Sebuah Janji

Rana Zalfa Zahirah
Chapter #5

Jakarta

Kita hanya menunggu dan sabar, jangan terlalu terburu-buru ingat! Tuhan selalu ada bersama kita, maka itu tuhan akan mempertemukan jodoh kita kapanpun itu.

***

Weekand, hari dimana untuk melupakan tugas dan merebahkan badan seharian di kasur. Tetapi hari weekand Garret kali ini berbeda, ia harus mengikuti Alvaro dan Orissa untuk mengunjungi rumah barunya yang terletak di Jakarta.

Jasmine tak ingin ikut, dan akhirnya dititipkan bersama Floryn. Sungguh bagi Garret perjalanan ini akan membosankan sekali. Ia hanya menatap perjalanan yang tanpa henti dari jendela mobil.

Perjalanan dari Bandung-Jakarta sekitaran 4 jam jika tidak banyak berhenti. Kapan ia mengasih tau sahabatnya jika ia ingin pindah, ah pusing sekali memikirkan nya.

"Jaga sikapmu kalau udah sampe Jakarta!" tegas Alvaro sambil mengemudi mobil. Orissa hanya mengelus pergelangan tangan Alvaro agar tidak terlalu emosi.

"Serah" jawab Garret dengan singkat. Ia tak ingin menghiraukan omongan Alvaro, ia segera mengambil earphone dan mendengarkan lagu kesukaanya selama perjalanan berlangsung.

***

Gedung-gedung yang sangat tinggi sudah mulai terlihat di jalan, belum lagi padatnya jalan Jakarta yang khas bisa membuat orang-orang disitu capek menunggunya. Ya seperti contohnya saat ini, Garret pusing dengan padatnya jalan Jakarta, ini belum tinggal disini kalo tinggal ia sudah menatap disini apa yang bakal terjadi? Sudahlah ia pusing dengan kepadetan ini.

Suara klakson saling berbunyi, polusi pun sangat tebal. Pantes saja Jakarta banyak polusi, ternyata dari kendaraan yang banyak ini. Garret sangat bosan sekali, ingin tidur tetapi tak bisa, semua segala cara ia coba agar tidak bosan, tapi ia tetap bosan sekali.

"Mau sampe kapan sih macetnya?" decak kesal Garret. Rasanya ingin keluar dari mobil ini dan pergi ke suatu tempat. Bosan sekali berada di mobil yang tak kunjung bergerak ini.

"Mama gatau Garret, kalau kamu bosan main aja ponselmu" saran Orissa. Garret hanya terkekeh dan kembali melihat jalan, ternyata pelan-pelan mobil ini bergerak tidak sepenuhnya diam.

"Gue mau keluar dari mobil, kalo kalian udah selesai dengan urusan rumah kasih tau gue" jelas Garret. Ia sudah tak tahan lagi di mobil yang baginya tidak bergerak sama sekali. Tetapi Alvaro mengunci pintu mobil agar Garret tidak keluar. Ia pun sebal dan mulai emosi dengan Alvaro.

"Buka! Gue bosen di mobil!" protes Garret. Alvaro pun menghela nafas dan membuka kunci pintu mobil. Garret pun keluar dari mobil dan meninggalkan Orissa bersama Alvaro di mobil itu.

Ia pun segera membuka ponselnya dan membuka aplikasi map. Ia segera mencari mall yang terdekat untuk menghilangi rasa bosan itu. Dan tidak lama ia mencari, ia pun dapat mall yang terdekat dari arahnya kurang lebih sekitar 15 menit jika jalan kaki dan jika naik motor 10 menit. Karena Garret ingin menghemat uang sakunya ia pun memilih jalan kaki, itung-itung sekalian olahraga.

Garret pun melihat-lihat pemandangan jalan Jakarta, ini berbeda dengan Bandung. Meski jalan ini mendung, ia tak acuh tetap ingin berjalan ke mall tak memilih kendaraan. Tapi tak apa selama ia berjalan kaki, entah apa yang ia rasakan tapi ia merasakan senang sekali. Sungguh baru pertama kali ia berjalan kaki sendirian di trotoar ini, biasanya di temani oleh sahabatnya. Tetapi ia mengingatkan gadis kecil dia, dulu memang ia sering berjalan-jalan seperti ini. Rindu sekali ia dengan suasana itu, sampai sekarang ia masih merindukan semua tentang gadis kecil itu. Senyumnya, tawanya, suaranya, semua tentang dirinya.

Akhirnya Garret pun sampai di mall, ia kagum dengan tampak mall ini. Sungguh besar sekali dan terlebih luas, padahal ada mall luas di Bandung juga tetapi yang di Jakarta lebih luas.

Interior mall ini sangat indah, Garret seperti orang norak saja yang tak pernah berkunjung mall sama sekali. Tapi ia tak acuh, dan sekarang ia mulai mencari dimana letak toko buku yang di mall itu.

Lihat selengkapnya