Sebelum Waktu Berhenti

Tasya Syafitri
Chapter #3

Bab 2 - Nina Promosi Jabatan

Finance Supervisor

Suasana pagi hari di Jakarta, khususnya di kawasan Sudirman yang merupakan jantung kota Jakarta, dipenuhi gedung-gedung tinggi dan para karyawan berkerah putih berlalu lalang di sekitar lingkungan perkantoran. Di dalam gedung, tampak beberapa karyawan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, ada yang berbicara di telepon dengan klien, ada pula yang fokus menatap layar laptop sambil menyusun laporan dan surat.

Di salah satu sudut ruang Finance, Nina tengah berkutat membuat laporan keuangan bulanan milik perusahaan. Matanya fokus mengetik berbagai angka di keyboard laptop. Namun, konsentrasinya buyar ketika suara Pak Hadi, manajer di divisi Finance memanggil namanya.

"Pagi, Mbak Nina. Maaf jika saya mengganggu waktumu."

"Pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Hari ini kamu ke ruangan saya, ya. Ada hal penting yang mau saya bicarakan ke kamu."

Nina segera menghentikan pekerjaan dan mengikuti langkah Pak Hadi menuju ruangannya.

"Baik. Saya ikut ke ruangan Bapak sekarang."

Perasaan Nina campur aduk, diselimuti rasa gugup ketika Pak Hadi memintanya berbicara empat mata di ruangannya. Pikiran Nina melayang.

"Apa ada yang salah dengan kerjaanku?" Gumamnya.

Untuk menenangkan dirinya, Nina menarik napas dalam-dalam. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi di pekerjaannya.

Begitu sampai di ruangannya, Pak Hadi memberi isyarat kepadanya untuk duduk.

"Silahkan duduk, Mbak."

"Jadi, ada apa Bapak memanggil saya ke sini?" Tanya Nina to the point.

Pak Hadi langsung menatap Nina dengan lembut dan senyum yang terukir jelas di wajahnya.

"Selamat, ya. Hari ini kamu resmi naik jabatan, Mbak."

Mata Nina sedikit membelalak ketika mendengar kalimat 'naik jabatan' yang dilontarkan begitu santai oleh Pak Hadi. Ia bingung, tapi semburat kebahagiaan terpancar di wajahnya, meskipun hatinya belum sepenuhnya percaya.

"Maaf, Pak. Tapi, kenapa saya naik jabatan ya Pak? Perasaan performa kerja saya biasa-biasa aja."

"Kamu itu sudah bekerja di perusahaan kami enam tahun. Alhamdulillah sejak ada kamu, perusahaan ini mengalami kemajuan yang sangat signifikan dan laporan keuangan yang setiap kamu kerjakan itu hasilnya balance dan akurat."

"Lalu, apa hubungannnya dengan kinerja saya dan kenaikan jabatan ini, Pak?"

"Jadi, berdasarkan hasil kerjamu yang konsisten dan penuh dedikasi. Kami dan tim sepakat untuk memberikanmu kepercayaan yang lebih tinggi. Mulai hari ini, kamu akan menempatkan posisi baru sebagai Finance Supervisor."

Nina terbelalak sekali lagi. Kali ini, ia menatap Pak Hadi kembali dengan suara yang bergetar. "Bapak, ini enggak bohong kan?" Tanyanya diambang antara tidak percaya atau terharu.

Pak Hadi mengangguk mantap.

"Iya, Mbak. Kamu bekerja keras dan cerdas, teliti serta punya inisiatif yang bagus. Tim melihat potensimu untuk menduduki posisi yang lebih tinggi."

"Saya... saya tidak tahu harus berkata apa. Tapi ini kabar yang sangat baik, tentu saja. Terima kasih atas kepercayaannya."

"Sama-sama, Mbak Nina. Sekali lagi, selamat. Saya harap kamu bisa menjalankan tugasmu dengan baik."

Nina mengangguk penuh semangat, "Insha Allah, Pak. Saya akan melakukan yang terbaik." Ia mengulurkan dan menjabat tangan Pak Hadi dengan erat.

"Sekali lagi, terima kasih banyak, Pak. Saya akan pegang kepercayaan ini sebaik mungkin."

"Oke! Selanjutnya, silakan kamu pergi ke ruang Human Resources untuk tanda tangan kontrak jabatan baru."

Keluar dari ruangan Pak Hadi, hati Nina terasa berbunga-bunga. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Memperoleh jabatan yang lebih tinggi setelah menjadi karyawan tetap merupakan pencapaian yang luar biasa dalam kariernya. Ia merasa bahwa doa Ayah Ali di kejauhan sana telah terkabul begitu cepat dan kembali membuat sang ayah merasa bangga padanya.

Meskipun hatinya terasa melayang saat melangkah kembali ke ruang Finance, dua rekan kerjanya yang jenaka yaitu Rudi dan Sarah sudah menghadangi jalannya dengan senyum penuh arti.

Rudi menatap Nina sambil mengangkat alis yang naik turun, senyumnya menggoda, "Ehem... Kayaknya ada yang naik jabatan nih?"

Tak lama kemudian, Sarah ikut menyambut Nina dengan wajah antusias, "Wahhh... Congrats, ya! Cieee, jabatan baru."

Nina terkekeh sambil melirik keduanya, "Hahaha... Kalian nguping, ya? Ketahuan banget ekspresinya!"

Rudi mengangkat bahu dan berpula-pura polos sambil memegang dagunya, "Enggak nguping, sih?" Katanya, berlagak lugu. Lalu, ia melirik Sarah sambil menaikkan alisnya, "Iya kan, Sar?"

Sarah menggangguk cepat, "Oh jelas, dong. Cuman kebetulan kita lewat dan mendengarkan sesuatu yang menarik dari kamu."

Nina mendengus, pura-pura kesal, lalu tersenyum, "Udah kuduga. Kalian nguping ya? Enggak usah pura-pura deh."

"Iya... Iya... Maaf deh kalau kita nguping. " Ucap Rudi yang tertawa tanpa dosa. "Tapi enggak nyangka juga sih, kita bakal punya bos baru disini. Benar kan, Sar?"

"Bener, Bang Rudi. Kapan lagi coba, punya bos sebaik Nina? Fix, sih. Bakal dipanggil Ibu Bos dia."

Nina menggeleng sambil tertawa kecil, pipinya sedikit memanas menahan malu, "Woy, janganlah! Kita kan sama-sama rekan kerja. Biasa aja sih panggil nama gue, jangan pake embel-embel bos segala."

Rudi tertawa melihat Nina yang sedikit sebal dengan perlakuan kedua rekan kerjanya yang gesrek ini, ia lalu merangkul Nina dan memberikan apresiasi tulus kepada gadis itu.

"Iya... Iya... Kita lihat nanti. Tapi serius. Selamat ya, Sis. Lu emang pantas dapat ini."

Sarah mengangguk setuju, "Betul! Gue bangga punya rekan kerja kayak lo, Nin!"

Mendengarkan pernyataan dari Rudi dan Sarah membuat hati Nina semakin hangat, ia tersenyum lebar, "Terima kasih, ya. Tetap dukung gue terus, ya."

"Siap! Sekali lagi, congrats ya, Ibu Bos! Tetap semangat~"

"Hush, jangan panggil gue Bos lah, Bang!"

Mereka bertiga tertawa bersama, menikmati momen kecil penuh euforia atas pencapaian prestasi yang telah ditempuh oleh salah satu dari mereka. Meskipun bukan Rudi atau Sarah yang mendapatkannya, tetapi bagi Nina kebahagiaan ini adalah milik bersama. Ia tahu, berkat doa dan dukungan mereka adalah bagian besar dari langkah yang telah ia tempuh hingga sejauh ini.

*****

Nina melangkah keluar dari ruang Finance dan melangkah menuju ruang Human Resources dengan semangat baru yang menggelora di dadanya. Perasaannya campur aduk. Ini merupakan langkah baru dalam kariernya yang tidak pernah ia sangka akan datang secepat ini.

Begitu pintu ruang Human Resources dibuka, kedatangannya langsung disambut oleh suara cempreng yang familiar.

"SURPRISEEE!!!"

Nina nyaris melompat saking kagetnya saat Amel tiba-tiba muncul di hadapannya. Amel adalah sahabatnya sejak pertama kali bekerja di perusahaan ini dan kini menjabat sebagai staff HR di divisi Human Resources. Senyum lebarnya hampir memenuhi seluruh wajah.

Amel mengulurkan tangan Nina dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dengan gaya dramatis, "Selamat ya, Bestie! Jabatan baru nih, ye..."

Nina menggaruk kepalanya sambil pura-pura bingung, "Eh, kok udah tahu aja sih?"

"Helloooo... Gue kan anak HR ya. Jadi, kalau ada yang naik jabatan, ya pasti gue yang tahu paling duluan."

Amel menyeringai ke arah Nina yang masih tampak bingung, "Terus pas gue input data karyawan yang bakal promosi, tiba-tiba muncul nama lu, 'Rachmanina Damayanti Ali,' and I'm thinking of that you're promotion role."

.....

"Tapi serius, Nin. Gue bangga banget sama loe. Sekali lagi, selamat ya atas jabatan barunya. Tetap menjadi Nina yang baik hati kayak dulu, ya."

Ucapan tulus Amel dan kehebohannya barusan membuat hati Nina benar-benar tersentuh. Ia merasa beruntung bisa bekerja di perusahaan ini, dikelilingi berbagai rekan yang baik dan menerima apa adanya. Sungguh, ini lebih dari sekedar pekerjaan.

"Makasih banget, Mel. Makasih udah menemani perjalanan karir gue. Dari jadi karyawan tetap sampai jadi supervisor."

Amel langsung mengangguk mantap, "Sama-sama sayangku. Tapi ingat, ya. Jangan berubah."

"Tenang aja. Gue tetap Nina yang lo kenal dari dulu."

Amel mendampingi Nina untuk memasuki ruang Human Resources untuk menandatangani kontrak kerja baru yang telah disiapkan oleh Head of Human Resources Division, Ibu Erina. Begitu mereka masuk, Amel langsung menyapanya ceria.

"Hallo, Bu. Ini karyawan dari divisi keuangan yang mau tanda tangan kontrak sebagai Finance Supervisor."

"Oh, Nina ya, Mel? Is she your bestie?"

"Betul, Bu." Amel menepuk pelan pundak Nina.

"Silakan duduk disitu, ya. Gue tinggal dulu. Banyak kerjaan."

"Oke, Bestie. Thank you, ya!"

Begitu Amel berpamitan dan meninggalkan ruangan, Ibu Erina segera mengambil dokumen kontrak kerja baru yang disiapkan untuk Nina. Ia membolak-balikkan beberapa lembar dokumen sebelum akhirnya menyerahkannya.

"Ini kontrak kerja kamu yang baru. Silakan dibaca dulu sebelum ditandatangani. Jika ada yang ingin ditanyakan, kamu bisa diskusi langsung ke saya, ya."

Nina menggangguk, memahami intruksi tersebut. Ia membaca setiap detail kontrak kerja itu dengan seksama. Jabatannya kini resmi berubah, disertai tanggung jawab yang lebih besar dengan berbagai benefits tambahan. Ada peningkatan gaji, tunjangan dan fasilitas yang membuatnya nyaris tidak percaya. Namun, yang paling terasa ialah tantangan baru yang kini menantinya.

Setelah memastikan semua isinya jelas, Nina mengambil pena dan menandatangi dokumen itu dengan perasaan yang mantap, meskipun ada sedikit gemetar di tangannya. Bukan keraguan, tetapi keharuan atas pencapaian terbaiknya yang tidak pernah ia bayangkan akan datang secepat ini.

Selesai tanda tangan, ia menyerahkan kembali dokumen tersebut kepada Ibu Erina dengan senyum penuh syukur.

"Baik, Nina. Mulai hari ini, sekarang kamu resmi menjabat sebagai Finance Supervisor. Selamat bergabung di level berikutnya."

Lihat selengkapnya