Sebuah Rasa dan Asa

Aylani Firdaus
Chapter #14

REGINA : AFTER THE DINNER

“Soal ucapan Ayah tadi, jangan dipikirkan. Kau masih bebas melakukan apa yang kau mau,” ucapku setelah kami melewati tangga melingkar, berniat memasuki kamar masing - masing. Meskipun terpisah kamar kami masih berdekatan.

“Syukurlah …,” ia menimpali seraya memijat kening lalu melonggarkan kemeja berdasi yang membungkus bahu bidangnya.

Dia bersyukur atas apa?

“Kalau gitu, selamat malam Regina,” ucapnya seraya membuka pintu dan setelahnya menghilang memasuki kamar.

“Selamat malam, William,” aku membalasnya.

Pernikahan ini memanglah pernikahan politik, tidak ada cinta yang mendasarinya. Atas permintaan Ayah, kami menikah. Aku sempat protes kenapa harus William? Bukankah dia gay? Itu memanglah asumsi semata, dia bahkan tidak pernah menunjunjukkan ketertarikan pada lawan jenisnya meskipun memiliki wajah yang begitu rupawan. Dia tidak pernah terlibat dengan seorang cewek satupun padahal umurnya sudah menginjak 32 tahun. Apakah itu tidak mengejutkan? Bahkan aku sudah mengonfirmasi kebenaran soal tidak ada satupun cewek yang dekat dengannya melalui adiknya, Julian. Dengan wajahnya yang begitu rupawan tidak sulit untuk menggaet seorang cewek bahkan yang muda sekalipun. Semua orang terdekatnya adalah laki - laki, dimulai dari sekretaris sampai dengan konsultan - konsultan perusahaan yang berhubungan langsung dengannya. Itulah kenapa aku tidak menyukai pernikahan ini dan meminta kami pisah kamar karena aku tak sudi berada dalam satu ranjang dengan seorang gay.

“Bukankah Ayah bisa mencari perusahaan pertambangan lain untuk melebarkan bisnis? Kenapa harus Hawthrone Group? Dan aku tidak suka menikah dengan William.”

Saat itu Ayah memberitahu tentang rencana pernikahan William dan aku. Menjadi putri semata wayang Presdir Sigrid Group tentunya memiliki kemewahan dan fasilitas apa saja yang diinginkan tetapi bukan berarti bebas memilih apa saja yang ingin dilakukan. Tentunya aku memiliki karir yang cemerlang dengan bantuan Ayah dan aku menyukainya. Aku juga banyak mempelajari perihal bisnis dari Ayah tetapi di hadapan Ayah pandanganku terkadang tidak berarti.

“Hawthrone Group kondisinya sedang memburuk, aliansi ini pasti mudah diterima ketimbang dengan perusahaan pertambangan lainnya yang sudah memiliki aliansi sendiri. Hawthorne Group bahkan tidak memilikinya,” ucap Ayah dengan tegas saat makan malam berlangsung. Kami hanya tinggal berdua selain dengan asisten rumah tangga yang mengurus kebutuhan rumah, Ibu sudah 10 tahun yang lalu meninggalkan kami karena menderita penyakit leukimia.

Lihat selengkapnya