Sebelum Toga di Bawah Awan

Leni Juliany
Chapter #12

Chapter 12: Sinar Cinema

Nia menghela nafas.

"Jualan di whatsapp masih sepi aja, di facebook apalagi." keluh Nia setelah mengunyah nasi goreng, sembari melihat aplikasi facebook.

Minggu ini, Nia sedang menikmati libur akhir semester. Dan dia masih mempromosikan fashion di facebook. Namun, ternyata proses dan hasil tak semudah dengan apa yang direncanakan. Pembeli semakin berkurang.

Setelah lama mengamati hasil penjualan di facebook, tiba-tiba Nia ingin membuka instagram. Baru saja dia membuka aplikasi instagram, ada info menarik di beranda. Semangat kembali mendukungnya.

"Wah ada casting dari Sinar Cinema. Ikutan ah ...."

Nia memang tipe orang yang menyukai banyak hal, salah satunya seni peran. Namun dia belum mendapatkan banyak kejuaraan, seperti kebanyakan orang berbakat pada umumnya. Minat dan bakat Nia baru diasah sejak dia masuk SMK. Saat SD dan SMP dia kurang mendapat dukungan. Orang tuanya memerintahkannya agar tetap fokus mempelajari pelajaran di kelas.

Salah satu persyaratan mengikuti casting online di Sinar Cinema yaitu, harus daftar terlebih dahulu menjadi member Sinar Inspirasi, dan itu gak gratis. Tanpa berpikir panjang, Nia langsung menuruti persyaratan tersebut, dengan mentransfer uang senilai lima puluh ribu. Sinar Cinema sudah Nia percaya, karena karyanya sudah lumayan banyak. Selain itu, salah satu pemeran filmnya juga ada dari artis yang cukup terkenal. Sinar Cinema bukan hanya studio film biasa, tetapi terdapat pula konten-konten teladan, baik di instagram maupun di tik-tok. Terdapat banyak pesan islami di dalam karyanya, membuat banyak penonton yang berkomentar positif.

Menjadi member Sinar Inspirasi bukan hanya mendapat kesempatan casting, tetapi Nia juga bisa mendapatkan video dan materi tentang mengembangkan minat dan bakat.

"Bismillah, pokonya aku harus fokus dan maksimalkan ikhtiar, soalnya ini casting pertmaku."

Sebelum casting dimulai peserta diberi kesempatan masuk ke grup whatsapp yang nantinya ada info-info di dalamnya, salah satunya info cara mengirimkan karya dan batas pengumpulan.

Alhamdulillah terakhir pengumpulannya tanggal 16 Juni, itu artinya masih ada waktu 2 minggu buat aku mempersiapkan.

Selain mengirimkan info, ternyata admin grup Sinar Cinema juga mengirimkan tips-tips lolos casting.

Bentuk usaha Nia, diantaranya banyak menonton tips di youtube dan grup, memperdalam peran, sampai take video berulang-ulang. Semua dia lakukan secara sembunyi-sembunyi di dalam kamar, ditemani boneka pig pink.

Menariknya, salah satu adegan dalam film Sinar Cinema hampir mirip dengan kehidupannya sekarang, sehingga mudah bagi dia untuk mendalami peran.

***

Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, Senin ini adalah pengiriman terakhir video casting online tahap pertama ke instagram. Nia sudah berusaha melakukan berbagai cara agar bisa lolos, bahkan dia mengabaikan bisnis onlinennya. Bukan hanya itu, tahajudnya pun tak lagi tentang Arman, tetapi tentang cita-citanya itu.

Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Nia upload take video terakhir yang menurutnya sudah maksimal.

Setelah mengirimkan video, Nia berangkat ke kampus, karena libur telah selesai. Kini, di dalam angkot dia tidak lagi membayangkan Arman, melainkan membayangkan lolos casting dan bisa berangkat ke Bandung. Bahkan dia sudah memikirkan barang apa saja yang akan dibawa.

Sembari menunggu info, Nia kembali menjalanakan perkuliah. Tidak lupa dia juga kembali jualan barang-barang shopee di status whatsapp. Walau hasilnya tidak sebesar dulu, dia tetap konsisten promosi setiap hari. Sementara facebook sudah dia abaikan.

"Lumayan hasilnya, buat beli skincare."

Pada saat menjalankan casting, Nia tidak lagi penasaran tentang kabar Arman. Namun sekarang, karena ada beberapa situasi gabut, membuatnya kembali suka melihat status whatsapp Arman. Statusnya hampir sama seperti dulu, yaitu tentang bisnis.

***

Info kelolosan tahap satu sudah ada, membuat hati Nia tidak karuan. Nia tidak langsung mengecek nama-nama yang tercantum di postingan tersebut, melainkan salat isya terlebih dahulu. Setelah salam, dia mengungkapkan permohonannya dalam hati kepada sang pemberi rezeki. Usai memohon, dia langsung mengambil handphone yang tergeletak di kasur sambil mengatur nafasnya.

"Bismillah."

Dan ... alhamdulillah nama Nia Nurlaila tercantum di feed instagram Sinar Cinema. Dia masuk 150 besar.

Seketika, admin pun mengirimkan info kelolosan di grup whatsapp.

"Selamat kepada peserta yang masuk ke tahap 150 besaršŸ˜Š. Bagi peserta yang belum lolos, jangan berkecil hati, masih banyak kesempatan lain yang bisa sahabat-sahabat usahakanšŸ¤—."

"Alhamdulillah ya Allah ...."

Selain bahagia dan tak menyangka, Nia juga merasa tertantang. Masih ada beberapa tahap selanjutnya yang harus dia hadapi.

Lagi asik menonton kembali video casting-nya di kamar, Mirna tiba-tiba memanggilnya.

"Na ... pijitin Mamah."

"Iya Mah ... tunggu ya."

Itulah aktivitas Nia setiap malam, bukan hanya main handphone, tetapi dia juga harus menuruti keinginan Mirna yang satu ini, dalam waktu kurang lebih 30 menit. Ada rasa kasihan dalam hati Nia, karena selalu melihat Mirna bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus penjahit, sehingga membuat dia ikhlas melakukannya.

Nia langsung membuka mukena dan menyimpan kembali handpone-nya. Kemudian bergegas keluar kamar.

Seperti biasa, sambil mijitin, Nia berbincang santai dengan Mirna. Sementara Zahra masih fokus main game , membuat Nia sedikit geram.

"Neng, udah atuh .... nih batuin mijitin "

"Teteh dulu deuh, nanti gantian."

"Beneran ya?!"

"Iya ... Teteh mijitin kaki, nanti Neng tangannya."

"Gimana yang casting itu?" tanya Mirna sambil scroll tik-tok.

"Alhamdulillah Mah lolos tahap satu, doain ya semoga lolos tahap selanjutnya."

"Kalau nanti lolos bisa ketemu cowok ganteng dong, gimana atuh si Aa-nya?"

Mirna memang sudah tahu tentang kisah cinta anak pertamanya itu dari Zahra. Waktu itu Zahra tidak sengaja memerogoki Nia sedang senyum-senyum sendiri sambil main handphone. Akhirnya kejahilan Zahra mampu mengalahkan rahasia kakaknya.

"Gak tahu Mah, tapi kayanya tetep ke si Aa deuh."

"Idih ... emang si Aa-nya tetep ke Teteh?" celetuk Zahra.

"Neng ... jangan gitu ah!" protes Nia, masih mijitin kaki Mamah yang tertutup selimut.

"Ih emang bener kan?"

Sungguh perkataan Zahra menyinggung Nia. Sekilas pertanyaan itu kembali hadir dalam hatinya.

Emang iya A Arman masih setia?

"Udah-udah, emang sekarang hubungan kalian gimana Na?

Hampir semua tentang Arman sudah Nia sampaikan ke Mirna, tapi tentang yang satu ini belum tersampaikan.

"Sekarang mah saling menjauh Mah, sama-sama mau fokus dulu sama karir."

Zahra langsung melepas handphone-nya.

"Teteh dijauhin?"

"Enggak, sama-sama menjauh ...."

"Seriusan ...?"

"Seriuslah, menjauh untuk menjaga."

"Menjaga, kalau dia ada yang baru gimana hayo ...?"

"Ih ... Eneng ...."

"Ih ... kan bilangnya gimana, bukan berarti benar kan."

"Iya tapi kan,"

"Tapi apa?"

Zahra kembali main game.

"I ... Mamah si Eneng-nya ... atuh jangan sampai sama yang lain ih."

"Idih ... masih berharap."

"Gak apa-apa atuh ih. "

Nia menjulurkan lidah, bukti tak ingin kalah.

"Siapa yang bilang jangan? Cuman jangan terlalu berharap aja, nanti sedih ...."

"Ih ... siapa yang terlalu berharap?"

"Udah-udah, ini Mamah lagi nonton jeh ...."

"Tuh si eneng-nya yang mulai duluan."

"Cuman bilang gitu doang."

"Udah-udah, kembali ke topik awal, terus kapan tahap selanjutnya?"

"Belum dikasih tahu Mah, doain aja ya, semoga lolos."

"Aamiin."

Lihat selengkapnya