Sudah 8 jam sejak perjalanan dengan kereta api di lewati jaka dalam diam yang membosankan. Yang menjadi sedikit hiburannya hanyalah televisi di ujung gerbong, meskipun program yang di tayangkan tidak jelas. Suara televisi itu bahkan sangat pelan, nyaris tidak terdengar dari tempat duduknya di barisan tengah. Sesekali, jaka mengecek ponselnya, melihat sosial media atau bermain game. Apapun untuk menghilangkan kebosanan karena tidak ada yang bisa di ajak mengobrol.
Sejak kereta mereka berangkat dari stasiun Gambir tadi pagi, gadis di sebelahnya yang merupakan teman perjalanannya terus saja tidur. Atau mungkin hanya pura pura tidur, karena gadis itu sedang malas ngobrol.
Jaka bisa maklum kalau suasana hati gadis itu sedang tidak baik, setelah lagi lagi gagal dalam audisi pencarian bakat kemarin. Jadi jaka membiarkan saja si gadis berambut ikal itu menyumpal telinganya dengan earphone, dan terus duduk dengan posisi agak meringkuk membelakanginya. Membiarkan gadis itu menyendiri dalam kekecewaannya, sampai ia siap menghadapi dunia lagi.
Jaka sendiri tidak terlalu bisa tidur, walau sebenarnya ia sudah lelah bukan main. Sudah dua malam ia tidak bisa mengistirahatkan badanya di tempat yang nyaman. Semalam ia tidur di stasiun, malam sebelumnya ia tidur di kereta dalam perjalanan dari malang ke Jakarta. Badannya pun terasa lengket dan gerah karena dua hari ia tidak mandi, hanya bisa berganti kaos dan membersihkan badan sekenanya dengan tisu basah. Andai saja bukan demi gadis di sampingnya itu, jaka tentu saja tidak akan mau melalui perjalanan seperti ini.
Tia saraswati.
Seorang gadis pengejar mimpi. Sahabat sejak SMP, sekaligus cinta pertama yang hingga kini tidak pernah diungkapkan nya.