Secangkir Kopi Pembawa Petaka

Trinaya
Chapter #28

Bab 28 Kejujuran Azhar

Adzkia tetap pergi dan pulang kantor bersama Azhar serta melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, meski sedang berseteru dengan suaminya itu.

Sementara itu, kondisi Alvian kembali memburuk. Pria tersebut dilarikan ke rumah sakit pasca tidak sadarkan diri di kantornya. Lagi-lagi, dokter tidak dapat menemukan penyakit serius pada diri Alvian, hanya dianggap kelelahan bekerja.

Syakilah tampak cemberut karena harus memikirkan biaya rumah sakit dan tidak suka jika suaminya harus dirawat di rumah sakit. Wanita itu terlihat acuh tak acuh melihat Alvian terbaring tidak berdaya di ranjang dengan sebelah tangan terbalut infus, serta kedua lubang hidungnya terdapat selang oksigen sebagai alat bantu pernapasannya.

"Kenapa harus masuk rumah sakit lagi, sih, Mas? Biaya rumah sakit kan mahal, buang waktu saja mengurusmu. Dasar suami tidak berguna," gerutu Syakilah dengan geram.

Wanita seksi itu melangkah ke arah sofa dan duduk sembari memainkan ponselnya. Dia tampak sibuk dengan sosial medianya. Tidak ada kepedulian dan empati sedikitpun terhadap suaminya. Benar-benar perempuan tidak punya hati.

Ponsel Syakilah berbunyi. Sebuah pesan masuk tampak di layar gawainya. Syakilah langsung membuka dan membacanya.

Soni : "Apa kamu sudah mulai bertindak?"

Begitu kira-kira isi pesannya. Membuat Syakilah kesal, ia geram dengan Soni yang selalu meneror dan memaksanya melakukan apa pun sesuai kehendak pria itu.

Syakilah : "Bersabarlah, aku belum bisa melakukannya. Mas Alvian masuk rumah sakit lagi."

Syakilah membalas pesan itu dengan menggunakan emoji orang kesal. Kemudian, ia melirik ke arah Alvian yang masih belum membuka mata.

Soni : "Bukankah itu bagus. Kamu akan lebih mudah bertindak jika suamimu itu di rumah sakit. Tidak akan ada yang menghalangiku."

Soni mengirim pesan kembali, ia tersenyum licik sembari memainkan jemarinya memencet tombol abjad pada gadget-nya.

Syakilah : "Aku tidak bisa meninggalkan Mas Alvian sendiri. Kalau dia kenapa-kenapa, bagaimana?"

Balas Syakilah dengan emogi kesal. Wanita itu bertambah marah dengan sikap Soni yang semakin memaksanya. Jika ia tidak menurut, sudah pasti Soni akan membongkar semua kejahatan Syakilah kepada Alvian.

"Soni ini benar-benar keterlaluan. Kenapa dia selalu memaksa padaku? Kalau saja aku tidak memutuskan bekerja sama dengannya, pasti dia tidak akan pernah berani mengancamku," monolog Syakilah sambil sedikit menggebrak meja. Membuat isi di atasnya menyumbul ke atas.

**"

Lihat selengkapnya