Malam di Tsukiyo Matcha terus bergulir, tapi tidak ada di antara mereka yang ingin beranjak. Cangkir matcha yang mulai mendingin tetap mereka genggam seakan hangatnya masih bisa bertahan dari satu genggaman ke genggaman lainnya.
Mereka tidak bicara banyak. Tapi tidak juga diam.
Seperti ada bahasa lain yang hanya bisa dipahami oleh dua orang yang nyaris kehilangan, lalu bertemu kembali.
Obrolan Tanpa Topik Tapi Penuh Makna
Arka bercerita tentang pekerjaannya yang stagnan, tentang lukisan yang tak pernah selesai ia garap, dan tentang bagaimana malam-malam terasa kosong sebelum ia bertemu Tara.
Tara bicara tentang kesendiriannya, tentang mimpinya membuka galeri kecil di kota pesisir, dan tentang ketakutannya akan perasaan yang tidak terbalas.
“Lucu ya,” ucap Tara, menatap ke luar jendela, “tempat ini seperti tahu kapan aku butuh seseorang.”
Arka menatapnya. “Mungkin tempat ini bukan tempat biasa.”
Tara tersenyum kecil. “Mungkin kita juga bukan pertemuan biasa.”