Adzkia melamun di ruang tamu sembari sebelah tangannya ia gunakan untuk menyangga kepala. Televisi di depannya menyala. Namun, diabaikan begitu saja.
Annaya berjalan pelan sambil memeluk boneka beruang kesayangannya. Gadis kecil itu mengerutkan alis ketika mendapati Sang Bunda yang tengah melamun.
"Bunda," panggil gadis kecil itu lembut. Namun, Adzkia bergeming dan masih asik dengan lamunannya.
"Bunda," panggil Annaya kembali.
Kali ini, gadis kecil itu sedikit menepuk pundak Adzkia. Membuat Adzkia sedikit terperanjat. Membuyarkan semua lamunannya.
"A--Annaya," ucap Adzkia gugup.
Annaya duduk di samping Adzkia dan menatap wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu dengan dalam. Wajahnya begitu imut dan menggemaskan, membuat Adzkia ingin mencubit pipi gembulnya.
"Ada apa, Sayang? Kamu buat Bunda terkejut," ucap Adzkia sembari menangkupkan wajah mungil Annaya.
"Bunda terkejut, ya? Maaf, Bun. Tadi ... aku panggil Bunda, tapi Bunda tidak mendengar," jelas Annaya sedikit bersalah.
Adzkia tersenyum. Kemudian, membelai rambut sebahu Annaya yang terurai. Mengamati dengan seksama wajah cantik putri kecilnya.
"Bunda hanya sedikit terkejut. Kamu tidak perlu meminta maaf. Bunda yang salah, tadi melamun sampai tidak mendengar Naya memanggil. Maafkan Bunda, Sayang."
Adzkia membuang napas perlahan sambil terus menatap lembut Annaya. Sesekali, ia mengusap rambut buah hati terkasihnya.
"Ada apa, Sayang? Naya mengantuk?" tanya Adzkia lembut. Annaya mengangguk.
"Mau Bunda temani tidur?" tanya wanita cantik itu kembali. Lagi-lagi Anna mengangguk.
Adzkia berdiri dan menggendong Annaya. Membawa gadis kecil itu ke kamar untuk beristirahat. Setibanya di dalam, Adzkia membaringkan tubuh mungil Annaya dan menyelimuti hingga ke dada.
"Bunda, aku mau dibacakan dongeng sebelum tidur," ucap Annaya seraya menatap wajah Sang Bunda penuh harap.
"Baiklah, kamu mau Bunda bacakan dongeng apa?" tanyanya kembali.
"Petualangan Arasha dan Peri Biru," ucap Annaya sambil tersenyum.