Adzkia mendelik ke arah Alvian, ia tidak menyangka jika mantan suaminya itu akan berkata begitu. Sungguh, Adzkia tidak ingin Alvian dan Syakilah berpisah seperti dirinya. Meski Syakilah jahat. Namun, saat ini, Adzkia belum bisa memfonisnya karena belum ada bukti yang kuat untuk menghukum wanita ular itu.
"Mas, kenapa berkata begitu?" tanya Adzkia sambil menatap tajam ke arah Alvian.
"Sejujurnya, aku sudah tidak sanggup menghadapi Syakilah. Dia tidak pernah peduli saat aku sakit. Wanita itu hanya peduli ketika aku sehat dan menghasilkan banyak uang. Syakilah memang tidak mencintai aku dengan tulus," ucap Alvian semakin bersedih jika harus mengingat kelakuan Syakilah selama ini padanya.
Syakilah mencintaimu, Mas. Hanya saja, dia harus seperti itu karena Soni. Maaf, Mas, aku belum bisa menceritakan semua padamu tentang kejahatan istrimu. Tunggu, sampai aku bisa mendapatkan bukti yang kuat dan bisa menghukum Syakilah.
"Adzkia, apa kamu mendengarkan ku?" tanya Alvian yang mulai mencurigai gelagat Adzkia.
"Aku dengar, Mas. Tapi menurutku, kamu jangan berkata seperti itu. Bagaimana pun dia istrimu. Mungkin, Syakilah jenuh di rumah terus mengurus semuanya sendiri. Jadi, butuh refreshing sejenak. Ajaklah istri kamu itu sekali-kali jalan, Mas," saran Adzkia dengan lembut.
"Apa iya, ya? Selama ini, aku memang sibuk bekerja. Pasti, Syakilah benar-benar jenuh. Kamu benar, Adzkia, aku memang harus mengajaknya jalan supaya dia senang," ucap Alvian membenarkan perkataan Adzkia.
"Sudah, ya, Mas Alvian jangan berpikir macam-macam dulu. Kamu juga jaga kesehatan. Aku harus pergi sekarang. Ada janji dengan Kak Azhar. Aku permisi dulu, ya, Mas," ucap Adzkia sambil berdiri dan berpamitan.
"Iya, terima kasih sudah mau mendengarkan curhatan aku. Hati-hati di jalan," ucap Alvian sambil berpesan. Adzkia mengangguk.
Adzkia melangkah meninggalkan Alvian. Sebenarnya, wanita itu tidak tega melihat kondisi Alvian seperti itu. Ingin rasanya memberitahu. Namun, Adzkia masih mencari waktu yang tepat untuk melakukan itu.
~~~
Azhar menunggu cukup lama di Kafe Rindu langganan Adzkia. Hatinya cemas karena sang istri belum juga kembali semenjak kunjungan ke perusahaan tempat Alvian bekerja. Ponselnya pun tidak aktif. Membuat lelaki itu semakin khawatir.
"Adzkia ke mana, ya? Kenapa ponselnya tidak aktif? Tapi, kata Fizi, Adzkia sudah selesai semenjak satu jam yang lalu. Lalu, kenapa dia blum kembali, ya," monolog Azhar dengan cemas.
Azhar mengacak kasar rambutnya sambil sesekali meremas kuat. Pemuda itu semakin cemas dan pikirannya tidak menentu.
Lima menit kemudian, wanita cantik melangkah anggun memasuki kafe dan menghampiri Azhar. Pemuda itu membulatkan kedua matanya ketika melihat perempuan tersebut.
"Adzkia, kamu ke mana saja, sih? Aku cemas, loh. Kenapa ponsel kamu mati, Sayang?" cecar Azhar ketika wanita yang ternyata Adzkia itu datang.
"Maaf, Kak. Ponsel aku batre-nya lowbat. Aku lupa bawa charger," alasan Adzkia.
"Ya ampun, Sayang. Lain kali jangan seperti itu, ya," ucap Azhar dengan wajah masih khawatir.