Azhar dan Adzkia kembali melanjutkan perjalanan, setelah mengisi perut dan menghangatkan tubuh. Azhar melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Membuat Adzkia merasa nyaman.
Mereka mampir sejenak ke toko pakaian. Membeli dua pasang baju untuk ganti yang lebih santai. Setelah itu, kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat yang ingin Azhar tunjukan pada Adzkia.
Dua jam kemudian, mereka tiba di sebuah tempat berupa bukit. Azhar memarkirkan kendaraannya dan mengajak Adzkia turun.
"Kita mau ke mana, Kak? Ini ... seperti bukit."
Adzkia menghentikan langkahnya ketika menatap ke arah depan. Tampak gundukan tanah luas beralaskan rumput nan hijau. Dengan dihiasi lampu temaram. Namun, masih tetap terlihat oleh mata.
"Iya, ini bukit. Kita naik ke atas dan kamu akan melihat keindahannya," ucap Azhar menuntun Adzkia.
Wanita itu mengikuti langkah Azhar sambil menggandeng tangan pria itu agar tidak jatuh. Azhar membimbing langkah Adzkia dengan hati-hati karena jalanan cukup terjal.
Setelah melintasi jalan setapak yang cukup terjal dan sedikit licin, mereka tiba di puncak bukit. Kedua mata Adzkia berbinar, merasa takjub dengan pemandangan indah yang tersaji di depannya. Meskipun malam hari, tetap terlihat karena ada penerangan dari cahaya lampu di sekitarnya.
Sinar rembulan yang tampak sempurna ikut menyinari. Membuat malam hari terasa seperti siang. Azhar membimbing Adzkia ke tepi bukit dan duduk di sana.
"Ini indah sekali, Kak. Bagaimana kamu bisa menemukan tempat seindah ini?"
Adzkia tidak berhenti mengagumi tempat yang belum pernah ia kunjungi itu sambil duduk di atas tanah yang dilapisi rerumputan sebagai alasnya.
Mereka berdua memandang ke arah bawah bukit. Tampak kerlip lampu rumah penduduk yang berkilau seperti bintang.
"Indah, bukan?" tanya Azhar yang duduk di samping Adzkia.