Blurb
Ijah, seorang perempuan miskin yang melahirkan anak di luar pernikahan. Demi buah hatinya ia menyediakan diri menjadi petarung dalam kehidupan, berdarah-darah oleh luka dari setiap pergulatan; sakit, namun ia tak menyerah. Sebagai seorang Ibu, Ijah telah mengikat dirinya sendiri dalam sebuah janji bahwa anak adalah amanah Tuhan yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
Sebagaimana pepatah, kasih ibu sepanjang masa, Ijah pun melanglang buana bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Saudi Arabia. Demi impian menyediakan kehidupan yang lebih baik bagi anak lelakinya, maka Ijah mengabaikan rasa sakit dari setiap siksaan fisik dan psikis dari sang majikan. Dua tahun di Saudi Arabia kian menyadarkannya, betapa sedih menjadi seorang miskin. Ijah pun bertekad, memutus mata rantai kesengsaraan dan kemiskinan dari jalan kehidupan putranya.
Pulang ke tanah air, Ijah memulai kehidupan barunya di kampung dengan membuka warung kelontong. Hubungan dengan saudara-saudara kandungnya pun membaik..
Suatu hari, Marji - saudara laki-laki Ijah - dan keluarganya mengalami kecelakaan. Suami isteri tersebut tewas dan meninggalkan tiga orang anak yang kemudian menjadi tanggungan Ijah. Belum selesai dengan biaya rumah sakit, seorang keponakan lelakinya harus diamputasi. Keponakan perempuannya pun hampir menjadi korban trafficking.
Kesulitan ekonomi kembali menelikung Ijah. Untuk kedua kalinya, Ijah menjadi buruh migran. Kali ini nasib membawanya ke Hong Kong. Ia mulai dari nol lagi. Terluka lagi, menangis lagi, dan nyaris kehilangan nyawa. Lalu ia bertemu dengan teman-teman aktivis buruh yang membelanya tanpa pamrih. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Ijah menangis bahagia. Ijah merasa dirinya berharga dan pantas mendapatkan yang terbaik dari yang telah ia perjuangkan.
Sebongkah tanah retak. Sebongkah kekeringan dan kesulitan hidup yang harus ditaklukkan.