Blurb
Warung kopi pejabat, namanya aku merasa pejabat. Kedengaran aneh, emang cuma pejabat yang bisa ke warung kopi? atau pejabat singkatan "perkumpulan jawa batak" yasudalah, aku pun tak peduli namanya apa.
Manusia biasa yang akan tumbuh dan berproses, itulah aku yang tidak tau arah kemana kapal ini mendarat. Sarayu duduk di warung kopi ini tak bisa dirasakan tanpa secangkir kopi panas yang membuat nabastala bewarna warni.
Gelabah yang berubah Harsa tak akan sempurna tanpa rokok. Memang rokok membunuhmu bukan membunuhku itulah alasannku. Kedengarannya sepele, entah bungkus rokoknya yang salah atau akunya yang salah mengartikan? aku tetap saja melinting sebatang kretek.