Baru saja Nia berkomitmen untuk fokus ke impiannya, sosok Arman malah mengisi lubuk hatinya. Sungguh tak pernah Nia sangka sebelumnya, akan merasakan getaran sekaligus kecenderungan pada seseorang yang lebih dewasa darinya. Sama seperti dulu, setiap rasa asing yang singgah, selalu dia doakan di sepertiga malam.
Ya Allah, baru saja hamba ingin fokus menggapai cita-cita, ternyata perasaan ini tumbuh begitu saja. Ya Allah, semoga perasaan ini tidak menggangu masa depan hamba. Berikanlah jalan dan petunjuk terbaik untuk semua ini ya Allah, Aamiin.
Tidak ada niat untuk kembali berharap kepada selain Allah, namun bayangan masa depan itu selalu tiba-tiba hadir mengampiri pikiran Nia, membentuk kembali harapan. Apalagi sekarang hampir setiap hati mereka chating-an. Mulai dari membahas bisnis sampai perkuliahan.
"Maaf A Nia masih belum paham."
"Kalau video call-an gimana?"
Laptop Nia terkena virus gara-gara mengunduh aplikasi sembarangan, sehingga harus diinstal ulang. Arman dengan senang hati ingin mengajarkan Nia dengan sungguh-sungguh.
Emang boleh A?
Boleh atuh 😁.
Serius?
Serius Na 😁.
Padahal Nia bisa saja minta bantuan ke dosen atau kakak kelas perempuannya, tapi ujian cinta telah meracuninya. Saat teringat Arman, dia langsung menghubungi pria itu.
Makasih sebelumnya A 🙏.
Udah siap?
Bentar A, mau pakai kerudung.
"Aduh, kok aku bilang gitu? Kaya yang mau nunjukkin muka aja ... kan nanti kamera belakang, aduh udah terlanjur terkirim lagi."
Tanpa berpikir panjang, Nia segera mengambil kerudung yang menggantung di belakang pintu.
Udah siap A.
Tanpa ada balasan, Nia langsung mendapat panggilan video call. Jantungnya semakin berdebar, apalagi sudah 2 minggu dia dengan Arman tidak saling bertemu, karena UKM sementara libur dulu. Nia tak langsung mengangkatnya, melainkan mengatur nafasnya terlebih dahulu.
Tenang ... tenang Na ....
Setelah itu, diangkatlah panggilan tersebut, terlihat Arman sedang duduk di depan laptop.
"Assalamualaikum Na, mana laptopnya?"
Nia belum membalas, masih menunduk. Jantungnya masih berdebar kencang.
"Na."
Nia sedikit terkejut.
" Oh iya A, Waalaikumsalam, sebentar ya A."
Nia langsung mengubah menjadi kamera belakang. Sementara Arman masih kamera depan.
Duh ... kok aku langsung angkat pakai kamera depan si ... kan jadi malu ....
"Praktikkan yang Aa sampaikan ya."
"Oh iya, siap A."
Nia mengikuti apa yang Arman intruksikan dengan teliti, sampai akhirnya berhasil. Tak terasa mereka video call-an sampai memakan waktu kurang lebih 1 jam.
"Alhamdulillah udah bisa ya?" tanya, Arman masih kamera depan. Sedangkan Nia, dia juga tidak mengubah posisi kameranya.
"Iya A Alhamdulillah, makasih ya A."
"Sama-sama Na."
"Maaf ya A kalau ganggu."
"Engga kok, gak ganggu sama sekali, santai aja."
"Oke, mungkin udah ya A VC-nya? barangkali Aa-nya mau tidur."
"Aa mah belum ngantuk, biasanya juga suka bergadang."
"Seriusan A?
"Serius Na."
"Bergadang buat garap bisnis ya A?"
"Bukan hanya itu si, ada projek kampus juga yang terkadang harus diselesaikan."
"Wah rajin."
"Biasa Na, oh iya barangkali Nia mau tidur mah mangga."
"Sama, Nia juga belum ngantuk A, mau mengerjakan tugas dulu."
"Tugas apa Na?"
"Pedagogik."
"Mau Aa bantu?"
"Enggak apa-apa A, Aa lanjutkan saja aktivitasnya, tugas Nia sedikit lagi kok."
"Seriusan?"
"Iya serius A."
"Ya sudah, Aa tidak ingin memaksa. Silahkan barangkali mau mengerjakan tugas Na," ujar Arman, masih terdengar ramah.
"Eu ... mau dari Nia yang mengakhiri vidio call-nya atau dari Aa?"
"Boleh sama Nia juga."
"Serius A?"
"Serius atuh."
Nia terdiam.
"Na."
"Iya A."
"Eu ... selamat malam ya."
"Malam juga A."
"Ya sudah Aa saja yang mengakhirinya, Nia mau mengerjakan tugas ya, selamat mengerjakan, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, terima kasih A."
"Sama-sama Na."
Hati Nia semakin berharap, apalagi setelah tahu Arman terdengar gugup saat mengucapkan selamat malam. Percakapan mereka berlanjut di pesan WhatsApp.
Sekali lagi makasih ya A, maaf kalau mengganggu kesibukkan Aa.
Memang Nia kira, Aa orang sibuk ya😁?
Iya hehe, kan Aa jualan online sambil kerja, terus sambil kuliah juga.
Iya si ... tapi kan gak terus-terusan garap itu semua ... pasti ada waktu santainya 😁.
Iya juga ya.
Iya, jadi sama seperti Nia, Nia juga sibuk kuliah dan bisnis online kan?
Iya si A, tapi kalau Aa kan udah kerja.
Gak beda jauh Na ....
Tapi beda A
Iya deh, pokonya semuanya tergantung prioritas.
Prioritas? Apakah Nia salah satu prioritas Arman? Sungguh harapan itu menggebu-gebu dalam hati Nia.
Kalau boleh tahu, Aa kerja dari semester berapa?
Semester 4 Na.
Berarti sebelum kerja sibuk apa A?
Sibuk bisnis sama kuliah aja.
Saking penasarannya Nia dengan status Arman, dia sampai menyisipkan kata pacar.
Eh maaf A, malah bertanya hal pribadi, jadi gak enak sama pacar Aa.
Heheh santai, Aa mah gak punya pacar da 😁.
Masa sih A?
Iya, malahan Aa yang takut ganggu pacar orang.
Maksudnya A?
Iya, barangkali Nia sudah punya pacar, jadi kesanya Aa mengganggu pacar orang 😁.
Hehe sama kok Nia juga gak punya A, gak mau pacaran malahan.
Kenapa?
Pengennya ta'aruf-an dan saling mendoakan.
Oh gitu, bagus-bagus.
"Kok jadi kebablasan bahas privasi si ...?"
Ketika sadar, Nia langsung ber-istigfar. Mengapa istigfar? Karena Nia pernah dengar kata ustad, kalau chatting-an dengan lawan jenis itu harus tahu batasannya.
"Astagfirullah."
Nia akhirnya mambalas dengan singkat dan untungnya Arman hanya membaca saja.
Iya A.
****
Lagi dan lagi Nia dan Arman kembali membahas hal pribadi saat chatting-an, padahal kali ini Nia hanya ingin bertanya tentang tugas kelas.
Tugas itu dikerjakan Na, jangan terus dipikirkan ... 😁.
Iya si A.
Memangnya yang dipikirkan Nia tugas aja ya 😁?
Enggak si A, kepikiran bisnis sama someone juga.
Wah ... someone, siapa tuh 😁?
Ada aja A, gak enak cerita sama Aa mah hehe.
Memang begitu Nia, tidak suka memakai emoji kalau chatting-an dengan lawan jenis, karena dia sedang menerapkan prinsip jaga batasan. Tapi tetap saja, topik pembahasannya malah kebablasan.
Kok main rahasia-rahasiaan sama Aa 😁.
Emang boleh cerita sama Aa?
Boleh atuh, santai.
Maaf A, siapa-siapanya gak akan Nia kasih tahu 🙏, pokonya Nia suka memikirkan dia.
Oke, kenapa suka memikirkan dia?
Dia suka bikin bingung.
Bingungnya kenapa?
Dia suka memberi kenyamanan, tapi gak pernah ngasih kepastian.
"Kalau boleh tahu, kenapa Nia suka sama dia?"
Gak tahu, mungkin karena nyaman.
Sabar ya, mungkin dia lagi mempersiapkan buat mengungkapkan, gak semua terjadi secara instan.
Iya A, semoga semua akan indah pada waktunya, makasih ya A masukannya.
Iya benar, semua akan indah pada waktunya.
Entah Arman sadar atau tidak, semua yang diceritakan Nia adalah dirinya sendiri.
"Ini A Arman sadar gak ya?"
Di depan televisi yang belum dimatikan, Nia duduk sendiri. Sementara Mirna dan Zahra sudah tidur di kamar. Spontan senyum Nia melebar, karena merasa lucu saja dengan semua yang terjadi.
Iya, makasih ya A udah mau respon curhatan Nia.
Santai, oh iya, jangan sampai gara-gara memikirkan dia, membuat kuliah dan bisnis Nia terganggu ya.
Siap A.
***
Tidak ada gerimis, tidak ada pelangi, tiba-tiba Arman ingin bertemu dengan Nia, setelah 2 hari mereka tidak saling mengirim pesan. Tentu hal itu membuat hati Nia semakin berseri, apalagi diikuti oleh rasa penasaran.
Na, boleh gak besok sore kita ketemuan di Taman Dago?"
Saat menerima pesan WhatsApp tersebut, Nia sedang di dalam angkot, otomatis membuatnya senyum-senyum sendiri. Untung saja wajahnya menghadap ke kaca jendela, sehingga tidak ketahuan oleh penumpang lain.
Kalau boleh tahu, mau ada keperluan apa ya A?
Cuman mau ngobrol biasa aja, sekalian ngobrol bisnis 😄.
Oh iya, boleh A.
Hati Nia semakin girang, tapi dia juga harus hati-hati, jangan sampai terlalu berharap. Langsung saja Nia kirimkan bukti chating-an tersebut ke Amel.
Mel tuh, giamana aku gak berbunga dan berharap coba 😭?
Wah ... 😃.
Wah kenapa Amel ...?
Itu tuh kode Nia ... dari kemarin-kemarin juga dia udah ngasih kode ....
Ah Amel, jangan buat aku semakin berharap 😭.
Ya udah, mungkin dia gabut aja.
Ih ... jangan bikin aku pesimis Amel ... 😭
Ih ... serba salah ....
Ya udah deh, aku berdoa aja ya?
Nah itu tahu, jangan overthinking terus ....
Oke makasih Amel ....
***
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dengan perasaan berdebar-debar, Nia menunggu Arman keluar gerbang bersama motor hitam Nmaxnya.
A, Nia udah di depan kampus.
Oke, tunggu sebentar ya.