Secangkir Kopi Pembawa Petaka

Trinaya
Chapter #2

Bab 2 Bertemu Azhar

Adzkia tampak sedang duduk di kafe bersama dengan orang yang ia tabrak beberapa waktu lalu. Ternyata, dia seorang pria bernama Azhar.

Mereka saling diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Walaupun mereka sudah saling mengenal. Namun, sudah lama tidak bertemu, membuat keduanya canggung harus memulai dari mana arah pembicaraannya.

"Emm, kamu ...."

Azhar dan Adzkia berkata dan menjeda kalimat bersamaan. Lalu, tersenyum dan tertunduk.

"Kamu mulai lebih dulu," ucap Adzkia pelan.

"Tidak, kamu lebih dulu," tolak Azhar lembut.

"Kamu ...."

"Ladies first."

Keduanya terdiam setelah sedikit berdebat. Saling menata hati untuk memulai pembicaraan. Terlihat canggung, sebab mereka lama tidak bersua.

"Bagaimana kabarmu? Aku dengar, kamu sudah menikah setelah empat tahun pernikahanku dengan Mas Alvian?"

Adzkia memberanikan diri untuk memulai kembali percakapan yang sempat tertunda sambil menyeruput jus stroberi dan memutar-mutar sedotannya.

Azhar yang tengah tertunduk sedikit sembari menyeruput secangkir latte mendongak dan menatap ke arah Adzkia.

"Pernikahanku kandas. Tidak sampai satu tahun. Meski di jodohkan, ternyata kami tidak berjodoh. Mantan istriku tidak mencintaiku. Dia hanya mencintai uangku."

Azhar menghela napas sambil membayangkan pernikahannya yang kandas. Rasanya sakit jika harus mengingat semua.

Adzkia mempertajam tatapannya ke arah Azhar. Tampak kesedihan di balik kedua mata indahnya. 

"Sudahlah, tidak perlu di bahas lagi. Bagaimana denganmu? Pernikahanmu baik-baik saja dengan Alvian, bukan?"

Azhar menepis bayangan masa lalunya dengan mantan istri. Pria itu beralih untuk menanyakan tentang Adzkia. Wanita itu tertunduk. Rasa sakit yang sama jika harus mengingat pernikahannya dengan Alvian.

Azhar mengerutkan kedua alisnya. Pemuda tampan beralis tebal itu memperhatikan Adzkia yang tampak menutupi kesedihannya.

"Ada apa? Apa dia tidak baik padamu? Apa dia menyakitimu?"

Azhar mencecar Adzkia dengan pertanyaan. Rasa penasarannya begitu tinggi. Tampak kecemasan di balik wajah tampannya. Adzkia terdiam tanpa kata.

"Adzkia," panggil Azhar.

Pemuda itu mendekatkan sebelah tangannya dan meraih dagu Adzkia. Kemudian, mendongakkan dan memaksa menghadap dirinya.

Lihat selengkapnya