Sebelum Toga di Bawah Awan

Leni Juliany
Chapter #11

Chapter 11: Menjauh untuk Menjaga

Setelah sekian lama Nia menanti cara yang tepat, akhirnya dia menemukan beberapa postingan dakwah yang membuatnya mendapatkan ide.

Dengan perasaan campur aduk, antara rasa syukur, takut, dan deg-degan, Nia duduk di depan air mancur Taman Dago bersama mentari sore hari. Tak lama dia memotret langit jingga lalu mengirimkannya ke status WhatsApp dengan memberi caption:

Biarkan kita menjauh untuk menjaga. Bila jodoh, semoga kita didekatkan kembali pada waktu yang sama-sama sudah siap. Jika tidak berjodoh, semoga kita diberikan hati yang lapang.

"Bismillah, semoga Aa peka, semoga akhirnya baik-baik saja."

Beberapa menit kemudian, Nia kembali membukan status tersebut.

Alhamdulillah, Aa lihat, semoga dia peka.

Semoga setalah ini, kita bisa sama-sama menjauh untuk memperbaiki diri.

Semoga aku bisa fokus kembali menggapai cita-citaku.

Seolah telah mengerti maksud Nia, Arman benar-benar menjauh darinya. Buktinya apa? Buktinya Nia sedang menunggu angkot di depan kampus pun, Arman tidak mengajaknya, dia hanya membunyikan klakson. Bahkan saat keduanya berpapasan pun, yang biasanya Arman bertanya duluan ke Nia, sekarang hanya tersenyum saja. Tapi, dibalik itu semua, tatapan tulus Arman masih sama seperti dulu.

Semenjak saat itu, Nia dan Arman jadi jarang chatting-an. Chatting-an hanya sesekali, itupun Nia yang mengirim pesan duluan, karena ingin bertanya tentang perkuliahan dan UKM. Ada rasa khawatir dalam lubuk hati Nia, khawatir Arman berubah karena ada yang baru. Soalnya balasan chat Arman jadi singkat dan tidak lagi memakai emoji. Bahkan pernah, chat Nia tidak dibalas sama sekali.

Semoga A Arman cuman lagi sibuk aja atau ingin menjauh untuk menjaga.

Nia berharap, Arman seperti itu karena Niat baik, bukan karena ada yang baru.

****

Sabtu siang pun tiba, UKM digital markering akan segera dimulai. Sambil menunggu Arman dan yang lain datang, Nia scroll Instagram terlebih dahulu sambil duduk depan laboratorium bersama Amel.

"Na."

"Hm?"

"Gimana nih perkembangannya sama Aa?"

Nia langsung fokus menatap Amel.

"Mel, tahu gak?"

"Iya apa Na?" Amel semakin penasaran.

"Aku sama Aa saling menjauh."

"Hah, kok bisa?"

"Sebenarnya aku yang mulai duluan si, aku yang mulai duluan dengan cara bikin status WA, tahu kan status yang saling menjauh itu?"

"Oh ... tahu-tahu, itu buat Aa?"

"Iyalah, buat siapa lagi? Semoga sekarang dia menjauh tuh karena itu ya, bukan karena ada yang lain."

"Tapi kamu gak takut Na?"

"Takut apa?"

"Ga takut Aa sama yang lain?"

"Takutlah, cuman aku yakin kalau Aa ditakdirkan buat aku, pasti dia akan kembali."

"Tapi kan harus ada usahanya Na ...."

"Nanti usahanya Mel kalau udah siap, sekarang mah didoain aja dulu."

"Ya udah deh, gimana kamu aja, semoga kamu kuat ya Na."

"Aamiin"

Tak lama, terlihat dari arah kanan Arman dan anggota UKM yang lain sedang menuju ke arah mereka berdua.

"Assalamualaikum, udah lama?"

"Waalaikumsalam, enggak A," jawab Amel santai.

Nia diam saja, perasaanya tak karuan. Sudah lama dia tak bertemu Arman.

Lihat selengkapnya