SEBENING SENJA

Tia Dia
Chapter #3

Bab 2 - Memori Monjali

Berawal di titik nol kilometer Yogyakarta.

Lalu,

Menghilang seperti layang-layang yang putus dari benang. Akhir kisah cinta pantomim yang tak pernah tersentuh tetapi terasa runtuh.

Dalam keputusasaan, masih tetap berharap ada asa. Meski harus terkapar karena memendamnya dalam-dalam. Jika Doa dan Takdir saling berkejaran, mungkinkah doa dapat menyalip takdir yang menunggu cinta dalam diam?

"Menurutmu kenapa Ken Arok dalam cerita tadi harus terjerembab mencintai Ken Dedes yang statusnya adalah istri Tunggul Ametung?" Cerita pagelaran tadi rupanya masih melekatkan banyak tanda tanya di kepala lelaki bermata ala jepang itu.

Hari menjelang sore saat Bening dan Senja selesai menikmati pagelaran seni tradisional di Monumen Jogja Kembali. Saat ini, mereka tengah menikmati sajian khas angkringan di perempatan Tugu dengan obrolan santai.

Bening tampak berpikir menanggapi pertanyaan Senja, karena isi kepalanya tak mampu menyerap seluruh makna cerita tadi. Mungkin karena hatinya terlalu senang setiap kali dekat dengan lelaki kurus itu.

"Heh, malah bengong!" Senja menjentikkan jemari, mengalihkan perhatian Bening padanya. Gadis itu tersenyum tipis.

"Menurut kamu, kenapa coba?"

"Mungkin kalo tidak ada sejarah Ken Arok terjerembab, maka tidak akan ada sejarah kutuk mengutuk, tidak akan ada korban jiwa dan perasaan dan sepertinya tidak akan muncul fenomena tikung menikung, yang pastinya itu berkaitan dengan kutukan empu keris itu." Senja tersenyum. Bening menemukan kepuasan digaris lengkung itu.

"Tahu, gak? Kalo dicerita utuhnya ada bagian yang tidak diceritakan," lanjutnya.

"Apa itu?" Bening penasaran.

"Sebetulnya lelaki pertama yang mencintai Ken Dedes itu adalah Joko Lolo. Sebelum dinikah paksa oleh Tunggul Ametung." Bening semakin takjub dengan pengetahuan Senja tentang sejarah.

"Cuma karena dia gagal memenuhi syarat yang diminta Ken Dedes, akhirnya tidak jadi dipersunting. Ya, yang mengagalkan pihak Dedes." Ada sedikit perubahan di rautnya.

"Mungkin si ceweknya gak cinta, kali." Bening nyeletuk, membuat Senja menatap lama ke arahnya sampai ia merasa salah tingkah ditatap seperti itu.

"Dari dulu cinta memang rumit." Senja terkekeh. Bening tertegun dengan kalimat terakhir Senja.

Rumit? Iya serumit mengartikan sikap kamu. Bening bergumam dalam hati.

"Kalo hanya salah satu saja yang punya rasa, ya bertepuk sebelah tangan." Senja kembali menyambung.

Lihat selengkapnya