Sebentar

eSHa
Chapter #1

Kencan Pertama

huufth !!!

Aku mengehela nafas cukup panjang sebelum kembali melihat diriku saat itu. Kira-kira sudah sepuluh tahun berlalu aku mengenal seorang yang lukanya mirip denganku. Kami sama-sama tidak tahu cara memulihkan luka ini, kami menjadikan masing-masing tempat pulang atau sekedar pelarian hingga entah bagaimana kami mulai saling menyembuhkan.

Aku masih sangat muda ketika itu, begitupun dirinya. Dia seorang mahasaiswa yang dikenalkan mantan pacarku waktu SMA. Mereka kuliah di satu universitas yang sama, sementara aku sudah mulai beradaptasi dengan dunia orang dewasa pada pekerjaan pertamaku, namanya awan.

Mengenalnya dari sebelas digit nomor ponsel membuat pertemuan pertama kami benar-benar sebuah kejutan, kami sepakat untuk tidak saling mengintip profile facebook sampai kami bertemu. Dan pertemuan pertama di Bandung, di alun-alun Bandung sebelum dipercantik pak Ridwan Kamil saat menjabat sebagai wali kota. Tempat yang masih berantakan, gelap, bahkan cenderung kotor. Kami tidak punya referensi tempat bagus untuk dating, awan adalah mahasiswa rantau dan aku bukan gadis yang senang dengan dunia luar. Namun tempat yang tidak begitu cantik itu, tersimpan dengan indah dalam kenang masa mudaku. Aku masih selalu tetawa mengingat kenapa harus alun-alun. Itu juga kali pertamaku menemui seseorang yang kukenal hanya lewat bayang-bayang. Aku bukan orang yang suka melakukan hal semacam itu, tapi entah, dia mampu membuatku mau dan percaya diri.

Walau kami sangat akrab di telepon dan sms, kupikir pertemuan pertama itu akan sangat canggung, tapi tidak... dia tetap sama menyenangkannya ketika tak nampak maupun nayata. Kami sempat berdebat sebelum saling menemukan, hanya karena posisi pintu masuk (hahaha), konyol memang, aku bahkan masih mengingatnya dengan jelas seakan baru terjadi minggu lalu. Aku yang masuk melalui pintu terminal di utara menyebut itu sebagai pintu masuk, sementara awan yang masuk dari selatan juga menyebutnya pintu masuk. Kami saling mencari hingga kesal karena sama-sama mengatakan berada di dekat pintu masuk. Setelah menyadari kebodohan itu aku memutuskan untuk melangkah ke arahnya dan meminta dia tetap diam. Telepon kami tetap tersambung selagi aku menuju kepadanya, memastikan bahwa kami tidak salah target. Aku sudah dekat dengan pintu selatan, tapi cahaya yang tidak cukup baik itu membuat aku fokus mendengarkan arahan awan di telepon daripada memerhatikan sekitar. Dan sudah pasti tidak mungkin kalau awan tidak usil, dia membuat aku berputar-putar bahkan melewatinya dua kali sebelum akhirnya benar-benar menyambutku. "cherrryyyy" teriaknya memanggilku dengan lambaian tangan dan sedikit melompat kehadapanku.

"Aku udah kesini tadi."

kataku dengan polos, sebelum menyadari awan mengerjaiku.

"Masaaa?!."

katanya lagi seolah dia juga bingung.

"Emang kamu tadi gak liat aku jalan kesini?."

"Liat, kan aku yang suruh. pas kamu lewat akunya diem (hahaha)."

Refleks aku mendorongnya agak kesal walaupun tetap saja dia lucu. Aku memang datang terlambat, sebab itu alih-alih dia aku yang menghampirinya.

"Mau makan dulu atau ngobrol dulu?."

tanyanya lagi,

"Makan sambil ngobrol."

"Gak bisa, riweuh."

"Masa riweuh, yaa jangan mulut penuh terus kamu ngomong."

"Gak mau pokoknya riweuh. pilih mau apa dulu."

"Kamu mau apa dulu?."

"Aku mau ngobrol dulu, soalnya tadi udah makan pas nungguin kamu (hahahaha)."

Tawanya lebih kencang daripada sebelumnya, dan lagi aku juga mendorongnya agak kesal. Begitu saja kami melanjutkan interaksi di tempat duduk dalam taman alun-alun itu.

Sesekali kami memanggil 'sayang' saat bicara di telepon atau sms, padahal tidak pernah ada ikrar atau komitmen apapun dari hari-hari yang kami jalani sejauh ini. Aku tidak benar-benar ingat apa yang kami bicarakan saat itu, tapi rasanya kami begitu menikmati pertemuan pertama itu. Yang masih jelas kuingat, aku tidak berhenti tertawa sejak awal beretemu. Oh iya, penampilannya lumayan, agak aneh kurasa dia mau bersamaku yang bahkan tidak bisa berdandan. Aku tidak terlalu percaya diri, jadi kukira itu akan jadi pertemuan pertama dan terakhir bagi kami. Malam itu sepertinya waktu berlalu lebih cepat dari biasanya, karena tiba-tiba awan mengajakku pulang saat menunjukan jam di ponselnya 21.35.

"Mau makan atau langsung pulang?."

"Hah?!? serius udah semalem ini ?."

"Coba liat hp kamu, kayaknya hp aku mah waktunya jam arab."

"Langsung pulang aja kali, kamu udah makan kan ?."

"Kamu kan belum."

"Gak apa-apa aku makan di kosan aja."

"Tapi aku udah lapar lagi."

"Yaaang beneeer?!."

"Iyaa atuh da capek dari tadi ngelawak buat kamu, lagian tadi aku makannya cilok."

Dengan mimik yang berubah murung dia menggodaku untuk makan sebelum pulang, walau ragu aku mengajaknya memilih makan,

"Ya udah, ayo. makan apa tapi udah malem gini?."

"Kaaan nyari. mau makan apa?."

"Enggak tau, apa aja deh yang ketemu."

Lihat selengkapnya