Sebuah Prank

Dini Salim
Chapter #21

21. Semua Orang Tahu, Kita Tempe

"Cowok emang semuanya kayak begitu, ya?"

"Hah?" Azam mengerutkan keningnya saat akhirnya Magenta bicara setelah lama terdiam sejak Azam mengajak Magenta ke kantin untuk menenangkan dirinya. 

Azam sudah bilang bahwa dirinya bersedia memberi traktir pada Magenta, tapi perempuan itu hanya memilih membeli cola daripada memborong lima porsi batagor sesuai kepribadian aslinya. Sekarang, Azam seperti berhadapan dengan pribadi yang lain dari Magenta. Azam merasa sedih, kasian dan frustasi pada Magenta. 

Perempuan itu benar-benar tak semangat, pasti sangat bersedih karena Adam. Laki-laki itu memang pantas buat Azam kasih pelajaran. Lihat saja nanti.

"Nggak peka, suka cewek cantik, dan gampang berpindah rasa suka?" tanya Magenta heran. 

 Magenta tak percaya saya Adam bisa bertingkah seperti ini saat sebelum membuat Magenta berpikir Adam menyukainya. Namun, memang salahnya Magenta sih. Padahal ia sudah menyadarkan diri bahwa dirinya hanya punya harapan terlalu tinggi pada Adam, sekarang Magenta sedih lagi karena melihat Adam benar-benar tak tertarik padanya.

"Oh, tentu nggak!" seru Azam, tidak setuju garis keras pada pertanyaan yang diajukan Magenta. "Banyak cowok yang perhatian, pengertian dan suka sama cewek biasa-biasa aja. Bahkan beberapa di beberapa kasus, ada cowok ganteng, pinter, kaya, pokoknya perfect lah, suka sama cewek yang bisa dibilang agak gila dan nggak biasa." 

"Serius?" Magenta semangat karena beberapa kasus yang dibilang Azam mirip seperti kasusnya dengan Adam. 

"Iya," balas Azam penuh keyakinan. "Beneran ada yang begituan. Gue jamin seratus persen." 

"Baguslah. Berarti masih ada kemungkinan Adam suka sama gue," kata Magenta tanpa sadar. "Kayaknya nggak begitu menyedihkan kalau gue suka sama Adam sampai saat ini."

"Hah?" Azam membulatkan kedua matanya. "Lo suka sama Adam?" 

Magenta menipiskan bibirnya, ia menatap Azam dengan penuh gugup dan takut. "Hah? Apa? Telinga gue mendadak blur, maaf." Tanpa berani melihat Azam lagi, Magenta bangkit berdiri. "Gue pulang duluan, ya—"

"Kalau gue kasih tau ke Adam, bisa jadi kejadian spektakuler, nih. Kayak di drama-drama. Temen yang suka sama temennya. Gue penasaran, hasilnya bakal gimana, ya?" 

Magenta langsung duduk di hadapan Azam kembali dengan sorot mata penuh arti. "Bilang apa yang lo mau sekarang, gue bakal penuhi itu selama gue sanggup." 

"Jadi pacar gue kalau gitu." 

***

Kalau Kak Ardi bisa dibilang agak gila karena pernah melemparkan tubuh Magenta ke atas kasur dengan kasar karena emosi, Azam lebih gila-gila lagi karena mengajaknya pacaran hanya agar rahasia tentang perasaannya pada Adam tetap aman. 

"Gue bakal kasih waktu sampai Sabtu malam, atau Minggu pagi buat lo kasih jawabannya." 

Begitu kata Azam saat Magenta hanya bengong seusai mendengar permintaannya yang tak masuk akal itu. 

Bagaimana Magenta bisa menjadi pacar seseorang saat dia tak mau berpacaran dengan seseorang selain Adam?

Tau, ah, Magenta pusing memikirkannya. 

Lihat selengkapnya