Secangkir Kopi Pembawa Petaka

Trinaya
Chapter #22

Bab 22 Sisi Lain Azhar

Adzkia sedang berkutat dengan beberapa berkas. Wanita itu sedang membuat laporan keuangan yang akan diserahkan kepada Azhar. Adzkia harus mengulang beberapa kali pengecekan karena ada sedikit kejanggalan yang ia temukan.

"Datanya tidak valid. Tidak sesuai antara pemasukan dan pengeluaran. Apa ada kecurangan, ya?" monolog Adzkia sembari mencocokkan laporan yang ia terima dengan pemasukan serta pengeluaran perusahaan di layar laptopnya.

"Sembilan ratus juta untuk membeli tiga puluh perangkat lunak. Tidak mungkin totalnya sampai segitu. Barangnya pun belum terlihat." Lagi-lagi Adzkia bermonolog sambil terus mencocokkan data.

Azhar semenjak tadi berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan Adzkia yang sedang berbicara sendiri, sembari memperhatikan berkas di sampingnya. Pemuda itu mendekat, setelah ketukan pintu tidak di dengar oleh Adzkia.

"Ada apa? Sepertinya kamu sedang kesal?"

Suara Azhar sukses membuat Adzkia terkejut, wanita itu sedikit terperanjat dan mendongak ke arah sumber suara. Adzkia membuang napas kasar sambil memijit pelipisnya yang sedikit terasa pusing.

"Kamu sakit?" tanya Azhar kembali sambil menatap ke arah Adzkia.

Kembali Adzkia membuang napas kasar. Wanita itu masih terkejut dan tidak tahu harus berkata apa kepada Azhar.

Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku memberitahukan hal ini pada Kak Azhar? Lalu, jika aku beritahukan, pasti Kak Azhar akan marah besar. Sudah terlalu banyak masalah yang harus ia urus. Jika harus ditambahkan dengan masalah baru, akan menambah bebannya. Namun, jika tidak aku beritahu, maka aku ikut bersalah dalam hal ini karena menyembunyikan fakta.

Adzkia membatin, ia tidak berani menatap Azhar. Bukan karena takut. Akan tetapi, Adzkia tidak ingin Azhar mencurigainya.

"Adzkia," panggil Azhar lembut.

Azhar mengerutkan kedua alisnya. Memperhatikan gelagat Adzkia yang mencurigakan. Pemuda itu mendekat serta duduk di hadapan Adzkia sambil menyangga dagu dengan kedua tangan yang ia tautkan dan bertumpu pada meja.

"Ada apa?" tanya Azhar kembali dengan curiga.

Adzkia melirik ke arah berkas yang ia pegang. Kemudian, kedua mata Azhar pun tertuju mengikuti gerakan mata Adzkia. Pemuda itu langsung mengambil paksa berkas dari tangan Adzkia, membuat wanita itu terkejut bukan kepalang.

"Kak Azhar ...."

Azhar membaca isi di berkas itu dan menghela napas dalam. Kedua bola matanya membulat sempurna ketika ia membaca laporan pengeluaran yang sejak tadi sedang diperiksa Adzkia.

"Apa? Sebanyak ini? Perangkat lunak?"

Azhar benar-benar terkejut membaca laporan tersebut, ia tidak menyangka jika di kantornya ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang ingin mengambil keuntungan secara sembunyi-sembunyi.

Padahal, Azhar adalah Bos yang royal. Selalu perhatian dan mensejahterakan karyawan. Memberikan upah yang seusai dengan prosedur perusahaan. Bahkan, ketika perusahaannya untung besar, ia selalu mengajak para karyawannya untuk berlibur bersama.

Namun, tidak disangka, kebaikan yang ia berikan disalahartikan dan dimanfaatkan oleh orang-orang licik, bersembunyi dengan baik di dalam perusahaannya.

Adzkia mendekat ke arah Azhar. Mengusap pelan punggung pemuda itu, membuatnya untuk tetap tenang dan tidak terbakar emosi.

Lihat selengkapnya