Sebuah Janji

Rana Zalfa Zahirah
Chapter #14

Dia

Keadaan mentalku memang tak stabil, tapi saat dekat dirimu ada yang berbeda dariku. Semua masalah tiba-tiba hilang dari pikiranku. Kamu sebenarnya pakai mantra apa?

-Garret

***

Pada hari ini Daiva baru saja menyelesaikan ritualnya kurang lebih 30 menit, lama? Pasti kerjaan ia hanya main air dan berbicara dengan botol sabun.

Tak lama ia habis memakai baju, Daiva pun duduk di meja belajarnya untuk melihat buku diary kecilnya.

Asik sekali membaca buku ini saat waktu kosong, ia pun membuka halaman yang ke 7. Ia pun memutuskan memberi angka di setiap halaman agar memudahkan membaca.

Dear diary,

Hari ini aku ke mall sama mama, disana banyak banget mainan yang lucu. Sayangnya mama gak bolehin beliin mainan katanya mainan itu kalau udah banyak jadi sampah alias gak ada guna sama sekali, yaudah demi mama seneng aku gak nangis di depan umum.

Oh iya, aku dapet tas baru yang berwarna kuning gambar buah-buah kecil. Lucu banget, yang beliin bukan mama pastinya papa dong siapa lagi, papa aku nih! Keren gak?

Sudah segini dulu ya, tanganku pegel nulisnya. Byee~!!

Ia tertawa geli-geli melihat tulisan bagian sayangnya, ternyata umur segitu ia sudah bisa mengerti dengan kalimat itu.

Daiva pun menutup buku diary birunya dan turun kebawah untuk mengambil cemilan. Lumayan lah untuk men ganjel perut yang laper ini.

Mawar ternyata sedang berbincang singkat dengan Hadden dibawah, entah apa yang diomongin oleh mereka berdua itu.

"Hai sayang" Sapa Hadden lalu menaruh koran di meja.

"Hai papa, hai mama" Sapa Daiva hangat kemudian melempar senyum kepada mereka.

Daiva tak jadi ke dapur, ia memutar balik dan duduk berhadapan dengan Hadden.

"Londra, kamu mau minuman apa?" Seru Mawar dari dapur.

"Aku minum lemon tea aja ma" Sahut Daiva dengan suara lantang juga.

"Bentar ya mama buat dulu, papa kopinya bentar lagi jadinya!" Seru Mawar kedua kalinya.

"Iya mah, santai aja" Balas Hadden santai.

Ia mendengus sambil melihat meja ruang tamu yang tak ada cemilan sama sekali, padahal niatnya adalah mencari cemilan. Gagal sudah rencana ini, sudahlah biarkan perut ini berbunyi.

"Londra, kamu tau gak?" Tanya Hadden.

Ia pun menoleh ke Hadden dengan raut bingung dan memiringkan kepalanya ke kanan. "Ada apa pa?"

Jawab Daiva.

"Gak jauh dari rumah kita, ada yang pindah kesini"

"Eh? Siapa pa?"

Tunggu, apakah ia akan memiliki teman tetangga? Ia pun langsung tersenyum gembira sambil mentap Hadden.

"Lah senyum sendiri, aneh kamu" Ejek Hadden dengan memutar bola mata malasnya.

"Hah? Eh?" Jawab Daiva dengan penuh kebingungan.

"Astaga Londra, kamu mikirin apa sih. Aneh banget deh" Ledek Hadden dengan menggunakan nada ejek nya.

Ia pun mencurutkan bibirnya dan menggembung kan pipinya. "Ihhh papa, aku gak mikir apa apa ih!" Balas Daiva sambil menepuk badan Hadden.

"Ini lemon tea nya dan kopinya. Selamat menikmati mas mba" Cela Mawar yang tiba-tiba datang tanpa mengucapkan salam.

Daiva sempat kaget saat Mawar tiba-tiba di hadapan nya dan Hadden juga, rasanya seperti jump scare horror tapi bedanya ini di siang hari.

"Eh mama, dari kapan disini?" Celetuk Daiva yang bermuka cengengesan.

"Kamu baru nyadar? Mama udah daritadi disini" Jawab Mawar dengan tatapan sipitnya.

Daiva pun menggaruki rambutnya yang tak gatal dan menghadap Mawar dengan muka ketawa.

"Kata papa ada orang pindahan ya?" Tanya Mawar untuk Hadden.

Ia pun menaruh secangkir kopi di meja. "Iya katanya, beda 4 atau 3 blok sama kita" Balas Hadden.

"Nah Londra, mama punya misi untuk kamu"

Ia pun tersedak karena omongan Mawar, misi? Terakhir kali ia mendapatkan misi itu adalah hal yang terburuk sekali. Misi bagi Mawar adalah suruhan sesuatu, ah males sekali mendengar kata 'misi.'

"Pelan-pelan sayang" Ujar Mawar kemudian meng ngelus bahu milik Daiva.

Lihat selengkapnya