Sebelum Toga di Bawah Awan

Leni Juliany
Chapter #9

Chapter 9: Bukan Sekedar Digital Marketing

Nia merasa kegiatan UKM Digital Marketing kali ini lebih capai daripada sebelumnya, ungkin karena praktiknya yang lebih lama daripada hari-hari sebelumnya. Tapi hal itu tidak membuat Nia mundur dari usaha menggapai mimpi. Besok pukul 08.00, dia akan tetap mengunjungi rumah Arman bersama Amel.

Pada malam yang hening, seperti biasa Nia berbaring di atas kasur, sembari bermain ponsel. Upload promosi di whatsapp baru saja dia selesaikan. Kali ini dia sedang scroll instagram. Tiba-tiba rasa penasaran terhadap Fahri menyapanya kembali.

"Udah seminggu lebih gak stalking Fahri, cek story IG-nya ah ...."

Terkejut hati Nia, ketika melihat Fahri sedang bersama seorang perempuan. Terlihat perempuan berkulit kuning langsat berdiri di dekat Fahri. Senyumnya manis karena ditambah oleh gigi gingsul. Cantik banget ... apalagi outfit hijabnya fashionable. Mereka berdua sedang liburan di pinggir pantai.

Ternyata sekarang hubungan Fahri dan pacarnya sudah publik. Membuat hati Nia menangis untuk kesekian kalinya. Apalagi malam itu Nia sedang datang bulan hari ke-2.

Ya Allah, sakit banget. Lagi dan lagi kalimat itu menyapa hati Nia.

Tidak sadar air mata Nia menetes secara perlahan.

Udah Nia ... pokonya kamu harus move on, jangan stalking lagi. Fokus saja sama impian ...!

Kemudian dia pejamkan matanya sampai tertidur.

***

Matahari pagi menembus jendela, membangunkan seseorang yang tertidur pulas. Nia langsung melihat jam di ponselnya, sudah menunjukkan pukul 07.00. Lelah menangis tengah malam, membuat matanya sedikit terlihat bintit.

"Aduh udah jam segini ...," jelas Nia, teringat dia akan mengunjungi rumah seseorang. Memang rencananya pukul 08.00, tapi persiapan Nia suka lama.

Tanpa berpikir panjang dan tanpa merapihkan tempat tidur terlebih dahulu, Nia langsung bergegas ke kamar.

Pukul 07.30 Amel menjemput Nia. Tanpa menunggu lama, mereka langsung berangkat. Kemungkinan mereka tiba lebih dari pukul 08.00.

"Mel, si Aa udah bangun bisnis online dari lama ya?" tanya Nia ketika dia dibonceng Amel.

"Iya, udah dari zaman dia masih SMK, cuman kalau dulu dia fokus di shopee, sementara sekarang di facebook."

"Eu ... terus dia waktu SMK dekat dengan guru-gurunya ya? Kaya sekarang, deket dengan dosen."

"Iya dekat, sampe suka nginep di sekolah buat garap bisnisnya. Terus sebenarnya, toko shopee yang dia punya itu, garapan dia sama salah satu guru, tapi di kasihkan ke Aa."

"Wah keren, baik banget gurunya."

"Iya, tapi sekarang tokonya udah gak diperhatiin lagi, dia lebih memilih fokus jualan di facebook ads."

"Tapi masih suka ada yang beli kan?

"Kok kamu tahu?"

"Aku nanya di chat."

"Cie ... suka chat-an nih ...."

"Chat-an biasa."

"Biasa-biasa, nanti bisa jadi luar biasa loh ...."

"Apaan sih, biasa aja."

Akhirnya mereka sampai juga, jadi Nia gak perlu lama-lama menanggapi Amel, si ratu comblang.

Terlihat rumah sederhana dengan cat putih yang tampak bersih disertai tanaman stroberi. Amel mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum Wa ...."

Belum ada yang balas.

"Wa ... punten ...."

Terdengar suara perempuan membalas salam di dalam rumah.

"Waalaikumsalam."

Tak lama pintu terbuka. Terlihat perempuan berjilbab instan hitam dan berdaster motif kembang, sedang memegang gagang pintu. Kalau dilihat dari wajahnya, umurnya tak jauh beda dengan umur Mirna.

"Eh Amel, ayo masuk."

Nia dan Amel salim ke perempuan tersebut.

"Ayo masuk," ajak perempuan itu seraya masuk duluan

"Assalamualaikum," salam Nia dan Amel, bersamaan

"Waalaikumsalam."

Mereka saling senyum. Tak lama, Nia dan Amel salim ke perempuan itu.

"Silahkan duduk dulu," ucap Yani, ibu Arman.

"Oh iya Wa."

"Duduk Na," ajak Amel sembari duduk bersandar.

"Bentar ya, Uwa ambilin minum dulu, eh mau minum apa?"

"Udah Wa gak usah repot-repot."

"Iya Ibu, duh jadi ngerepotin."

"Santai, kaya ke siapa aja, tunggu ya."

Sebelum minum datang, Nia dan Amel main ponsel terlebih dahulu, sesekali mata Nia memperhatikan tampilan yang ada di ruang tamu, termasuk foto-foto. Dan tak sengaja mata Nia tertuju pada seseorang yang baru keluar kamar mandi , tapi sudah mengenakan traning hitam juga kaos abu . Dia juga melihat ke arah Nia sambil mengeringkan rambut pakai handuk. Nia langsung mengalihkan pandangannya ke ponsel, sementara Arman masuk ke kamar untuk mengambil laptop.

Akhirnya teh manis datang ditemani oleh biskuit sari gandum krim coklat dalam toples. Kebetulan, Nia suka biskuit.

"Mangga Neng," ujar bu Yani sambil memindahkan gelas dan toples dari nampan ke meja.

"Aduh Ibu maaf ngerepotin."

"Enggak sama sekali Neng, santai aja, mangga atuh."

"Iya, makasih Ibu."

"Makasih Wa."

Yani duduk di kursi samping mereka.

"Eh sebelum ke sini udah pada makan belum? Mau makan aja yuk sama Uwa."

"Udah Wa."

"Udah Ibu."

"Serius?"

"Iya Wa, eh Wa diminum ya," ucap Amel sembari mengambil teh.

"Iya mangga Neng."

"Iya Bu, diminum ya Bu, makasih sebelumnya."

"Ai si Neng teh sekelas sama Amel?"

"Iya Bu sekelas."

"Orang mana?"

"Jalan Setia Bu."

"Oh muhun-muhun, mau kerja kelompok atau apa ini teh? Atau mau main aja sama si Aa?"

"Ini si Nia, pengen belajar sama Aa katanya."

"Ih enggak hanya Nia Bu, Amel juga."

"Oh iya, silakan belajar sambil santai ya, da hari minggu."

Seketika Arman menghampiri mereka sambil membawa laptop.

"Silakan atuh mau belajar mah, Uwa ke dapur dulu ya."

Arman duduk di kursi yang tadi ditempati ibunya.

"Maaf, tadi Aa lama ya?" Arman langsung melihat ke Nia.

"Enggak kok A," jawab Nia sedikit menunduk.

Amel senyum-senyum sendiri melihat tinggkah teman dan sepupunya.

"Kenapa Mel?"

Lihat selengkapnya