Masih dengan harap-harap cemas, aku menunggu kabar Ibu. Hari demi-hari aku selalu berdoa agar ibu bisa pulang dan menemaniku di rumah seperti dulu lagi. Aku pun juga sudah mulai pasrah dengan pendidikanku, aku ikhlas apabila aku harus berhenti sekolah dan tidak bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang SMP.
Tapi lagi-lagi aku merasakan keajaiban pertolongan Tuhan, Bang Indra yang saat itu cuti bekerja ikut berlibur dan menginap di rumah nenek untuk beberapa waktu. Saat Bang indra tinggal di sana, Atuk sudah terlebih dahulu menceritakan permasalahanku yang harap-harap cemas untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Meski Bang Indra tidak bisa membantu secara keseluruhan biaya aku masuk SMP, tapi solusi dari Bang Indra sangat-sangat membuatku tenang. Dengan informasi yang Bang Indra miliki, ia pun mengajakku ke kelurahan, di sana Bang Indra menanyakan kepada pihak kelurahan adakah beasiswa untuk siswa kurang mampu sepertiku.
Setelah melewati proses pemberkasan dan syarat-syarat yang cukup rumit, alhamdulilah aku mendapatkan beasiswa itu hingga aku SMA nanti, meski biaya sekolahku sampai SMA nanti ditanggung pemerintah buat urusan seragam, buku dan lain-lain aku tetap harus mengusahakannya sendiri.
"Alhamdulilah, makasih ya Bang, berkat Bang Indra, Ikmal jadi bisa sekolah," ucapku sepulang dari kelurahan.
"Iya, abang berharap adik abang satu ini pendidikannya nanti bisa tamat sampai sarjana, jangan kayak abang yang cuma lulusan SMK," ucap Bang indra.
Dua hari berselang setelah aku dan Bang Indra mengurus beasiswa pihak kelurahan pun datang ke rumah Atuk.
"Permisi," ucap sang petugas.
"Iya," jawab Bang Indra.
"Ini dari kelurahan, mau menyerahkan uang saku Rp 600 ribu untuk Ikmal. Rencananya Ikmal akan dapat bantuan Rp 600 ribu setiap bulannya sebagai uang saku," kata si petugas sambil menyerahkan amplop berwarna cokelat.