Sebelum Toga di Bawah Awan

Leni Juliany
Chapter #7

Chapter 7: Tatapan

Angin sore ini cukup kencang, hingga mampu menembus kemeja coklat yang sedang Nia pakai. Dengan terburu-buru, Nia melangkahkan kakinya menuju gerbang.

Hari ini cukup melelahkan bagi peserta paduan suara, karena pukul 17.30 mereka baru selesai latihan untuk acara wisuda besok.

"Mana ada angkot jam segini? Atau aku oesan ojek online aja ya?" tanya Nia saat sudah di luar gerbang.

Nia pun membuka slingbag hitamnya.

"Alhamdulillah masih ada lima belas ribu. Hm ... tapi sayang uangnya ...."

Belum juga Nia memesan ojek, tiba-tiba Fahri lewat di depan matanya, sambil membunyikan klakson. Pertanyaan penuh keluh kembali melanda hati Nia.

Apa aku seasing itu ya di hati Fahri? Masa aku luntang lantung sendiri kaya gini, gak ditanya apa-apa?

Nia hanya bisa menghela nafas atas apa yang barusan terjadi.

"Ya udah deh, pesen ojol aja."

Nia mengeluarkan ponselnya, kemudian memesan ojek sambil sedikit cemberut. Dan pada akhirnya Dia harus menunggu emang ojek bersama suasana hening senja itu, sambil merenungi semua yang terjadi.

Nia bersyukur mengikuti paduan suara. Dia bisa mengetahui jenis suara dirinya sendiri, bisa belajar banyak tentang teknik vokal, bisa melatih suara secara rutin, bisa rutin melihat Fahri, dan bisa rutin mendengarkan suara khas Fahri. Tapi benar saja, hidup tak selalu tentang suka, ada pula sedihnya, ada pula tantangannya. Nia harus rela pulang sore, dan yang paling sedihnya itu ... dia suka melihat Fahri chat-an sama pacarnya, sambil senyum-senyum sendiri.

Tak lama ojek pun datang, menghentikkan lamunan Nia yang dari tadi berdiri di depan gerbang, bersama daun-daun kering yang berterbangan.

"Atas nama Nia Nurlaila?"

"Iya Pak."

Di motor Nia hanya menatap jalanan sambil melamun panjang, membayangkan sesuatu yang menyakitkan. Membayangkan saat Fahri melamar perempuan itu.

Baru membayangkannya aja sesakit ini, gimana aslinya?

Tapi masih ada keyakinan dalam diri Nia. Sebuah harapan besar kepada sang pencipta. Yakin semuanya akan baik-baik saja, yakin kenyataannya tidak akan sesedih itu.

***

Kemarin Pak Doni memberi intruksi, agar tim paduan suara sudah tiba di kampus pukul 06.30. Tapi pukul 06.15, Nia masih berada di dalam angkot. Karena takut di kampus sudah banyakan, tanpa berpikir panjang dia malah chat pria idaman.

"Ri, udah di kampus belum?"

Pesan terkirim.

Aduh kok aku nanya ke dia ... kenapa gak ke Eca aja si Nia ...

"Belum Ni, lagi nganter orang spesial dulu hehe."

Aw, lagi dan lagi rasa sakit itu kembali menusuk hati Nia. Orang spesial? Yang pasti pacarnya lah. Siapa lagi?

"Oh iya Ri."

Sambil cemberut, Nia kembali menyenderkan kepalanya ke kaca jendela angkot.

Padahal Nia sudah cantik. Tapi mau make up secantik apapun, kalau bukan Nia orangnya, tetap tidak bisa merubah hati Fahri.

Alhamdulillah-nya Nia tiba di kampus pukul 06.20.

"Mau chat Eca dulu ah," ujar Nia sebari mengeluarkan handphone-nya dari slingbag mininya.

"Yah, Eca gak on"

Lihat selengkapnya