Mengapa? Mengapa kenyataan itu selalu bertolak belakang dengan angan-angan yang selalu menyapa Nia? Belum lupa dia dengan rasa pilu lantaran gagal lolos casting, sekarang dia malah tertimpa kesedihan baru, mengenai keripik bayam.
Nia kembali membaringkan badan letihnya di atas kasur.
Pokonya aku harus sukses sebelum lulus kuliah! Ambisi itu selalu menghantui batinnya.
"Ya Allah, gini amat pengen sukses!"
Namun, sekarang dia memilih pasrah. Nia pasrah ya Allah, Nia udah berusaha, atur aja baiknya gimana.
Nia meratapi nasibnya sendiri sambil menutup mata dan mendengarkan sholawat-an pakai earphone. Air matanya seketika menetes. Tak lama, telapak tangan kurusnya mengusap lembut kepalanya sendiri.
Kasihan banget si kamu Na, udah dapat masalah soal A Arman, eh impian yang kamu usahakan juga gak gampang kamu dapatkan.
Dibalik itu semua, hati kecilnya kembali memberi ceramah.
Astagfirullah Na ... masih untung kamu bisa kuliah, punya cita-cita dan punya skil. Masa gini aja ngeluh.
Skil? Bukankah Nia sedang menggarap skrip Film? Saat teringat hal itu, Nia langsung kembali bangkit.
"Oh iya skrip, Alhamdulillah masih ada skrip yang bisa aku usahakan."
Sebenarnya bisa saja Nia kembali menjadi dropshipper atau affiliator, namun sekarang dia ingin niatkan untuk menjadi penulis terlebih dahulu. Hari itu juga, Nia membuka laptop.
"Kenapa ya kalau nulis itu godaan malasnya lebih besar?" tanya Nia sambil mengetik skrip di laptop, berusaha melawan rasa malas.
Nia hayati kisahnya menjadi inspirasi karya tulis fiksi. Dia berharap skrip Cinta dalam Doa bisa difilmkan.
"Eh, tapi gimana cara mengirimkan naskah ini ke produser atau studio film ya?"
"Tenang, sekarang kan zaman online, yang penting punya karya dulu aja. Ya ... walau saingannya banyak si."
Alhamdulillah semangat bukan hanya Nia dapatkan dari dirinya sendiri, tapi dari FYP Instagram dan dari buku-buku motivasi. Ternyata ada orang yang lebih banyak karyanya, lebih perih pula usaha dan pengalaman kegagalannya.
"Nia ... udah nulis mah nulis aja, jangan mikirin gimana hasilnya, masa baru 1 skrip aja kamu udah nanya berhasil atau enggak," semangat Nia, kembali menjadi pengingat saat jemarinya beradu dengan keyboard hitam.
1 skrip? Tunggu-tunggu, Nia baru ingat kalau dulu saat pertama kali belajar skrip, dia pernah menulis judul lain.
"Oh iya kan dulu pernah nulis Mahar, apa aku kirim aja ke produser ya?"
Nia berpikir sejenak.
Nanti aja deh, sekarang mah fokus nulis yang ini dulu. Lagian yang itu juga harus direvisi lagi, ceritanya kurang menarik.
Malam itu Nia bertekad untuk lebih fokus dan rajin lagi dalam menulis. Apalagi dia pernah membaca reminder dari laman nu.or.id, Imam Al-Ghazali pernah menyampaikan: Kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan pula anak seorang raja, maka menulislah.
Akhirnya niat baik itu datang, Nia akan kembali menulis skrip dan membaca novel setiap hari, mau itu sedikit maupun banyak.
***
Niat 1 day 1 write benar-benar terwujud, bahkan saat sedang berdua dengan Amel di kelas pun, dia fokus menulis. Sementara Amel tidak merasa didiamkan, karena dianya juga main handphone. Namun teman Nia yang satu ini tiba-tiba penasaran, ketika tak sengaja melihat Nia terlalu fokus.
"Lagi apa sih Na?"
Jujur, Nia adalah tipe orang yang malu kalau menceritakan karya dan rencana masa depannya.
"Biasa gabut." Nia tidak bermaksud berbohong, memang dia juga sedang bosan menunggu dosen dan teman-teman yang lain datang.
"Jangan-jangan kamu udah chat-an lagi sama Aa ya?"
Jleb, Nia langsung terdiam.
"Enggak ..., ini lagi nulis cerita."
Nia gak menyampaikan secara gamblang kalau di sedang menulis skrip film. Ada rasa malu yang biasa menghantuinya, entah kenapa.
"Menulisnya di mana?"
"Di dokumen dulu aja."
"Wih ... kalau diseriusin bisa berpeluang besar itu cerita," jelas Amel, usai melihat sekilas karya temanya.
"Aamiin, makasih Mel."
Nia tidak tiba-tiba teringat Arman, karena hampir setiap hari pun dia ingat. Sampai Nia pernah berdoa, semoga dia tidak dipelet.
Hm ... kenapa si susah banget lupain si Aa, ya Allah semoga hamba gak dipelet. Tapi masa si dipelet, gak mungkin ah.
Nia tidak ingin berprasangka buruk, dia pun mencoba menebak alasan lain.
Bisa aja ini ujian atau Aa twin flame aku, seperti yang diucapkan oleh Ustadz Hanan Attaki di sosial media.
Nia sengaja tidak menanyakan lagi tentang Arman pada Amel, sudah bosan, tapi rasa cintanya tak hilang-hilang.
***
Saking konsistennya menulis skrip, sampai-sampai Nia lupa kalau dia juga harus punya penghasilan walau sedikit, untuk menambah biaya kuliah dan beli skincare, sedangkan tabungannya sudah semakin menipis. Sebenarnya orang tuanya bisa saja membiayai kuliahnya sampai akhir, tapi sekali lagi, semakin dewasa dia semakin ingin meringankan beban keluarga. Bisa saja Nia lanjut affiliate, tapi yang dia rasa saat menjadi affiliator itu, prosesnya lumayan lama. Dia tidak begitu berbakat di jualan online. Selain itu, Nia juga sekarang ingin bisnis offline. Bersama semangat yang tinggi, Nia mencari ide bisnis offline di Youtube.
Alhamdulillah dibalik memiliki jiwa pembisnis, akhirnya Nia menemukan ide bisnis simpel dengan minim, yaitu jualan keripik pangsit yang bisa dititipkan ke warung-warung. Sistemnya hampir sama dengan bisnis keripik bayam waktu itu.
"Kenapa gak kepikiran dari kemarin-kemarin ya?"
"Gak apa-apa deh, yang penting kepikiran."
Bersyukur hari ini tidak ada perkuliahan. Setelah menulis sebagian skrip, Nia langsung membeli bahan-bahan ke pasar sambil mencari warung-warung.
Saat dibonceng ojek menuju pasar, tiba-tiba Nia memikirkan sesuatu.
Kalau dipikir-pikir kok bisa yah aku kaya gini? Padahal dulu berharapnya bisa bisnis bareng A Arman, eh sekarang malah gini. Tapi syukuri saja deh.
Walaupun angannya tak terwujud, Nia tetap bersyukur karena telah dijauhkan dari Arman, sehingga dia bisa lebih fokus mencapai cita-cita tanpa diiringi dosa dan ribetnya aktivitas pacaran. Selain bersyukur, Nia juga harus tetap banyak ber-istigfar, karena dulu sempat dekat dengan laki-laki yang bukan mahrom. Dibalik doa, syukur, dan istigfar yang menemani setiap langkahnya, terkadang ada rasa kesepian, karena sudah lama tidak bertemu dan berkomunikasi dengan laki-laki yang ada dalam doanya. Memang berat ya ujian pemudi yang satu ini.
Setelah belanja dan menentukan harga jual, Nia mengunjungi setiap warung yang ada di dekat pasar.
"Dari sayanya 3 ribu Bu, Ibu bisa menjualnya 5 ribu," jelas Nia kepada setiap calon pelanggan.
Alhamdulillah respon mereka baik-baik.
"Boleh Neng."
"Iya boleh Neng, tapi maaf kalau nanti dalam seminggu belum habis."
"Kalau bisa besok bawa contohnya dulu Neng ke sini."
Akhirnya Nia mendapatkan 5 warung yang siap diisi keripik pangsit. Setelah itu dia langsung pulang, karena akan memproduksi keripik tersebut bersama Mirna. Semoga berkah.
Bisnis keripik pangsit tidak menghalangi Nia untuk tetap menulis, karena produksinya hanya 1-2 kali dalam semingg, kadang lebih. Nia tidak terlalu memprioritaskan bisnisnya itu, sebab dia niatkan sebagai tambahan saja.
***
Di depan meja kerjanya, Arman duduk sambil mengirim pesan di grup customer service.
Alhamdulillah, akhirnya tembus 100 penjualan hari ini, makasih semuanya, tetap semangat 😊.
Sudah hampir 1 tahun Arman jualan di WhatsApp. Nia tahu hal ini karena dia suka membuat status WhatsApp. Tapi apakah dia tahu tentang Nia? Tentu tidak. Yang dia tahu, Nia itu masih kuliah dan sibuk organisasi. Padahal Nia pernah membuat status berupa link karya fiksi, tapi Arman tidak melihatnya karena sibuk pada pekerjaan dan bisnisnya.
"Ada untungnya juga yah saya menjauh dari Nia dan jarang stalking dia lagi, jadi saya bisa lebih fokus," ucap Arman sambil memperhatikan status WhatsApp Nia yang terbaru, tentang motivasi hidup.
Tapi saya kok merasa kesepian ya, apalagi saat saya banyak beban soal pekerjaan. Mau chat duluan, tapi, enggak ah.
Rasa gengsi Arman besar, sampai melawan cinta dan kesepian yang ada dalam hatinya. Dia juga lebih mengutamakan kenyamanan dirinya sendiri.
Eh bentar-bentar, tapi kok Nia suka dekat dengan teman laki-lakinya si? Sampai mau diajak pulang bareng. Sementara sama saya selalu sungkan dan chat saya saat ada keperluan saja. Apa perasaannya terhadap saya selama ini tidak benar benar nyata?
Nia memang tidak terlau mengeluarkan effort-nya saat di dekat Arman, alasannya ingin menjaga batasan dan merasa deg-degan. Tapi Arman suka melihatnya begitu asyik ketika berkomunikasi dengan laki-laki lain, dan terlihat santai waktu dibonceng oleh teman kelasnya. Hal itu membuat Arman merasa kalau dia hanya dimanfaatkan. Dia tidak sepenuhnya menuduh Nia, tetapi dia khawatir hanya dimanfaatkan saja.
Arman kembali mendengus ketika teringat Nia.
"Ah, lebih baik sekarang saya fokus saja pada bisnis."
Oh iya, untuk perempuan yang waktu itu di ruang food cart, dia adalah Mila. Dia adalah tim barunya Arman. Waktu itu dia ingin sharing-sharing bersama Arman. Selain itu, sebenarnya mereka enggak berdua-duaan kok, ada teman perempuan Mila yaitu Manda yang menemani mereka. Namun saat itu Manda sedang ke kamar mandi.
Dan mengapa Arman suka tidak membalas bahkan lupa membaca chat dari Nia? Alasannya bukan hanya chat-nya tenggelam, tapi karena dia belum siap menjawab pertanyaan-pertanyaan Nia yang pastinya panjang-panjang. Sekarang dia lebih memprioritaskan karirnya. Selain itu, perasaan ragu terhadap Nia sering mengintai hatinya. Pantaskah perempuan itu menjadi pasangan hidupnya kelak? Apalagi perasaan cintanya sering naik turun. Pernah Arman mengagumi Mila hingga menyukai beberapa postingan Instagramnya, namun itu hanya bertahan beberapa hari, keburu Arman mengetahui kalau Mila sudah tunangan.
"Daripada pusing memikirkan perempuan, lebih baik bisnis sajalah sekarang mah," ucap Arman suatu ketika.
Memang begitulan perasaan manusia, suka berubah-ubah. Apalagi mereka belum siap menikah. Keseriusan yang terucap, belum tentu mengartikan sebuah kesiapan. Namun, apakah Arman benar-benar akan melamar Nia saat mereka sudah sama-sama siap?
***
3 bulan sudah Nia menulis 2 judul skrip film. Nia sempat menawarkan ke akun-akun studio film di DM-an Instagram, tapi sampai sekarang belum ada yang respon. Alhasil, Nia belum dapat cuan dari kedua karyanya itu.
Mau kembali jualan online, waktu itu juga prosesnya lama.
Mau bisnis keripik pangsit, modalnya tinggal sedikit karena dipakai biaya kuliah.
"Ya Allah, kapan Nia sukses?" tanya Nia lesuh, sambil melihat postingan salah satu karyanya.
Ambisi terhadap kesuksesan di usia muda semakin membeludak dalam hati Nia, apalagi kuliahnya tinggal 2 semester . Dan beberapa bulan lagi dia akan melaksanakan KKN. Selain itu, dia selalu teringat dengan perkataan dan pertanyaan Mirna tentang masa depannya.
Kalau lulus rencananya mau kerja jadi apa Na?
Hm ... gak tahu si Mah, doain aja ya.
Pasti atuh, Mamah kan mau diumrahin kamu.
Setelah lama memperhatikan karya tulisnya dengan wajah murung sembari selonjoran di kursi depan televisi, tiba - tiba ada pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal. Karena penasaran, Nia buka pesan tersebut. Ternyata pesan dari seorang pria berumur 40 tahun yang sedang mencari jodoh. Pria tersebut memang terlihat sudah berumur, tapi keriput dan ubannya tak terlihat. Kulitnya lumayan putih. Di bawah foto pria tersebut ada tulisan: Hallo perempuan baik, perkenalkan nama saya H. Aryadinata, asal Bandung. Umur saya baru 40 tahun. Saya duda ditinggal meninggal, dan belum punya anak. Adapun aset yang saya miliki, diantaranya rumah 3 lantai ada 5, mobil 5, motor 10, perusahaan sapi, toko emas, usaha vila, dan sawah 5 hektar. Saya mencari gadis berumur 20-25 yang siap mendampingi hidup saya. Jika berminat melakukan pertemuan dan perkenalan dengan saya meskipun nantinya tidak jadi, maka akan saya beri satu motor. Sedangkan jika anda siap mendampingi hidup saya dan memang terpilih, maka anda akan menikmati surga dunia. Alhamdulillah saya islam, insyaallah anda akan saya bimbing hingga ke jannah. Oh iya, untuk pertemuan kita di tempat ramai ya, jadi aman. Jika berkenan silahkan balas pesan ini. Oh iya, saya mendapatkan nomor kalian dari grup jual beli online yang ada di Facebook.
Nia mengingat-ngingat sesuatu. Apakah dia pernah mengirimkan nomornya ke Facebook? Kalau pernah, itu adalah hal yang tidak akan dia ulangi.
"Kenapa dulu aku share nomor pribadi? Kenapa gak nomor bisnis aja si Nia ...?"
"Ya udah deh terlanjur, lanjut baca aja ah."
Bagi yang ragu dengan saya, silahkan buka link Instagram saya.
Nia membuka link tersebut. Terlihat akun Instagram dengan foto profil dan beberapa postingan pria tersebut. Bio-nya juga menjelaskan bahwa pria itu pembisnis yang kaya raya.
Wah si Bapaknya masih terlihat muda dan tampan.
"Eh Nia, kok kamu puji duda."
Nia diam sejenak, memikirkan sesuatu yang bisa dijadikan ide untuk kehidupannya yang sedang dilanda kegalauan.