Secangkir Matcha

imagivine
Chapter #3

Pertemuan Kedua: Saat Dunia Terasa Berat

Bagi Arka, hari itu seharusnya biasa saja — jika saja bukan karena berita yang datang tanpa peringatan.

Di meja kerjanya, email tentang pemutusan kontrak rekan seniornya membuat kantor jadi tegang. Lalu telepon dari rumah memberi kabar bahwa ayahnya harus dirawat inap untuk pemeriksaan jantung. Ia merasa dunia terlalu bising, padahal ia butuh diam.

Saat langit mulai kelabu, Arka keluar tanpa pamit. Ia berjalan entah ke mana, membiarkan langkah menuntunnya. Ia tidak berharap menemukan apa pun, hanya ingin menghilang sejenak dari keramaian.

Namun, seperti dulu, angin membawa aroma manis yang menenangkan: matcha dan bunga yuzu. Hati Arka bergetar pelan.

Dan di ujung lorong kota yang biasa — yang seharusnya gelap dan kosong — Tsukiyo Matcha berdiri lagi. Hangat. Seolah tak pernah pergi.

Arka membuka pintu dengan rasa ragu, takut berharap terlalu banyak. Tapi harapannya segera disambut oleh kenyataan yang lembut:

Tara sedang duduk di sana. Sendiri. Dengan cup matcha di hadapannya.

Ia tampak lebih lelah dari sebelumnya, namun saat melihat Arka, wajahnya cerah sejenak — seperti langit setelah hujan.

“Arka…” ucapnya pelan, seolah nama itu baru saja kembali dari ingatan yang lama hilang.

Arka tersenyum. “Kupikir ini cuma mimpi.”

Tara menarik napas. “Kalau ini mimpi, kita sepertinya berbagi mimpi yang sama.”

Mereka duduk, berbagi matcha lagi, tanpa bertanya mengapa. Kedai ini telah menjadi ruang antara kenyataan dan keajaiban — tempat waktu melambat dan beban hati menjadi lebih ringan.


Obrolan Mengalir Seperti Sungai

Malam itu, mereka bicara lebih banyak daripada sebelumnya.

Lihat selengkapnya