Di hari itu, perasaan janggal menyelimuti benak Ikmal, tak tahu apa yang salah perasannya begitu tak karuan, gelisah, tak tenang namun Ikmal hanya bisa memendam semua itu. Tak hanya Ikmal, Ayu di perantauan pun juga merasakan hal yang sama. Padahal pagi itu seolah berjalan seperti biasa, tiada yang aneh di rumah itu, Ibu masih dibantu Ayah saat mempersiapkan dagangan kuenya, disela-sela waktu senggang ayah pun bermain bersama Adik.
“Bu hari ini Ikmal tidak sekolah ya, badan Ikmal sakit semua,” kata Ikmal.
“Ya sudah istirahatlah,” kata ibu.
Saat hendak kembali ke kamarnya, Ikmal melihat Ayah dan adik yang sedang bermain, wajah ayah terlihat berseri-seri saat bermain bersama putri bungsunya itu. Tak berpikir panjang, Ikmal pun pergi ke kamar. Hingga kini hatinya masih gelisah, sambil memandangi tirai yang tertiup angin, Ikmal bertanya-tanya apa yang sebenarnya ia rasakan. Beberapa kali ia mencoba memejamkan matanya, namun sayangnya gagal. Sampai pada satu suara keras memecah lamunan Ikmal.
Daaar …
Ikmal pun bergegas keluar dari kamarnya, saat itu ia terkejut melihat Ayah terkapar di lantai.
“Yah, Ayah bangun, yaah, Ayah,” kata Ikmal.
Ibu yang melihat peristiwa itu pun bergegas meminta bantuan orang di luar. Beberapa orang akhirnya masuk ke rumah untuk menolong Ayah.
“Mal, jaga adik, Ibu antar Ayah ke rumah sakit,” kata ibu.
Kemudian Ibu pun bergegas membawa Ayah ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Masih dengan perasaan tidak tenangnya, Ikmal pun terus beristighfar. Dalam hati Ikmal berdoa supaya tak ada hal buruk yang menimpa keluarganya. saat itu Ikmal juga mendapat amanah dari ibu untuk menjaga adik, ia berusaha menenangkan sang adik yang sedari tadi menangis kencang.
Tak terlintas pikiran buruk di benak Ikmal saat itu, pasalnya ini bukal kali pertamanya Ayah jatuh hingga pingsan. Namun kali ini benar-benar mimpi buruk bagi Ikmal dan keluarganya.