Sebuah Rasa dan Asa

Aylani Firdaus
Chapter #12

STELLA : DATE (3)

“Apa kau gila?” ucapku padanya setelah menjauh dari Lumiere Moda.

Dia tersenyum manis menanggapi.

“Kau menyebutku pacarmu. Sejak kapan kita jadian?" tanyaku jengkel.

"Apa kau ingin lebih dari sekedar pacar? Menurutmu apa hubungan yang cocok untuk kita berdua?" dia menggoda dengan tersenyum menyeringai lalu memilih berjalan memimpin di lorong mall sedikit mengabaikan ucapanku.

Apa? Ingin rasanya aku memukul kepalanya membuat ia sadar. Kita belum lama kenal!

Dia memegang tas berisi pakaianku tadi setelah meminta paper bag pada staff lalu meminta agar pakaianku dimasukkan ke dalamnya dan entah mengapa ia malah membawa tas itu.

Itu pakaianku? Kenapa kau membawanya seolah itu barangmu?

Mungkin terdengar jorok. Sesuai perkataannya aku memang berniat memakai langsung dress ini karena tidak nyaman dengan perpaduan warna yang mencolok. Karena baju ini mahal bagiku jadi perbedaanya sangat terasa dibandingkan pakaian murah jika memakai saat pertama kali sebelum dicuci. Bahkan pakaian ini tidak gatal. Aku memutuskan berjalan mengejar ketertinggalan darinya.

"Berikan aku nomor rekeningmu, aku ingin membayar dress ini," ucapku dengan nada mengancam seraya memegang tali paper bag yang masih berada di tangannya. Aku berhasil menyamai jalannya bahkan telah memaksa dia memerhatikanku dengan sedikit menunduk karena aku lebih pendek. Kita saling berhadapan sekarang.

Dia menatapku seakan tengah menimbang sesuatu, perlahan melepaskan tali paper bag. Maju satu langkah dengan sedikit arogan yang seketika membuatku gugup, membuat jarak di antara kita semakin mengecil.

"Gimana kalau tidak mau? Kau mau apa, Stella?"

Kedua jarinya terangkat, menyentuh daguku membuatnya terangkat sehingga dapat menatap wajahnya yang terpahat sempurna. Ia mengamatiku. Tatapannya intens dan cukup membuatku terdiam seakan terhanyut, perlahan ia menurunkan tangannya.

"Itu sudah jelas jika aku membelikanmu, kenapa kau tidak paham," ucapnya kemudian dan kembali memimpin berjalan di lorong mall yang terang.

Apa yang dia lakukan?

Setelahnya, tindakan dia seperti orang yang kesurupan. Kami meneruskan jalan - jalan mengelilingi seisi mall. Aku sempat mengajaknya ke toko buku berniat mencari referensi untuk mata kuliah. Setelah melihat secara garis besar keseluruhan buku melalui daftar isinya dan beberapa bab, aku mendapatkan beberapa judul buku dan menanggalkan kembali ke dalam rak mengingat harganya yang lumayan mahal dan karena itu berniat mencari di e-commerce saja.

"Kau suka buku - buku ekonomi ya?" tanya dia sambil megamati buku - buku yang sedari tadi dibuka - buka olehku.

" ... iya, semacam itu," jawabku singkat. Aku tidak ingin memberitahu alasan dibalik mencari buku - buku ini. Alasan kuliah.

"Oh ... kenapa dikembalikan?" tanya dia keheranan tepat saat aku menaruh buku kembali.

Lihat selengkapnya