Terdengar suara ramai sinetron di ruang keluarga beraroma pengharum ruangan jeruk segar. Seperti biasa, Mirna nonton televisi sambil makan malam. Di sampingnya ada Nia yang dari tadi sibuk scroll barang di Lazada.
Ponsel Mirna berbunyi, pertanda ada pesan WhatsApp masuk.
"Hah?" Mirna sedikit terkejut saat melihat pesan tersebut, lantas mengerutkan kening.
"Kenapa Mah?"
"Ini si eneng."
"Kenapa Mah?"
"Keukeuh mau pulang besok."
"Lah, kenapa Mah? Bukannya belum libur ya?"
"Iya, ini mau ditanyain."
"Hah dia mau berhenti jadi santri?!"
Nia ikut kaget.
"Kok bisa? Kenapa Mah?"
"Gak tahu, ini mau ditanyain," jawab Mirna, masih mengetik.
"Telpon aja Mah."
Mirna menuruti saran anaknya.
"Gak diangkat."
"Ya udah chat aja. Eh emang boleh main HP di pondok Mah?"
"Gak tahu, mungkin udah diizinin."
"Dia gak ada masalah apa-apa kan?"
"Ini lagi ditanyain Nia ...."
"Oh iya."
Nia cengar-cengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, lalu kembali main ponsel. Sementara Mirna masih fokus mengetik.
"Hm ... katanya nanti ceritanya kalau dia udah di rumah," jelas Mirna.
"lah? Jadi gimana?"
"Gak pa-pa, nanti Mamah jemput aja."
"Sendiri?"
"Ya iya atuh, terus mau sama siapa lagi?"
"Sama Nia Mah, hayu."
"Enggak ah, mending sendiri. Nanti kalau sama kamu nambah ongkos lagi."
"Ya udah deh, hati-hati aja ya Mah."
"Neng ... Neng, ada-ada aja," bisik Mirna sembari menyimpan kembali ponselnya.
"Kenapa atuh Mah? Kok Mamah menuruti keinginannya?"
"Kalau dipaksa takut gak serius, takut kabur."
"Ya enggak atuh Mah."
"Sekarang mah ikutin aja deuh maunya, nanti suruh masuk MTS aja."
"Udah bilang ke Bapak?"
"Justru itu, sebelum bilang ke Mamah, katanya dia udah bilang duluan ke Bapak, jadi Mamah ikut persetujuan Bapak."
"Jadi Mamah udah nanya ke Bapak?"
"Udah, barusan."
"Terus-terus apa katanya?"
"Ya ... katanya Bapak udah ngizinin. Udah ah mau makan dulu."
Mumpung belum jam delapan malam, Mirna kembali menyuapkan nasi yang dipadukan dengan jengkol goreng dan tak lupa sambal goangnya, uh ... mantap. Sedangkan Nia kembali fokus cari produk.
"Kamu gak makan Na?"
"Udah tadi Mah."
"lagi ngapain sih? Dari tadi main HP mulu."
"Biasa cari produk di Lazada, buat dijual lagi di status WA, apalagi sekarang lagi ada promo. Mamah mau sekalin check out barang gak nih?"
"Enggak ah," jawab Mirna, lalu melangkah ke dapur sembari membawa piring bekas makan.
Lagi asyik-asyiknya memilih barang, tiba-tiba Nia terganggu oleh pesan dari grup WhatsApp.
"Ish, ada apa sih di grup?"
Karena merasa penasaran, akhirnya Nia membuka grup tersebut.
"Makan bersama?" respon Nia seraya sedikit mengerutkan kening.
Mirna yang barusan dari dapur, langsung ikut bertanya.
"Makan bersama? Siapa yang mau makan bersama?" tanya Mirna, lantas duduk di sebelah Nia.
"Ini, temen kelas ngajak makan-makan."
"Temen SMA? Perasaan baru kemarin perpisahan."
"Bukan, ini temen sekelas di kampus Mah," jawab Nia sambil fokus membalas chat.
"Belum kuliah kok ngajak makan-makan?"
"Mau sekalian silatutahmi juga Mah."
"Mau di mana?"
"Katanya di rumah si Lulu."
"Di mana itu?"
"Jalan Cisirung Mah."
"Ih jauh, emang ada angkotnya?"
"Ini ada yang mau ngajak bareng, si Kiki."
"Orang mana dia?"
"Orang Cikutra ."
"Oh ... sekalian lewat ya?"
"Iya Mah."
"Hati-hati, pegangngan yang kenceng, bisa pegangan ke jok belakang, duduknya jangan nyerong."
"Iya Mah, siap." Nia masih fokus ke ponsel, tapi sesekali melirik ke Mirna.
"Dia cowok?"
"Iya Mah."
"Apalagi cowok, harus hati-hati, jangan ngebut gitu."
"Insyaallah dia baik, tapi kalau nyuruh dia gak ngebut, gak enak atuh Mah."
"Gak apa-apa atuh, jaga-jaga."
"Gimana nanti Mah, yang penting kan Nia bisa jaga diri, bismillah."
***
Minggu pagi yang tidak begitu panas pun tiba. Tepat pukul 08.00, Nia menunggu Kiki datang membawa motor, eh mengendarai motor maksudnya. Memangnya dia siapa bisa-bisanya bawa motor?
Nia sesekali melihat jam tangannnya, sesekali memantau pesan di grup WhatsApp. Akhirnya ada info kalau sebagian temannya sudah OTW.
15 menit kemudian, Kiki datang bersama motor ninja warna hitam yang serasi dengan helm dan kemeja kotak-kotaknya. Kiki membuka helm. Dia tampak hitam manis, cocok dengan rambut agak kribonya. Tapi lagi-lagi Nia belum tertarik. Entah kenapa? Nia merasa kalau Kiki lebih cocok jadi temannya.