Sebentar

eSHa
Chapter #6

Tertolong Mantan

Malam itu adi seperti keberuntunganku yang lain, aku tidak pernah tau apa isi hati dan kepala adi, tapi dia selalu berhasil membuat aku nyaman di dekatnya. Setelah menghabiskan dua porsi beef burger, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tiba di kosan, adi memarkir motor kemudian duduk di kursi teras depan, aku mengikuti dan duduk di sebelahnya,

"Mau ngobrol atau mau ketemu lagi?."

tanya adi to the point,

"Ngobrol apa?."

"Emang gak ada yang mau kamu omongin ke adi?, tapi jangan nangis kaya tadi."

"Aku gak tau urutannya dii. gak tau apa yang pertama harus aku tanya, gak tau apa yang pertama pengen aku tau."

"Adi ngerasa kayak jadi salah satu sebab kalian ribut juga, tapi gak tau bagiannya apa."

"Kesel juga siih sebenernya sama kamu. tapi karena udah nganterin balik dan ngasih makan jadi gak berani maki-maki."

"Maki aja lagi, biasanya juga gitu kan kalo marah?!."

"Kenapa resek siih dii?."

"Apanya? adi dapet bagian mana?!."

"Kenapa bilang kita mantan?."

"Kan emang iya?!, sebentar juga tetep mantan."

"Ngomongnya gimana siih?."

"Ribut gara-gara itu?."

"Putus!."

"Emang jadian? (hahaha)"

"Teuing, da si awan yang bilang putus."

tawa adi menular padaku,

"Putus gara-gara adi dong!?, gak mutu banget."

"Yaa eeluuu ngacaa adiiiii."

Adi mungkin merasa bersalah walau aku bicara dengan canda, tapi tidak banyak juga yang bisa dia lakukan selain mencoba menghibur dan menenangkan aku.

"Sampe segitunya yaah?."

"Parah anjir. Jahat banget, beneran sedih aku."

"Padahal salah adi dimana yaah?."

"Emang kamu ngomong apa sih?."

"Yaa ngomong gitu."

"Yaa gitu gimana?."

"Kan dia lagi cerita, 'si cherry tuh gini gini', gitu kan. terus adi respon, 'iya waktu sama adi juga gitu'. udah adi ngomong gitu doang."

"Yaa ngapain ngomong waktu sama adi?? lagian gini, giini gitu tuh apaan?."

"Yaa pokoknya gini gitu lah."

"Aku mau tau."

"Ya pokonya gitu, pujian kok pujian. abis itu si awan nanya 'emang pernah bareng?', 'iya waktu SMA sebentar' gitu jawab adi, udah we."

"Aaah waaduul [7]."

Adi mengeluarkan senyum kecil khas miliknya saat dia menyembunyikan sesuatu,

"Eeeeeeh, sok tanya si awan. adi telpon yaah."

"Awan nyuruh aku nanya sama kamu, masa nanya lagi sama awan. cepet terus ngomong apa lagi?."

"Iyaa terus nanya aja gitu, kenapa putus, kenapa dikenalin sama dia, udah gitu aja."

"Kamu jawab apa?."

"Yaa jawab apa adanya."

"Ya apa deh, apa adanya tuh, aku kan gak tau adanya apa."

"Yaa adi bilang pernah ngajak balikan tapi ditolak."

"Kapaaan?? anjiir bohong banget!."

Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi denganku, sebelumnya aku menangis begitu sedih merasa sangat kehilangan, tapi bicara dengan adi begini membuat aku seperti lupa dengan kesedihan sebenarnya yang sedang aku miliki, aku bahkan bisa tertawa saat mengucapkan kalimat itu.

 "Santaai ajaa siih, gak usah kaya yang beneran pengen balikan."

"Iih bangke banget siih adii sumpah yaah. ngarang lu ngarang."

"Pernaaaah. waktu adi bilang sama si erdi, kan kamu bilang gak mau."

"Yaaa itu kan kamu bilangnya sama erdiiiii bukan aku!."

bicaraku sudah mulai kutekan karena kesal.

"Yaa pokoknya pernah. kan adi nyari dulu sinyal. terus si erdi bilang gitu."

"Enggak, enggak. gak gitu. elu terus jadian sama fenti anjir."

"Belum, itukan pas abis udah lama kita double date sama si angel."

"Enggak. itu lebih lama lagi. sebelum kamu bilang ke si erdi mau balik sama aku."

"Ngaco .. enggaklah. pas udah kamu tolak itu baru aku ngejar fenti."

"Masaa siih?, jangan coba nyuci otak gue yaah!.

"Hahaha, eeeh beneran. adi kan sakit waktu kamu tolak itu, jadi terkenang jelas."

"Tai kucing lu. terus gimana lagi?."

"Udaaaah. gimana apanya lagi?."

"Itu terus ke si awan kamu jawab apa lagi?."

"Eeeh balik deui kadinya. yaa jawab kamu nyebelin jadi putus. terus setiap chat sama adi kamu minta cowok terus, jadi adi kenalin sama dia, eh gak nyangka bakal cocok. udah we dia juga gak ngomong lagi."

Lihat selengkapnya