Sebuah Usaha Maya

Nandreans
Chapter #7

Opa Joshua

Setelah membeli gula kapas, kami duduk di dalam bianglala yang berputar-putar. Entah bagaimana kami suka kegiatan macam ini bahkan di usia kami yang sekarang.

Karena ini pasar malam modern, maka bianglala yang kami naiki tampak lebih aman dan dikelola dengan baik. Hanya saja, lebih tinggi dari yang biasa kunaiki di pasar malam yang dulu biasa kami naiki. Bahkan pemandangan kota yang menawan pada malam hari bisa dijangkau dari sana.

“Ham?”

“Iya, Sayang?”

“Menurut kamu, apakah aku bisa jadi istri yang baik?”

“Maksudnya? Kenapa tiba-tiba kamu tanya begini? Ada apa sebenarnya?”

Aku menggeleng sambil mencemili gula kapas di tanganku. “Aku kepikiran saja. Kemarin Ibu minta mobil baru.”

“Terus? Kamu nggak punya uang?”

“Ada sih.”

“Kalau nggak punya, nanti aku bantu.”

“Jangan!” tegasku. “Aku ngajakin kamu ngomong bukan buat minta uang, tapi aku takut jadi kayak Ibu.”

“Kamu bukan ibumu, Sayang.”

“Aku tahu, Ham. Masalahnya semakin aku mencoba nggak jadi kayak Ibu, aku malah makin mirip sama ibuku.”

Tangan Ilham menyentuh pundakku. Matanya yang hitam berkilau menatapku dengan tenang. “Dari kecil, semua orang juga tahu kalau kamu itu satu-satunya anak beliau yang cocok sama Ibu. Bukan karena kamu kayak Ibu, tapi sebaliknya. Kalian cocok karena kamu sama sekali nggak mirip sama ibumu.”

“Kamu yakin?”

“Kamu nggak percaya sama pacarmu sendiri?”

Aku meletakkan permen kapas di sisi kosong bangkuku, lalu menyentuh wajah Ilham yang sangat dekat dengan mukaku, sebelum akhirnya sebuah kecupan mendarat di bibirku.

Beruntungnya, saat itu bianglala sedang berhenti dan keranjang kami tepat berada di puncak. Seolah mendukung, langit ditaburi bintang. Gemerlapan. Indah sekali.

*_*

Liburan berakhir begitu cepat.

Lihat selengkapnya