Seberkas Cinta untuk Dia (SETIA)

Ablagate Rifera
Chapter #9

BALASAN PERASAAN

Arunika mengetahui bahwa mataku tidak pernah lepas dari keindahan yang ditawarkan Aluna. Beberapa kali ia menghalangi pandangan dengan berdiri di antara diriku dan Aluna. Ia tampak terintimidasi dengan keindahan yang terlukis di tubuh Aluna.

Kuhela napas sekaligus mencoba mengalihkan pandang.

Senja pun memasang wajah yang sama dengan Arunika. Aku tidak paham, mengapa gadis itu juga ikut-ikutan mengerucutkan bibirnya. Apakah karena keindahan yang bisa kulihat dengan jelas dari sosok Aluna, sehingga membuat mereka tidak nyaman?

Aku tidak bisa menduganya. Lagi pula, aku sudah mengtakan kepada mereka bahwa tidak mungkin Aluna memiliki rasa itu. Hanya saja, ia juga masih sering mendaratkan matanya ke arahku bersama dengan senyuman yang terlihat begitu menawan.

Luluh sudah hati ini melihatnya tersenyum seindah itu.

Aluna mengajak Arunika untuk bercengkerama di halaman belakang. Sementara aku dan Senja masih berdiri di ruang tengah, menikmati vila yang begitu mewah dan indah ini. Kami saling pandang sambil tersenyum.

“Gila sih, Lexa tajir bener ya,” celetuk Senja sambil menatap ke sekitar.

“Lo tahu gak, mobil yang barusan itu harganya lima miliar lebih,” ujarku sambil menoleh ke arah depan.

Senja menggeleng. “Gak abis pikir gue, kenapa cewek setajir dia mau-maunya sekolah di tempat kita? Padahal kan ya, dia cukup sekolah di international school di Jakarta juga banyak.”

“Sama kayak pemikiran gue,” ujarku lalu duduk di sofa berwarna beige yang berada di sana.

Seketika tubuhku terlena dengan keempukan sofa berbalut kulit ini. Senja yang awalnya ragu akhirnya mengempaskan tubuhnya di seberangku. Kami saling pandang, tetapi ada sorot mata aneh yang diperlihatkannya saat ini.

“Eh, emang bener lo ngelakuin apa aja ke Lexa?” tanyanya pelan.

Aku mengangguk. “Bener kok, waktu itu aja gue pernah ngiketin tali sepatunya.”

“Seriusan lo?” tanyanya dengan nada agak tinggi. “Lagian, bisa-bisanya lo senurut itu sama Lexa.”

“Gue juga gak tahu, tapi gue seneng aja kalo abis nurutin dia. Ya lo tahu lah, gimana gue sama Arunika dari dulu.”

Ia menghela napas. “Iya sih, tapi kan lo sama Arunika udah kenal dari kelas VIII SMP. Lah sama Lexa kan baru dua bulanan.”

“Justru itu yang bikin gue heran. Lo tahu gimana kakunya gue kalo sama cewek. Tapi kalo ke Lexa kayak semuanya gampang aja. Padahal dia juga bukan cewek yang supel kayak Alena.”

“Lo suka, sama Lexa?” tanya Senja pelan.

Kuhela napas sambil menatap ke arah Arunika dan Aluna berada. “Gue suka, tapi gue realistis. Gue sadar, posisi dia jauh di atas gue. Gak cuma dari materi, Lexa itu genius.”

“Lo bener sih, tapi cinta itu gak pernah liat dari hal-hal kayak gitu,” ujarnya lalu mengalihkan pandang. “Ada hal yang lo gak tahu tentang gimana perasaan itu bisa tumbuh.”

Terlalu naif apabila berpikir tentang bagaimana Aluna bisa menumbuhkan rasa itu di dalam hati untukku. Namun, melihat kedekatan kami akhir-akhir ini, bisa saja apa yang Senja katakan adalah benar adanya. Tidak pernah dalam hidupku bisa sedekat ini dengan seorang gadis. Terlebih ia adalah sosok senirmala Aluna.

Mengesampingkan itu semua, kualihkan tubuh untuk menyusul kedua gadis yang tampak berbicara dengan nada serius. Arunika menatap dengan wajah yang berbeda, sementara Aluna tampak merengut sambil melekatkan pandangnya ke arahku.

Lihat selengkapnya