Sebuah Rasa dan Asa

Aylani Firdaus
Chapter #6

STELLA : WHERE DID "IT" DISAPPEAR TO?

Sudah satu jam lebih aku duduk meringkuk di atas kasur, tepatnya di pojokan kamar dengan bersandar pada sudut dinding. Selimut berbulu berbahan wool tipis yang dibeli di pasar tanah abang dua tahun lalu, menutupi seluruh bagian tubuh. Tanganku sesekali menyingkap selimut dan mata ini mulai menilik dari balik selimut pada layar smarthphone yang sengaja ditaruh menjauh dariku dengan perasaan bercampur aduk. Malu, terkejut dan setengah takut.

Tepat saat aku memutuskan duduk meringkuk di sudut ruangan itulah tepat saat aku menerima notifikasi whatapps entah dari siapa. Nomor tidak dikenal dengan mengatasnamakan dirinya William. Kejadian itu yang telah mengingatkan kembali apa yang terjadi semalam. Ketika aku memutuskan minum di sebuah bar dan berakhir dengan mabuk, menceritakan masalahku pada William ini dan berakhir dengan dijemput oleh Fyra. Aku muntah hebat semalam dengan keadaan perut kosong, untungnya sudah berada di tempat kos. Jika tidak? Seberapa malu aku jika nanti berhadapan langsung dengan William ini? Aku sudah tidak punya muka lagi.

Satu mangkuk penuh sop ayam dengan campuran sayuran dan minuman kemasan Hydro Coco ada di atas meja di samping dipan, telah disiapkan Fyra untuk meredakan pengar. Akibatnya, aku tidak masuk kelas hari ini, ijin sakit kepada Dosen karena kepalaku masih sangat berat dan pening belum kunjung hilang.

Smarthphone itu berdering lagi sebanyak dua kali, padahal satu pesan pun belum sempat dibalas, aku terlalu terkejut untuk membalas pesan itu dan hanya sempat membacanya.

Satu hal dari semua kejadian ini yang paling mengejutkan ... semua hutang - hutangku pada apilkasi pinjaman online telah lunas. Ludes tak tersisa, tak ada hutang sama sekali. Yah, karena hutang itulah yang membuatku memilih mabuk di sebuah bar sendirian, terasa seperti pengecut dengan memikirkan lilitan hutang yang semakin lama menjadi abnormal bunganya. Sekarang hutang itu sudah hilang tanpa jejak entah kemana. Aku harusnya bersorak gembira merayakan situasi ini karena tidak ada beban yang selalu membayangi dimana tiba hari gajian tapi justru sebaliknya, aku merasa ketakutan. Apa yang kulakukan semalam saat hanya berdua dengan William?

Aku hanya mengingat bagian dia mendatangi meja dimana aku duduk dan kita mengobrol sebentar dengan kesadaranku yang setengah mabuk. Aku ingat memberikan dia smarthphone dan kurasa hanya cukup sampai situ sampai akhirnya aku sudah berada di toilet kos dengan posisi badan setengah membungkuk lalu muntah - muntah dengan hebat. Fyra membantu dengan mengelus - elus tengkuk leher serta punggungku sambil mengomeli dan mengumpat si William berulang kali. Ingatanku hanya sebatas itu. Apakah dia yang membayar hutang di aplikasi pinjaman online milikku?

Aku menghela napas dalam - dalam, mengumpulkan semua keberanian untuk menilik pesan yang sudah cukup lama diabaikan.

Aku harus menghilangkan kesalahpahaman ini, bertanya padanya atau minta maaf padanya. Apapun untuk mengembalikan keadaan.


"Hai Stella, ini aku William. Jangan lupa lagi dengan namaku atau kau akan kerepotan," tulis pesan pertamanya.

"Kau sudah mendingan? Semalam kau mabuk berat, minum atau makan sesuatu untuk meredakan pengarmu," pada pesan itu aku sontak menengok makanan dan minuman yang disiapkan Fyra di atas meja.

Lihat selengkapnya