

"Terus ke sininya sama siapa?"

"Biarin, nanti Mamah yang jemput."

"Sendiri?"

"Ya iya atuh, terus mau sama siapa lagi?"

"Sama Nia Mah, hayu."

"Enggak ah, mending sendiri. Nanti kalau sama kamu nambah ongkos lagi."

"Ya udah deh, hati-hati aja."

"Neng ... Neng, ada-ada aja," bisik Mamah sembari menyimpan kembali ponselnya.

"Kenapa atuh Mah? Kok Mamah ngizinin?"

"Kalau dipaksa takut gak serius, takut kabur."

"Ya enggak atuh Mah."

"Sekarang mah ikutin aja deuh maunya, nanti suruh masuk MTS aja."

"Udah bilang ke Bapak?"

"Justru itu, sebelum bilang ke Mamah, katanya dia udah bilang duluan ke Bapak, jadi Mamah ikut mau Bapak."

"Tapi Mamah udah nanya ke Bapak?"

"Udah, barusan."

"Terus-terus, apa katanya?"

"Ya ... katanya Bapak udah ngizinin. Udah ah mau makan dulu."

Mumpung belum jam tujuh malam, Mirna kembali menyuapkan nasi yang di padukan dengan jengkol goreng dan tak lupa sambal goang, uh ... mantap. Sedangkan Nia kembali fokus ke ponselnya.

"Kamu gak makan Na?"

"Udah tadi Mah."

"lagi ngapain si? Dari tadi main HP terus."

"Biasa cari produk di lazada, buat dijual lagi di status whatsapp, apalagi sekarang lagi ada promo. Mamah mau sekalin check out barang gak?"

"Enggak ah," jawab Mirna, kemudian ke dapur sembari membawa piring bekas makan.

Nang, Ning, Nong ...

Notif chat dari grup membuyarkan fokusnya

"Ada kabar apa sih di grup?"

Karena merasa penasaran, akhirnya Nia membuka notif chat whatsapp tersebut

"Makan bersama?"

Mirna yang barusan dari dapur, langsung bertanya.

"Makan bersama? Siapa yang mau makan bersama?" tanya Mirna sembari duduk di dekat Nia.

"Ini, temen sekelas ngajak makan-makan."

"Temen SMA? Perasaan baru kemarin perpisahan."

"Bukan, ini teman sekelas di kampus," jawab Nia sambil menjawab chat.

"Belum kuliah kok ngajak makan bersama?"

"Mau sekalian silatutahmi juga Mah."

"Mau dimana?"

"Katanya di rumah si Lulu."

"Dimana itu?"

"Di Jalan Cisirung Mah."

"Ih jauh itu, giaman angkotnya?"

"Ini ada yang mau ngajak bareng, si Kiki."

"Orang mana dia?"

"Orang Cikutra ."

"Oh iya, sekalian lewat ya?"

"Iya Mah."

"Hati-hati, pegangngan yang kuat, bisa pegangan ke jok belakang, duduknya jangan nyerong."

"Iya Mah, siap." Nia masih fokus balas chat di grup kelas.

"Dia cowok?"

"Ya iya atuh Mah."

"Apalagi cowok, harus hati-hati, jangan ngebut gitu."

"Insyaallah dia baik, tapi kalau nyuruh dia gak ngebut, gak enak atuh Mah."

"Gak apa-apa atuh, jaga-jaga."

"Gimana nanti Mah, yang penting Nia bisa jaga diri baik-baik."

***

Pagi yang cerah pun tiba, tepat pukul 8 pagi, Nia menunggu Kiki datang membawa motor, eh mengendarai motor maksudnya. Emang dia siapa bisa-bisanya bawa motor?

Nia sesekali melihat jam tangannnya, sesekali memantau chat di grup. Akhirnya ada info kalau sebagian temannya sudah OTW.

15 menit kemudian, Kiki datang bersama motor ninja warna hitam yang serasi dengan helmnya.

Kiki membuka helm. Dia tampak hitam manis serasi dengam rambut kribonya. Tapi lagi-lagi Nia belum tertarik, entah kenapa? Kiki cocoknya dijadikan teman.

"Sorry ya telat," ucap Kiki setelah menyimpan helm di setiran, tanpa turun dari motor.

"Iya gak apa-apa Ki, malahan makasih udah ngajak nebeng.

Meskipun mereka belum pernah bertemu sebelumnya, Kiki terlihat sudah luwes ke Nia. Berbeda dengan Nia, yang masih merasa gak enakkan dan canggung.

"Santai ... udan siap?"

Lihat selengkapnya