Sebuah Pengabdian

Anggrek Handayani
Chapter #5

5.Hidup Adalah Sebuah Pengabdian

Tak henti-hentinya orang berdatangan guna menghadiri pesta pernikahan Hamid dan Zahra. Setelah menjabat tangan kedua mempelai dan orang tuanya, Yasir mempersilahkan mereka untuk menikmati jamuan yang telah disajikan di atas meja-meja.

Berbagai jenis makanan tersedia untuk para tamu. Mona memang sengaja memersiapkan semua itu sebagai bentuk rasa syukurnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena ia dapat diperkenankan untuk menyaksikan pernikahan putra tunggalnya sebelum akhirnya menutup usia. Juga agar para tamu merasa puas dalam menikmati pesta pernikahan sang putra tercinta.

Dengan sambutan hangat dan jamunan yang sungguh nikmat, semua orang terlena dengan pesta. Hingga mereka lupa bahwa waktu telah berlalu begitu cepatnya. Langit semakin gelap. Udara pun semakin dingin. Udara yang semakin dingin itu merasuk tubuh mereka hingga bagian yang terdalam.

Karena malam yang semakin larut, pesta harus diakhiri saat itu juga. Para tamu mulai berbondong-bondong untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Setelah para tamu meninggalkan rumahnya, Hamid segera berlari menuju kamarnya dengan wajah yang muram. Seluruh anggota keluarga yang masih berdiri di rung tamu menjadi heran dengan sikap Hamid yang demikian. Tak terkecuali dengan Zahra.

Mona berjalan satu langkah lebih dekat dengan Zahra. Lalu ia berbisik di telinga seorang wanita yang kini telah menjadi menantunya, “Nak Zahra, ada apa dengan Hamid? Kenapa Hamid meninggalkan ruangan seperti itu? Seharusnya kalian berjalan bersama untuk masuk ke kamar kalian.”

“Saya tidak tahu, Bu. Mas Hamid juga tidak mengatakan apa-apa pada saya,” jawab Zahra.

“Coba kamu susul Hamid. Kamu tanya apa yang sedang terjadi. Kalau ada masalah, katakan pada ibu dan ayah ya,” lanjut Mona.

Zahra mengangguk pelan lalu menjawab, “Baik bu.”

Zahra meminta izin pada kedua ornag tuanya untuk pergi ke kamar menyusul Hamid yang telah pergi terlebih dahulu. Tak lupa ia meminta izin pada Yasir. Tak tahu mengapa hati Yasir merasa tak tenag ketika melihat Hamid yang pergi ke kamar dengan cara seprti itu.

Segera setelah mendapatkan izin, Zahra langsung melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar Hamid. Setelah meninggalkan tempat berdirinya beberapa langkah, ia mempercepat langkahnya agar lebih cepat sampai di tempat tujuan. Karena saat itu hatinya tiba-tiba merasa cemas setelah melihat apa yang dilakukan sang suami ketika semua orang baru saja meninggalkan pesta.

“Sebenarnya ada apa dengan Mas Hamid? Kenapa Mas Hamid meninggalkan ruangan begitu saja?” tanya Zahra pada dirinya sendiri.

Lihat selengkapnya