Secangkir Kopi Pembawa Petaka

Trinaya
Chapter #9

Bab 9 Syok

Alvian yang mengetahui Adzkia tampak tidak menyukai dengan apa yang di lakukan perempuan manja itu, sengaja melingkarkan sebelah tangannya ke pinggang wanita berambut keriting tersebut.

Adzkia menelan ludah. Bukan cemburu dengan kedekatan mantan suaminya bersama perempuan lain. Namun, sakit hati dan kecewa, baru tiga bulan mereka bercerai, Alvian sudah begitu mesra dengan wanita yang entah siapa serta dari mana Alvian mengenalnya. 

Penampilannya pun sangat norak. Tidak elegan dan terlalu berani pamer kemesraan di depan umum. Sungguh, tidak pantas sekali.

Kenapa Mas Alvian jadi seperti ini? Jadi, demi wanita ini dia tega menceraikan aku dan menelantarkan anak kandungnya sendiri. Mereka dekat sekali. Tidak mungkin jika belum lama kenal. Apa Mas Alvian berubah karena perempuan ini?

Adzkia membatin. Hati dan pikirannya begitu berisik. Banyak pertanyaan mengganggu isi kepala. Namun, ia tetap berusaha tenang, meski terjadi perang batin dalam dirinya.

"Kenapa? Kamu cemburu melihat aku dengan dia? Dengar, ya MANTAN ISTRI-ku. Aku dan Syakilah akan segera menikah. Oh iya, kebetulan aku bertemu denganmu di sini. Jadi, tidak perlu repot mengantarkan undangan. Datanglah ke pernikahanku. Sampai bertemu di hari pernikahanku. Ayo, Sayang kita pergi. Nanti terlambat karena kita harus mengurus baju pengantin dan catering."

Alvian dengan tidak merasa bersalahnya tega berkata seperti itu di hadapan Adzkia. Walaupun mereka bukan lagi suami-istri. Namun, setidaknya bisa saling menjaga perasaan.

Luka hati yang di miliki Adzkia belum saja sembuh. Bahkan belum mengering sempurna. Namun, sudah mendapatkan luka baru. Bagai tersiram garam. Rasanya begitu perih hingga menembus jantung.

Wanita itu memegang dadanya. Terasa sakit sembari memperhatikan Alvian dan perempuan itu yang semakin menjauh darinya. Wajah Adzkia tampak pucat dan hampir tumbang. Beruntung, kedua kaki Adzkia masih mampu menopang tubuhnya yang tampak lemas.

"Lengkap sudah penderitaanku. Aku benar-benar telah kehilangan kamu, Mas. Tadinya, aku berharap kita bisa bersama lagi demi Annaya. Namun, harapan aku telah sirna dan aku, harus bisa merelakanmu, meski hatiku tidak mau."

Adzkia tersenyum getir, ia bermonolog sembari terus memegang dada. Jantung Adzkia berpacu sangat kencang, rasa sakit itu semakin menjalar hingga Adzkia harus berjongkok untuk bisa menahan sakitnya.

"Aku harus kuat demi Annaya. Aku mohon, bertahanlah tubuh. Ahh, tapi ini sakit sekali. Bahkan kedua kakiku tidak mampu melangkah. Ada apa denganku? Jangan, jangan tumbang. Bertahanlah tubuh. Aku mohon, ahh!"

Adzkia berpekik. Rasa sakit itu semakin membuat perempuan tersebut lemah dan tak mampu menggerakkan kedua kakinya. Hari masih pagi dan lalu-lalang sedikit sepi. Adzkia sudah tidak kuat menahan. Pada akhirnya, wanita itu terjerambab dan tergeletak tidak sadarkan diri.

~~~

Sebuah brankar di tarik dengan cepat menuju ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) Beberapa perawat terus mendorongnya dengan seorang dokter yang berada di atas tubuh pasien sembari melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) atau dalam bahasa Indonesia, biasa dikenal dengan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu, upaya penyelamatan nyawa darurat yang dilakukan ketika jantung berhenti berdetak atau tidak bernapas.

Seorang perawat tampak membantu dokter memompa kantong pernapasan, setelah pasien di pasang Intubasi, merupakan tindakan medis, bertujuan untuk membantu pernapasan seseorang yang mengalami kondisi medis tertentu.

Setelah tiba di ruang IGD, pasien langsung di pindahkan ke ranjang perlahan. Lalu, dokter memasang ECG (Electrocardiogram) yaitu, alat yang digunakan untuk memantau kondisi jantung, melalui pengukuran aktivitas kelistrikan atau impuls denyut jantung.

Lihat selengkapnya