Secangkir Kopi Pembawa Petaka

Trinaya
Chapter #11

Bab 11 Wanita Tawanan

Adzkia menautkan kedua alisnya. Terkejut dengan perkataan Azhar yang menggantung. Wanita itu menajamkan pandangan ke arah Azhar.

"Jangan-jangan apa? Apa yang Kak Azhar pikirkan?" tanya Adzkia penasaran.

"Jangan-jangan ... ah kamu benar, iya kamu benar."

"Sebenarnya Kak Azhar kenapa, sih?"

Adzkia semakin bingung dengan sikap Azhar yang mencurigakan. Bicaranya mendadak gugup dan aneh.

Aku tidak boleh mengatakannya pada Adzkia, sebelum mendapatkan bukti kuat. Aku tidak ingin menambah pikirannya yang sudah terlalu penat.

Azhar membatin. Sebenarnya, ia curiga ada kejanggalan terjadi. Namun, ia tidak mau berasumsi sebelum ada bukti. Azhar ingin mencari tahu sendiri kebenarannya. Pria itu tidak ingin membuat Adzkia berpikir macam-macam.

"Kak Azhar," panggil Adzkia tanpa memalingkan pandangannya.

"Emm, iya," jawab Azhar setengah gugup.

"Apa ada yang Kak Azhar sembunyikan?" curiga Adzkia.

"Tidak ada. Sudahlah, kamu baru pulang dari rumah sakit. Jangan terlalu banyak berpikir. Istirahatlah, supaya cepat pulih. Ayo, aku antar ke kamar."

Azhar mengalihkan pembicaraan. Tidak ingin Adzkia mencecarnya. Pria itu pun berdiri dan menuntun Adzkia ke kamar agar berhenti melakukannya dan beristirahat.

~~~

Setelah memastikan Adzkia tertidur. Azhar keluar apartemen dan tampak menemui seseorang. Setelah sempat menerima panggilan telepon.

Pria itu terlihat terburu-buru masuk ke dalam mobil. Melajukan kendaraannya cukup kencang. Menerobos, membelah jalanan yang tidak terlalu ramai.

Empat puluh menit kemudian, Azhar tiba di sebuah bangunan, tampak seperti terbengkalai. Banyak sarang laba-laba dan berdebu. Terlihat lembab dan berbau kurang sedap.

Azhar melangkah ke sebuah ruangan. Tempat itu tampak gelap karena minim pencahayaan. Tidak ada ventilasi udara, mau pun jendela. Hanya sedikit cahaya matahari masuk dari celah dinding yang sedikit berlubang. Atapnya pun sudah terlihat rapuh.

Terlihat beberapa orang bertubuh tegap berdiri di depan pintu ruangan itu. Seseorang menghampiri Azhar yang baru saja tiba.

"Tuan sudah datang," ucap orang itu memberi hormat.

"Bagaimana? Apa yang kau dapat?" tanya Azhar dengan wajah serius.

"Kami menangkap seorang wanita, dia ada di dalam kamar itu," jelas orang itu.

"Bawa saya menemuinya," ucap Azhar kembali.

"Baik, Tuan."

"Cepat buka pintunya."

Salah seorang dari penjaga pintu itu membukanya. Azhar dan lelaki bernama Seno yang tadi berbicara dengannya ikut masuk.

Azhar mendekati wanita yang ada di kamar itu. Seno mengekor di belakang.

Lihat selengkapnya