Sebuah Pengabdian

Anggrek Handayani
Chapter #3

3.Kebimbangan Zahra dan Hamid

Yasir dan Mona saling memandang. Mereka tak tahu bagaimana cara menjelaskan masalah mereka pada Salamah. Mereka menerima amarah dari Ustadzah Salamah sebagai konsekuensi dari tekadnya untuk menikahkan Hamid di usia yang sangat muda.

Yasir menyadari bahwa memang sangatlah sulit untuk melakukan lamaran ini. Mungkin bukan hanya orang tua Zahra. Mungkin banyak orang tua lainnya yang akan menolak lamaran ini karena mereka tak mau jika hubungan putri mereka dengan Hamid hanyalah sebuah hubungan di atas kertas saja. Sebuah hubungan yang harus disembunyikan pada dunia.

Namun apalah daya Yasir. Usianya sudah sangat tua. Dan di usianya yang tua itu, ia ingin segera memiliki seorang cucu. Begitu juga dengan sang istri, Mona. Mereka takut jika sampai mereka menutup mata nanti mereka belum juga dikarunia seorang cucu oleh Tuhan. Maka ia terpaksa melakukan lamaran di waktu yang sesungguhnya belum tepat.

“Ya, aku mengerti. Aku mengerti sedikit tentang dunia militer. Dan kami sama sekali tidak merasa keberatan melakukannya,” jawab Ustadz Rahman dengan cepat.

“Benar kan, Zahra? Kamu juga tidak keberatan kan?” tanya Ustadz Rahman pada Zahra.

Tanpa berfikir panjang, Zahra menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Ustadzah Ustadzah Salamah merasa heran dengan sikap Zahra yang langsung menyetujui perkataan sang ayah tanpa berfikir lebih dalam.

"Tapi bagaimana dengan nasib Zahra nanti, Abi? Dia memang dinikahi Hamid. Tapi kenapa dia tidak bisa disebut sebagai istri Hamid?" protes Ustadzah Salamah.

"Dan bagaimana dengan anak-anaknya nanti? Mereka bilang mereka ingin mempunyai cucu. Tapi dia tidak boleh disebut sebagai anak Hamid. Apakah dia hanya akan menjadi cucu kalian saja tanpa mengetahui siapa orang tua mereka?" lanjutnya.

Yasir dan Mona saling memandang. Ia mengerti bagaimana perasaan Salamah saat itu. Terlebih Mona. Sebagai seorang ibu, Mona dapat memahami naluri keibuan Salamah yang sangat mengkhawatirkan nasib putrinya di masa depan.

Yasir menolehkan wajahnya pada Salamah. Kemudian ia mencoba untuk menenangkan hati istri sahabatnya itu dengan berkata, "Ini hanya sebentar, Salamah. Kita akan mencari waktu yang tepat untuk melakukan semua itu. Jika waktunya sudah tepat, kita akan memberitahu kepada dunia tentang siapa Zahra. Kita juga akan memberitahu pada dunia tentang pernikahan Hamid. Dan Zahra serta Hamid dan anak-anaknya nanti akan hidup bahagia."

"Apa kau bilang? Hanya sebentar? Walaupun hanya sebentar, tapi apa yang kalian lakukan itu tetap akan menyakiti hati Zahra," bantah Salamah.

Lihat selengkapnya