Sebelum Toga di Bawah Awan

Leni Juliany
Chapter #16

Chapter 16: H. Aryadinata

Kenapa? Kenapa kenyataan itu selalu bertolak belakang dengan angan-angan yang datang menyapa Nia? Belum lupa Nia dengan rasa pilu karena gagal lolos casting, sekarang dia malah ditimpa kesedihan baru mengenai bisnis keripik bayam.

Nia kembali membaringkan badan letihnya di atas kasur.

Pokonya aku harus sukses sebelum lulus kuliah! Ambisi itu selalu menghantui batinnya.

"Ya Allah, gini amat pengen sukses."

Namun sekarang dia memilih pasrah. Nia pasrah ya Allah, Nia udah berusaha, atur aja baiknya gimana.

Nia meratapi nasibnya sendiri sambil menutup mata dan mendengar sholawat-an pakai earphone. Air matanya seketika menetes. Tak lama, telapak tangan kurusnya mengusap lembut kepalanya sendiri.

Kasihan banget si kamu Na, udah dapet masalah soal A Arman, eh impian yang kamu usahakan juga gak gampang.

Dibalik itu semua, hati kecilnya kembali memberi ceramah.

Astagfirullah Na ... masih untung kamu bisa kuliah, punya cita-cita dan punya skil. Masa gini aja ngeluh.

Skil? Bukankah Nia sedang menggarap skrip Film? Dengan cepat dia kembali terbangun.

"Oh iya skrip, Alhamdulillah masih ada skrip yang bisa aku usahakan."

Sebenarnya bisa saja Nia kembali menjadi dropshipper atau affiliator, namun sekarang dia ingin niatkan untuk menjadi penulis terlebih dahulu.

"Kenapa ya kalau nulis itu godaan malasnya lebih besar?" tanya Nia sambil ngetik skrip di laptop. Rasa malasnya dia lawan.

Nia hayati kisahnya menjadi inspirasi karya tulis fiksi. Dia harap skrip 'Cinta dalam doa' bisa difilmkan. Eh, tapi gimana cara mengirimkan naskah ke produser ya?

"Tenang, sekarang kan zaman online, yang penting punya karya dulu, publish di kwikku juga siapa tahu dilirik. Ya ... walau saingannya banyak si."

Alhamdulillah semangat bukan hanya Nia dapatkan dari dirinya sendiri, tapi dari FYP tik-tok dan Instagram, juga dari buku-buku motivasi. Ternyata ada orang yang lebih keras usahanya dan lebih banyak karyanya, tapi lebih perih pula kegagalannya.

"Nia ... udah nulis mah nulis aja, jangan mikirin gimana berhasilnya, masa baru 1 skrip aja kamu udah nanya berhasil atau enggak," semangat Nia, kembali menjadi pengingat saat jemari Nia beradu dengan keyboard hitam.

1 skrip? Tunggu-tunggu, Nia baru teringat kalau dulu pas baru belajar skrip, Nia pernah menulis judul lain.

"Oh iya kan dulu pernah nulis 'Mahar', apa aku masukin aja ke kwikku?"

Nia berpikir sejenak.

Nanti aja deh, sekarang mah fokus dulu nulis yang ini. Lagian yang itu juga harus direvisi dulu, ceritanya kurang menarik.

Malam itu Nia bertekad buat lebih fokus dan rajin lagi dalam menulis, apalagi dia pernah baca reminder dari laman nu.or.id, Imam Al-Ghazali pernah menyampaikan: "Kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan pula anak seorang raja, maka menulislah."

Akhirnya niat itu hadir, Nia akan menulis skrip dan membaca novel setiap hari, mau itu sedikit maupun banyak.

***

Niat 1 day 1 write benar-benar terealisasikan, bahkan saat sedang berdua sama Amel di kelas pun Nia menulis di kwikku, sementara Amel gak ngerasa dikacangin karena dianya juga main handphone.

"Lagi apa sih Na?" tanya Amel tiba-tiba kepo setelah gak sengaja lihat temannya sibuk ngetik.

Jujur, Nia adalah tipe orang yang malu kalau menceritkan rencana masa depannya.

"Biasa gabut," Nia gak bermaksud berbohong, emang dia juga lagi gabut menunggu dosen dan teman-teman yang lain datang.

"Jangan-jangan kamu udah chat-an lagi ya sama Aa?"

Jleb parah, Nia diam sejenak.

"Enggak ..., ini lagi nulis cerita."

Nia gak menyampaikan secara gamblang kalau di lagi nulis skrip film. Ada rasa malu yang biasa menghantuinya, entah kenapa.

"Nulisnya di mana?"

"Di kwikku."

"Wih kalau diseriusin bisa berpeluang besar tuh cerita."

"Aamiin, makasih Mel."

Nia tidak tiba-tiba mengingat Arman, karena hampir setiap hari pun dia ingat. Sampai Nia pernah berdoa, semoga dia tidak dipelet.

"Hm ... kenapa si susah banget lupain si Aa, ya Allah semoga hamba gak dipelet."

Nia sengaja gak nanya-nanya lagi tentang Arman ke Amel, sudah bosan, tapi rasa cintanya gak hilang-hilang.

***

Saking konsistennya menulis skrip, sampai-sampai Nia lupa kalau dia juga harus punya penghasilan tambahan buat nambah-nambah biaya kuliah sama beli skincare, sedangkan tabungannya sudah semakin menipis. Sebenarnya orang tuanya sudah siap membiayai kuliahnya sampai akhir, tapi sekali lagi, semakin dewasa dia semakin ingin meringankan beban keluarga. Bisa saja Nia lanjut affiliate, tapi yang dia rasa saat menjadi affiliator itu prosesnya lumayan lama. Selain itu, Nia juga sekarang ingin bisnis offline. Dengan semangat, Nia mencari ide bisnis offline di youtube.

Alhamdulillah dibalik punya jiwa bisnis, akhirnya Nia menemukan ide bisnis simpel dengan modal minim, yaitu jualan keripik pangsit yang bisa dititipkan ke warung-warung. Hampir sama dengan bisnis keripik bayam waktu itu.

"Kenapa gak kepikiran dari kemarin-kemarin ya?"

"Gak apa-apa deh, yang penting kepikiran."

Bersyukur hari ini tidak ada perkuliahan. Setelah menulis sebagian skrip, Nia langsung beli bahan-bahan ke pasar sambil mencari warung-warung.

Saat dibonceng ojek menuju pasar, tiba-tiba Nia kepikiran sesuatu.

Kalau dipikir-pikir kok bisa yah aku kaya gini? Padahal dulu berharapnya bisa bisnis bareng sama A Arman, eh sekarang malah gini, tapi syukuri saja deh.

Walaupun angannya tak terwujud, Nia tetap bersyukur karena telah dijauhkan dari Arman, sehingga dia bisa lebih fokus mencapai cita-cita tanpa diiringi dosa dan ribetnya aktivitas pacaran. Selain bersyukur, Nia juga harus tetap banyak ber-istigfar, karena dulu sempat dekat sama laki-laki yang bukan muhrim. Dibalik doa, syukur, dan istigfar yang menemani langkah-langkahnya, terkadang ada rasa kesepian, karena sudah lama tidak bertemu dan berkomunikasi dengan laki-laki yang ada dalam doanya. Memang berat ya ujian pemudi yang satu ini, tapi lumayan buat menghapus dosa.

Setelah belanja dan menentukan harga jual, Nia mengunjungi setiap warung yang ada di dekat pasar.

"Dari sayanya 3 ribu Bu, Ibu bisa menjualnya 5 ribu," jelas Nia kepada setiap calon pelanggan.

Alhamdulillah respon mereka baik-baik.

"Boleh Neng."

"Iya boleh Neng, tapi maaf kalau nanti dalam seminggu belum habis."

"Kalau bisa besok bawa contohnya dulu Neng ke sini."

Akhirnya Nia mendapatkan 5 warung yang siap diisi keripik pangsit. Tinggal produksi bersama Mirna, semoga berkah.

Bisnis keripik pangsit tidak menghalangi Nia untuk tetap menulis, karena produksinya hanya 1-2 kali dalam semingg, kadang lebih. Nia gak terlalu memprioritaskan bisnisnya itu, sebab dia niatkan sebagai tambahan saja.

***

"Alhamdulillah, akhirnya tembus 100 penjualan hari ini, makasih semuanya, tetap semangat😊," chat Arman di grup customer service.

Sudah hampir 1 tahun Arman jualan di Whatsapp. Nia tahu hal ini karena a Arman suka bikin status whatsapp. Tapi apakah Arman tahu tentang Nia? Tentu tidak. Yang dia tahu, Nia itu masih kuliah dan sibuk organisasi. Padahal Nia pernah bikin status berupa link karyanya, tapi dia gak lihat karena sibuk kerja dan bisnis.

"Ada untungnya juga yah menjauh dari Nia dan jarang kepoin dia lagi, jadi saya bisa lebih fokus," ucap Arman sambil memperhatikan status whatsapp Nia yang terbaru, tentang motivasi hidup.

Tapi kok dia gak ngerjar saya ya? Kenapa dia nge-chat cuman buat nanya hal yang dianggapnya penting saja? seolah-olah datang pas butuh doang, eh tapi pas saya wisuda dia juga datang.

Tapi kenapa dia gak ngejar pas dijauhin? Apa selama ini perasaannya palsu?

Nia memang gak terlau mengeluarkan effort-nya saat dekat dengan Arman, alasannya ingin menjaga batasan dan merasa deg-degan saat dekat. Jadi terlihat kaku. Tapi Arman suka melihat Nia begitu asik saat berkomunikasi dengan laki-laki lain, malah kelihatannya santai saja pas dibonceng sama teman sekelasnya. Semua itu membuat Arman merasa kalau dia hanya dimanfaatkan. Dia tidak sepenuhnya menuduh Nia, jadi dia manfaatkan saling mejauh dan mengubah diri menjadi cuek untuk melihat keseriusan Nia. Namun sampai saat ini Nia belum menunjukkan amarahnya.

"Gak tahu ah, yang penting sekarang mah saya bisnis dulu."

Oh iya, buat perempuan yang waktu itu di foodcart, itu adalah Mila. Dia adalah satu tim barunya Arman. Waktu itu dia ingin sharing-sharing bersama Arman. Dan sebenarnya mereka gak berdua-duaan kok, ada teman perempuan Mila yaitu Manda yang menemani mereka. Namun Manda sedang ke kamar mandi.

Dan kenapa Arman suka gak balas, bahkan gak membaca chat dari Nia? Alasannya bukan hanya chat-nya tenggelam, tapi karena Arman belum siap menjawab pertanyaan-pertanyaan Nia yang pastinya panjang-panjang. Sekarang Arman lebih memprioritaskan karirnya. Selain itu, perasaan ragu terhadap Nia sering mengintai hatinya. Pantaskah perempuan itu menjadi pasangan hidupnya kelak? Apalagi perasaan cintanya sering naik turun. Pernah dia mengagumi Mila. Untung belum sampai cinta, baru menyukai postingan-postingan instagram-nya saja. Ternyata Mila sudah tunangan.

"Daripada pusing ngurus perempuan, mending bisnis ajalah sekarang mah," Ucap Arman suatu ketika.

Memang begitulan perasaan manusia, suka berubah-ubah. Apalagi mereka belum siap menikah. Keseriusan yang terucapa, belum tentu itu adalah sebuah kesiapan.

Namun, apakah Arman benar-benar akan melamar Nia saat mereka sudah sama-sama siap?

"Gak tahu Mah, gimana sikap dianya saja, kalau dia serius dan baik, insyaallah saya akan melamar," jawab Arman pada Yani.

"Meskipun perasaan kamu ke dia sudah gak ada?" tanya Yani kembali.

Arman menghela nafas.

"Gak tahu Mah."

Yani tersenyum melihat anaknya yang terlihat bingung, sambil memainkan nasi pakai sendok.

"Menikah bukan soal cinta Man, niatkan karena Allah, coba kamu cari tahu lebih jelasnya."

"Iya Mah, sekarang saya mau fokus bisnis dulu, doain ya Mah."

"Pasti itu mah."

Nah, sekarang yang Arman inginkan , yaitu sukses berbisnis dan ingin tahu sikap Nia saat dicuekin. Apakah menyerah? Atau menanyakan keseriusan? Dan sampai sekarang perempuan mungil itu belum juga menanyakan hal itu. Apakah perasaan Nia sudah berubah? Atau belum siap saja?

***

3 bulan sudah Nia menulis 2 judul skrip film. Selain di publish di kwikku, Nia juga sempat menawarkan ke akun-akun studio film di DM-an instagram, tapi sampai sekarang belum ada yang respon. Bahkan di kwikku beberapa pembaca, belum ada yang menyukai apalagi memberi komentar. Alhasil, Nia belum dapat cuan dari kedua karyanya itu.

Mau kembali jualan online, waktu itu juga prosesnya lama.

Mau bisnis keripik pangsit, modalnya tinggal sedikit karena dipakai biaya kuliah.

"Ya Allah, kapan Nia sukses?" tanya Nia lesuh, sambil melihat postingan salah satu karyanya.

Ambisi terhadap kesuksesan dia di usia muda semakin membeludak di hatinya, apalagi kuliahnya tinggal 2 semester lagi. Dan 1 bulan lagi dia akan melaksanakan KKN. Belum lagi dia pernah mendengar perkataan dan pertanyaan Mirna tentang masa depannya.

"Kalau lulus rencananya mau kerja jadi apa Na?"

"Hm ... gak tahu si Mah, doain aja ya."

"Pasti atuh, Mamah kan mau diumrahin kamu."

Setelah lama memperhatikan karya tulisnya dengan wajah tertekuk sembari berbaring di kasur, Nia alihkan layar handphone ke beranda tik-tok. Dan tiba-tiba fyp video pesona orang yang lagi nyari jodoh. Pria tersebut memang terlihat sudah berumur, tapi keriputnya tak terlihat, kulitnya terbilang putih, dan tidak kelihatan juga ubannya. Dia juga memakai baju koko sehingga membuatnya terlihat alim. Karena kepo, akhirnya Nia pahami caption dalam postingan tersebut: Hallo perempuan-perempuan idamankuh, perkenalkan nama saya H. Aryadinata, asal Bandung. Umur saya baru 40 tahun. Saya duda ditinggal meninggal, dan belum punya anak. Adapun aset yang saya miliki, diantaranya rumah 5 masing-masing 3 lantai, mobil 5, motor 10, perusahaan sapi, toko emas, dan usaha vila. Saya mencari gadis berumur 20-25 yang siap mendampingi hidup saya. Jika berminat melakukan pertemuan dan perkenalan sama saya, maka akan saya beri satu motor. Sedangkan jika anda siap mendampingi hidup saya dan memang terpilih, maka anda akan menikmati surga dunia. Alhamdulillah saya islam, insyaallah anda akan saya bimbing hingga ke jannah. Oh iya untuk pertemuan itu di tempat ramai ya jadi aman. Jika berkenan silahkan hubungi nomor whatsapp 08963837290.

Wah si Bapaknya masih terlihat muda dan tampan.

"Eh Nia, kok kamu puji duda."

Nia diam sejenak, memikirkan sesuatu yang bisa dijadikan ide untuk kehidupannya yang sedang dilanda kegalauan.

Lihat selengkapnya