Sebuah Usaha Maya

Nandreans
Chapter #74

Kehidupan Baru

Jika masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah kenyataan maka masa depan merupakan misteri yang tidak bisa ditebak. Sebaik apapun manusia berencana kegagalan selalu menjadi opsi lain di sana. Membuat kita mungkin akan kehilangan salah satu dari mimpi-mimpi itu, atau malah hilang sama sekali.

Saat masih kecil dahulu aku sama seperti gadis lain di dunia, menginginkan pernikahan meriah dengan dekorasi indah dan mengundang banyak orang bak pesta layaknya film-film Disney.

Sayangnya, dari semua impianku satu-satunya yang menjadi kenyataan ialah gaun putih dengan polos dengan riasan sederhana saja. Aku bahkan tidak pernah menikahi cinta pertamaku, meskipun tentu semuanya menjadi jauh lebih baik sekarang.

Mas Johan merupakan hadiah termanis yang pernah Tuhan berikan padaku. Siapa juga yang akan menyangka bahwa aku akan menikahinya? Bahkan kami belum genap setahun berkenalan. Hanya sembilan bulan. Waktu singkat, penuh air mata tapi di sisi lain sangat menyenangkan.

Andaikan saja Papi Josh ada di sini untuk menyaksikan pernikahan kami yang lima belas menit lagi akan dilangsungkan. Beliau pasti akan sangat terkejut, tentu saja. Bagaimana mungkin Kristina-nya menikahi Mas Johan? Meskipun berat, aku tahu bahwa Tuhan punya rencana. Tidak ada satu pun rencana Tuhan yang perlu diragukan.

“Belum pernah gue lihat pengantin secantik ini!” Devara menjadi manusia paling heboh sejak aku dan Mas Johan mengumumkan rencana pernikahan. Dia bahkan merekomendasikan banyak hal padaku, termasuk merekomendasikan wedding organizer.

Aku hanya tersenyum, memandangi pantulan diriku di cermin. Tidak pernah kubayangkan bahwasanya aku akan mengenakan gaun pernikahan juga, di usiaku yang sudah tiga puluh empat tahun. Bukan usia yang terlalu muda, memang. Tetapi aku pikir itu juga bukan usia yang bisa dikatakan tua. Lagipula, bukankah bagian terpenting dari pernikahan ialah menemukan orang yang cocok? Karena kita akan menghabiskan seumur hidup bersama pasangan.

“Mbak May!” Devara menepuk bahuku, sementara pandangannya lurus ke arah cermin. “Tahu nggak alasan gue dulu suka godain lo sama Mas Hans?”

“Karena kamu memang suka jodoh-jodohin orang!” balasku sambil tersenyum lebar.

Lihat selengkapnya