Sebuah Rasa dan Asa

Aylani Firdaus
Chapter #10

STELLA : DATE (1)

“Kau yakin?” tanya Fyra sekali lagi sambil tertegun.

“Yakin. Apa yang kau khawatirkan, Ra,” aku menimpali.

”Maksudku, yakin dengan pilihan outfit itu tuh?” jari telunjuknya menunjuk ke atas-bawah, tepat menunjuk jaket-celana berulang kali.

“Arghh … gimana dong?” aku mengerang frustasi setelah lebih dari 10 menit berputar - putar di dalam ruangan.

Well, karna wajahmu cantik jadi warna mencolok pun tidak buruk.”

Badanku kian melemas tidak menemukan kembali semangat yang menggebu - gebu soal ide ini.

“Ayo dong semangat! Demi membuat William ilfill … hahahaha,” sambungnya dengan tawa yang meledak. Ia beralih memegang kedua pergelangan tanganku, bersorak dan menyemangati membentuk simbol “tangan hore” sambil cekikikan, lompat - lompat kecil untuk mengembalikan semangatku diawal.

Outfit yang mencolok memang ideku. Lebih tepatnya ide untuk membuat William ilfill. Aku yakin seleranya pasti tinggi dan dengan sengaja aku mempersiapkan semua. Tidak memakai riasan sama sekali kecuali lipgloss pink agar bibir ini tidak kering dan merapikan alis, memakai jaket musim dingin dengan warna terang, memakai celana bahan berwarna ungu terang hasil meminjam Fyra dan juga memakai sneaker putih yang harusnya dicuci hari ini.

“Jamet … hahahaha,” ucap Fyra pertama kali saat melihat penampilaku.

Aku sempat percaya diri tentang misi ini akan berhasil karena Fyra yang tiba - tiba memberikan reaksi, tapi sekarang rasa kepercayaan diri itu telah merosot, membuatku tidak nyaman dengan penampilan yang dibuat.

Tolong! Ini bukanlah gayaku!

Aku ingin menangis melihat diriku sendiri pada pantulan kaca berbentuk persegi panjang yang berdiri tegak di dalam ruangan.

“Dadah! Selamat bersenang - senang,” ucap Fyra sambil melambaikan tangan setelah aku memutuskan tidak menyesali pilihan outfit ini.

Mobil fortuner terparkir dengan baik di depan kos. Aku sempat mengira jika ia belum datang karena belum mengirim chat. Aku sudah hapal dengan tampilan mobil itu dan siapa lagi yang mau memarkir fortuner di depan kosku, kecuali dia? Berulang kali aku menyemangati diri sendiri sebelum akhirnya menemuinya.

Ini adalah pilihan terbaik agar dia ilfill.

Mobil itu tampak seperti tidak memiliki pengemudi. Jelas berbeda dengan ia yang sering kali nampang dengan bersandar di bagian pintunya ketika mendadak muncul seolah sedang menunggu. Jadi, aku memberanikan diri mengetuk - ketuk kaca pintu, berharap menemukan dirinya.

Oh … dia tertidur.

Aku tidak bisa mengatasi kepercayaan diri yang sudah merosot. Jadi, aku mencoba tersenyum untuk mengembalikan rasa percaya diri seperti semula. Dia menyadari suara ketukan pada kaca pintu mobil, dengan mata mengerjap sambil mencari ke arah suara itu, perlahan mulai menurunkan kaca mobil.

"Maaf, kau sudah lama menunggu ya sampai ketiduran," ucapku saat wajah kami berhadapan langsung. Aku tidak menduga bersamaan ia menurukan kaca, aku malah tersenyum.

Lihat selengkapnya