Azhar melirik ke arah Adzkia. Wanita itu tampak memalingkan wajah, ia tidak ingin menatap Azhar yang sudah pasti akan mencecarnya. Azhar menghela napas sedikit kasar. Kemudian, pria tersebut menggendong Annaya dan berdiri.
"Anak baik, mau ya tinggal di apartemen bersama Bunda?"
Azhar kembali membujuk Annaya. Pria itu yakin rencananya akan berhasil. Trik Azhar untuk bisa meluluhkan hati Adzkia dan menerima ajakannya.
"Bunda," panggil Annaya lembut.
Gadis kecil itu sedikit menarik lengan baju Adzkia. Meminta persetujuan dari bundanya yang masih terdiam tanpa kata sedikit pun. Adzkia menoleh ke arah Annaya. Azhar memberi kode dengan menggerakkan kedua alisnya ke arah Adzkia.
"Annaya. Kita ...."
"Bunda setuju kok, Annaya. Annaya juga setuju, bukan?"
Seolah tahu apa yang akan di ucapkan Adzkia. Azhar menyela kalimatnya dan kembali meyakinkan Annaya. Membuat Adzkia mendelik ke arah Azhar. Lelaki itu tersenyum gemas pada reaksi Adzkia tersebut.
"A--Annaya mau, Om," ucap gadis kecil itu dengan sedikit ragu.
Adzkia kembali mendelik. Tidak menyangka putri kecilnya menyetujui permintaan Azhar. Ingin rasanya Adzkia menolak. Namun, ia tidak ingin melihat Annaya bersedih.
Ucapan Azhar ada benarnya. Annaya membutuhkan tempat yang layak dan lebih baik lagi. Apalagi, ia baru kembali dari rumah sakit setelah beberapa hari di rawat. Namun, Adzkia merasa tidak enak hati. Azhar terlalu baik dan sudah banyak membantunya.
"Kak Azhar. Aku ... baiklah, aku setuju."
Adzkia akhirnya menyerah. Percuma saja melawan pria keras kepala itu. Apalagi, Annaya mendukungnya. Adzkia selalu tidak bisa menolak keinginan putri kecilnya itu.
Azhar tersenyum sumringah. Rencananya berhasil dan bisa meluluhkan kerasnya hati Adzkia. Pria itu juga merasa lega.
"Kalau begitu, kita pindah sekarang. Aku akan membantumu membereskan barang-barang yang akan di bawa. Ayo, Sayang kita berkemas," ucap Azhar penuh semangat.
"Ayo, Om," ucap Annaya senang yang masih di gendong Azhar. Adzkia mengekor di belakang sembari mendengkus kesal. Namun, tidak bisa melawan.
~~~